Batobo, Tradisi Gotong Royong Ala Masyarakat Sijunjung Sumbar yang Sudah Diwariskan Turun-temurun
Masyarakat Sijunjung di Sumatera Barat mengemas prinsip gotong royong menjadi sebuah tradisi yang disebut Batobo.
Setiap tradisi di berbagai daerah umumnya mempunyai nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Salah satunya adalah nilai gotong royong.
Masyarakat Sijunjung di Sumatera Barat mengemas prinsip gotong royong menjadi sebuah tradisi yang disebut Batobo.
-
Apa yang unik dari tradisi Tabot di Bengkulu? Konon tradisi ini sudah ada sejak abad ke-14 melalui proses akulturasi.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Kenapa tradisi Tabot di Bengkulu dilakukan? Tradisi ini juga untuk mengenang kepahlawanan serta wafatnya cucu Nabi Muhammad, Husein bin Ali Abu Thalib.
-
Dimana prinsip kekerabatan Batak diterapkan? Bagi orang Batak, perkawinan merupakan upacara sakral karena menghubungkan dua marga yang berbeda menjadi satu ikatan kekerabatan yang lebih besar dan luas.
-
Bagaimana budaya Betawi menjaga silaturahmi? Tradisi berlebaran masyarakat Betawi berlangsung hingga pekan ketiga di bulan Syawal. Budaya itu tidak hanya digunakan untuk memperkuat tali silaturahim saja, tetapi juga melanjutkan puasa syawalan.
-
Apa saja unsur prinsip kekerabatan Batak? Dalam prinsip kekerabatan masyarakat Batak terdapat 3 unsur yang memiliki arti dan fungsi yang berbeda.
Batobo sendiri merupakan implementasi nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sijunjung, khususnya dalam hal bertani. Sampai saat ini Batobo masih terus dilakukan demi menjaga kelestariannya serta terus diwariskan secara turun-temurun.
Apa Itu Batobo
Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, istilah batobo dikenal dengan berkumpul bersama, mencari solusi dari masalah secara bersama-sama, mengeksekusi pekerjaan secara bersama, serta menikmati hasil secara bersama-sama pula.
Masyarakat Sijunjung memiliki penghasilan tertinggi dari bertani, maka tradisi ini kerap digunakan untuk Manaruko, bersawah, berladang, mendirikan rumah, bahkan hingga simpan pinjam. Batobo juga menerapkan sistem "koperasi" yang ditujukan kepada masyarakat ketika sewaktu-waktu membutuhkan uang dalam kondisi mendesak.
Hingga saat ini, Batobo masih terus dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Sijunjung,
Batobo Konsi
Sampai saat ini Batobo masih dijalankan dengan istilah Batobo Konsi atau wadah berkumpulnya masyarakat Sijunjung untuk meringankan berbagai pekerjaan dan membahas aspek-aspek sosial-masyarakat.
Batobo Konsi memiliki struktur kepengurusan yang jelas. Mulai dari penasihat, ninik mamak, ketua, tuo tobo, juru tulih, bendahara, anggota dan pembuat jadwal atau giliran. Anggota dibagi berdasarkan usia dan keterampilan serta anggota pemula dan penghubung.
Terkait pengambilan keputusan, mereka wajib menggelar rapat besar yang dilaksanakan secara rutin. Dalam rapat tersebut, akan membahas yang berkaitan dengan tobo, mulai dari aturan yang berlaku sampai menentukan jadwal pekerjaan.
Ada Sanksi
Meski menjunjung prinsip gotong royong, masyarakat setempat juga bisa diberikan sanksi apabila tidak mentaati setiap aturan yang sudah disepakati bersama. Sanksi tersebut akan ditentukan dari besar atau kecilnya pelanggaran yang diperbuat.
Sanksi tersebut bisa dalam berupa permintaan maaf, denda, hingga mengeluarkan dari keanggotaan. Aturan-aturan tersebut berlaku bagi seluruh anggota yang terlibat dalam tobo. Sanksi ini menjadi jembatan untuk mengikat keanggotaan dan menjaga kedisiplinan dalam berbagai hal yang wajib dipenuhi.
Dari Batobo Konsi, banyak hal yang bisa dipetik. Dalam keanggotaan ini bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat terutama perihal pertanian. Setiap pertemuan ini umumnya akan diselingi dengan penyuluhan. Bahkan, dimanfaatkan pula sebagai pelestari adat dengan sistem pertemuan ini bisa lebih mengenal adat istiadatnya sendiri.