Waspada El Nino, 'Si Bocah' Penyebab Kemarau Panjang
Hingga awal 2024, dampak El Nino masih akan dirasakan di Indonesia. Ancaman kekeringan melanda sejumlah wilayah.
BMKG memprediksi, musim hujan tahun ini akan tiba lebih lambat dibanding biasanya. Hingga awal tahun 2024, dampak El Nino masih akan dirasakan.
Waspada El Nino, 'Si Bocah' Penyebab Kemarau Panjang
El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia.
Rata-rata El Nino terjadi setiap 3 sampai 5 tahun. Namun, dalam catatan sejarah, interval antarperistiwa bervariasi dari 2 hingga 7 tahun. Durasinya berlangsung sekitar 9-12 bulan. Namun, beberapa kejadian El Nino bisa berlangsung lebih lama.
Akibat kekeringan, El Nino membawa dampak mengganggu ketahanan pangan nasional karena adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan. Di sisi lain, kemarau panjang akibat El Nino dapat berujung kepada bencana kebakaran hutan dan lahan.
Dalam beberapa kejadian, kebakaran hutan dan lahan menimbulkan krisis kabut asap yang berdampak pada kualitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat.
Istilah El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang artinya 'anak laki-laki'.
El Nino awalnya digunakan untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang natal. Kondisi yang muncul berabad-abad lalu ini dinamai oleh para nelayan Peru sebagai El Nino de Navidad yang disamakan dengan nama Kristus yang baru lahir.
Iklim di Samudera Pasifik terbagi dalam tiga kondisi. Pertama, fase netral di mana angin pasat berembus dari timur ke barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.
Kedua, fase El Nino. Angin pasat berembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia dam meningkatkan risiko kekeringan.
Ketiga, Fase La Nina. Embusan angin pasat dari Pasifik timur ke barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya mendorong massa air laut ke arah barat. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan bahwa sejak mulai muncul pada pertengahan bulan Mei 2023, gangguan iklim El Nino terus berkembang mencapai level El Nino moderat sejak akhir Juli 2023. Hingga pertengahan Agustus, Indeks El Nino berada pada nilai +1.504. Kondisi El Nino moderate tersebut diprediksi tetap bertahan hingga awal 2024.
Wilayah Terdampak
BMKG mengukur dampak El Nino berdasarkan intensitas, durasi, dan musim yang sedang berlangsung. Dari kajian yang sudah dibuat, dampak El Nino di Indonesia umumnya terasa kuat pada musim kemarau yaitu pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober.
Berdasarkan prediksi curah hujan bulanan BMKG, beberapa wilayah yang akan mengalami kekeringan hingga Oktober, meliputi Sumatera bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.
Pertanian akan menjadi sektor yang mengalami dampak paling serius karena perubahan iklim. Petani harus memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk dapat memahami fenomena cuaca dan perubahan iklim yang terjadi.
"Puncak kemarau kering ini diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021 dan 2022," kata Dwikorita.
Negara Paling Rentan El Nino 2023
Dalam 50 tahun terakhir, dampak El Nino terparah dirasakan oleh Ethiopia pada tahun 2015. Sekitar 7,5 juta orang mengalami kelaparan dan membutuhkan bantuan pangan akibat hujan yang tak kunjung datang.
Badan PBB yang menangani anak-anak, UNICEF, mendata lebih dari 300.000 anak menderita gizi buruk di sepanjang wilayah Ethiopia.
Negara-negara yang rentan bencana El Nino pada 2023 (Agustus-Oktober), menurut prediksi Indeks Standard Chartered Bank adalah: Nigeria, Ghana, India, Pakistan, Kenya, Sri Lanka, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Mesir.
Eugene Klerk, Kepala Riset ESG di Bank Standard Chartered, mengatakan negara-negara yang paling berisiko dari peristiwa El Nino tahun 2023 adalah negara-negara yang memiliki fundamental ekonomi yang relatif lemah dan yang mengalami produksi pertanian yang relatif lemah selama periode El Nino 2014-2016.
El Nino Terburuk di Indonesia
Di Indonesia, kekeringan dan kebakaran hutan akibat El Nino 1997 menyisakan dampak negatif yang sangat berkepanjangan (18 tahun), seperti: Wilayah Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Bali, NTB, dan NTT mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari sejak Mei 2015.
Periode Januari-Juli 2015 sebanyak, 111 ribu hektar lahan kekeringan dengan 8.000 hektar gagal panen, potensi kekeringan 2015 sebanyak 222.847 hektar sawah irigasi dan kehilangan panen satu juta ton lahan gambut serta 4,5 juta hektar terancam terbakar karena kekeringan.
Meski begitu, dampak El Nino membuat lautan Indonesia mengalami pendinginan sehingga menyebabkan panen ikan berlimpah. Panen garam melimpah sebab pengeringan air laut lebih cepat.
Mitigasi Hadapi El Nino
Mengantisipasi ancaman dan dampak El Nino Tahun 2023, pemerintah telah mempersiapkan berbagai langkah mitigasi, terutama dalam hal pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan dengan memastikan ketersediaan air bersih dan pangan pada musim kemarau.
Beberapa langkah dan strategi dilakukan bersama dengan lintas kementerian/lembaga dan kerja sama dengan pemerintah daerah, seperti dukungan operasi darat berupa logistik dan perlengkapan pemadaman darat, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), hingga menyiapkan peralatan operasi udara berupa helikopter patroli dan water bombing.
Di bidang pertanian, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan sejumlah kebijakan untuk mitigasi El Nino. Di wilayah yang terdampak parah dilakukan mekanisasi pertanian untuk mempercepat, dan mengoptimalkan musim tanam dan panen. Pemilihan varietas bibit juga dilakukan agar pertanian menjadi efektif dan efisien.
Langkah antisipasi lainnya dilakukan Kementerian PUPR dengan melanjutkan pembangunan 13 bendungan pada 2023 yakni Bendungan Cipanas, Karian, Sepaku Semoi, Keureuto, Rukoh, Jlantah, Tiu Suntuk, Lausimeme, Sidan, Leuwikeris, Temef, Pamukkulu dan Ameroro.
Dilakukan juga revitalisasi dan pengelolaan 15 danau prioritas, pembangunan 37 sumur bor baru di 19 provinsi serta melakukan rehabilitasi pada 25 sumur bor eksisting di 11 provinsi.
Dan yang tak kalah penting adalah pemeliharaan 1.338 embung, 317 situ, 923 sungai, 3,01 juta hektar daerah irigrasi yang menjadi sarana pendukung pertanian. Demikian juga rehabilitasi sebesar 412.541,51 hektar jaringan irigasi.
Di tingkat daerah, beberapa kepala daerah seperti Jawa Tengah menyiapkan cadangan pangan pemerintah (CPP) seperti beras, jagung, dan ketela untuk kondisi darurat. Jawa Tengah pernah merasakan dampak kekeringan akibat El Nino pada tahun 2019. Kala itu kemarau terjadi selama 9 bulan.