Junjung 3 Filosofi Hidup, Ini Alasan Orang Batak Pergi Merantau
Menjunjung tinggi 3 filosofi hidup, ini alasan orang Batak sangat terkenal sebagai perantau sejati dan juga tangguh
Tak hanya terkenal dengan sifatnya yang keras, Suku Batak pun juga dipandang sebagai perantau sejati.
Junjung 3 Filosofi Hidup, Ini Alasan Orang Batak Pergi Merantau
Perantau Tangguh
Orang Batak sudah sangat melekat dengan yang namanya dunia perantauan. Tak sedikit dari mereka rela jauh dengan keluarga untuk menempuh pendidikan Sarjana bahkan hingga mencari pekerjaan tetap.
-
Kenapa orang Blitar pindah ke Sumatra? Minimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya Pada masa silam, pertumbuhan penduduk yang tinggi di Pulau Jawa berdampak pada kondisi sosial masyarakat.
-
Kenapa Jaka merantau ke negeri orang? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa warga Kampung Manggal merantau? Kondisi seperti ini membuat banyak warga Kampung Manggal merantau ke luar daerah. Mereka akan kembali lagi ke kampung tersebut saat musim tanam telah tiba.
-
Mengapa etnis Tionghoa datang ke Sumatera Barat? Kedatangan etnis Tionghoa ke daerah Minangkabau tentu saja tidak lepas dari aktivitas perdagangan di Nusantara.
-
Kenapa orang Batak menggunakan pepatah untuk mengajarkan nilai-nilai hidup? Melalui peribahasa, orang Batak mengajarkan untuk hidup dengan bijaksana, bertanggung jawab, dan memiliki jiwa yang kuat.
-
Kenapa Basko merantau ke Riau? Melihat kondisi keluarganya yang begitu menyedihkan, hati Basko tergerak untuk membawa kondisi perekonomian menjadi lebih baik dengan merantau ke Riau pada saat itu.
Tak hanya itu, orang Batak pun juga memutuskan untuk menetap di perantauan. Sehingga potensi persebaran suku Batak di daerah lain sangatlah tinggi. Maka dari itu, orang Batak kerap disebut sebagai perantau tangguh dan sejati.
Keinginan Mencari Rezeki
Melansir dari liputan6.com, tujuan orang Batak memilih untuk merantau ke luar daerah karena menginginkan mencari rezeki di kota lain. Hal tersebut atas dasar keinginan untuk mengubah nasib karena di kampung halaman tidak berpotensi menghasilkan uang yang lebih. Selain itu, orang Batak juga dikenal dengan sikap yang tidak memilih-milih pekerjaan saat merantau. Hal ini berkaca dari sulitnya hidup di tanah orang, karena keinginan pribadi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga.
Junjung Filosofi Hidup
Melansir dari situs pmb.brin.go.id, orang Batak sangat menjunjung tinggi 3 filosofi hidup yaitu Hamoraon (kekayaan), hagabeon (memiliki keturunan sukses) dan Hasangapon (kehormatan dalam status sosial). Dari ketiga filosofi itu, banyak dari orangtua yang mendorong anaknya dalam dunia pendidikan karena akan sulit mencapai cita-cita apabila pendidikannya biasa saja.
Pada akhirnya, orang-orang Batak akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi pendidikan anaknya. Kemudian, anak paling tua akan sadar dan membantu orang tuanya dalam segi ekonomi. Mulai dari membiayai pendidikan saudaranya sampai selesai. Kemudian ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat juga menanamkan rasa tanggung jawab dan saling membantu. Bahkan, tak hanya keluarga inti, marga jauh pun juga diajarkan untuk membantu apabila memiliki rezeki yang lebih.
Kekerabatan Suku Batak
Dalam konteks saling tolong menolong, hal tersebut juga berhubungan dengan kekerabatan dan relasi marga yaitu Dalihan Na Tolu atau Tungku Nan Tiga. Dalihan Na Tolu sendiri diibaratkan seperti tungku berkaki tiga, apabila salah satunya tak seimbang, maka akan mempengaruhi yang lain. Dalihan Na Tolu terdiri dari Hula-Hula (pihak keluarga dari perempuan), dongan tobu (orang semarga dengan kita) dan boru (keluarga dari pihak laki-laki).
Benahi Kampung Halaman
Selain 3 filosofi hidup, orang Batak juga memegang teguh prinsip 'Marsipature Hutana Be' yang dipopulerkan oleh Alm Raja Inal Siregar, mantan Gubernur Sumut. Arti dari Marsipature Hutana Be yaitu membenahi kampung halaman masing-masing. Prinsip ini sebagai pemanggil orang Batak diperantauan yang sukses untuk kembali dan membenahi kampung halamannya.