Pemena, Sistem Kepercayaan Pertama Suku Karo di Sumatra Utara
Pemena sendiri diambil dari bahasa Batak Karo yang berarti Pertama atau Yang Awal.
Pemena sendiri diambil dari bahasa Batak Karo yang berarti Pertama atau Yang Awal.
Pemena, Sistem Kepercayaan Pertama Suku Karo di Sumatra Utara
Suku Batak terkenal dengan berbagai adat istiadat dan budaya mereka yang telah diwariskan secara turun-menurun.
Salah satu sub-suku Batak yakni Batak Karo memiliki suatu kepercayaan pertama bernama Pamena yang dianut oleh para penganutnya.
Melansir dari berbagai sumber, Pemena sendiri diambil dari bahasa Batak Karo yang berarti Pertama atau Yang Awal. Pemena sendiri dikategorikan ke dalam agama Hindu karena keduanya memiliki persamaan dalam hal kepercayaan, tradisi, serta ritualnya.(Foto: Wikipedia)
-
Apa kepercayaan leluhur suku Karo? Sementara itu, dalam buku Mengenal Orang Karo karya Roberto Bangun pada 1989 lalu menyinggung bahwa leluhur masyarakat Karo memiliki kepercayaan tersendiri bernama Agama Pemena.
-
Siapa leluhur suku Karo? Mengutip jurnal dari UINSU yang mengangkat seputar leluhur masyarakat Karo, dikatakan bahwa sang leluhur bukanlah keturunan dari Si Raja Batak yang selama ini dikenal.
-
Apa makna tradisi Marpege-pege bagi masyarakat Batak Angkola? Marpege-pege merupakan salah satu bentuk dari rasa solidaritas, saling membantu dan toleransi antar anggota keluarga dan masyarakat khususnya dalam upacara perkawinan.
-
Apa arti Rebu dalam budaya Tanah Karo? Melansir dari buku 'Makna Pemakaian Rebu Dalam Kehidupan Kekerabatan Orang Batak Karo', Rebu diartikan 'Pantang', 'Tidak Pantas', 'Dilarang', 'Tidak Dapat'. Secara menyeluruh, pemaknaan Rebu sendiri mengandung larangan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
-
Dimana Rebu diterapkan dalam kehidupan orang Karo? Tak sampai situ, Rebu rupanya juga ditegakkan dalam konsep tempat tinggal orang Karo Tradisional. Pasalnya, dalam satu rumah itu dihuni empat sampai dua belas keluarga tanpa batas dinding atau sekat.
-
Dimana leluhur suku Karo pertama kali menetap? Kemungkinan, Gua Umang inilah yang menjadi cikal bakal Dataran Tinggi Karo yang dihuni oleh masyarakat keturunannya.
Dulunya Disebut "Perbegu"
Dilansir dari Jurnal Studi Sosial dan Agama berjudul "Makna Keberadaan Tuhan Dalam Paham Pemena", paham Pemena ini biasa dikenal dengan sebutan "Perbegu".
Penggunaan kata Perbegu ini sudah berlangsung lama. Perbegu ini juga diartikan sebagai setan atau roh jahat.
Sehingga kepercayaan ini berubah nama agar sedikit lebih halus dengan sebutan Pemena.
Setelah Indonesia merdeka, isu diskriminasi tentang Perbegu pun mulai mereda karena para penganutnya menjunjung tinggi prinsip anti penjajahan yang menjadi pondasi perjuangan melawan Belanda.
Asal-usul Pemena
Pemena sendiri tergolong dalam paham kepercayaan Animisme yang kemudian menggantikan Perbegu pada tahun 1946. Tidak diketahui pasti awal mula penyebaran dari agama Pemena ini.
Konon ada pengaruh orang-orang India yang datang ke Pulau Sumatra tepatnya ke masyarakat Suku Karo lalu mengajarkan ajaran agama Pemena. Banyak perspektif yang muncul dari Pemena ini, salah satunya kepercayaan ini dianggap sebagai produk agama Hindu.
Tahun 1977, para penganut Pemena pun sudah banyak yang mengikuti Hindu Dharma karena agama inilah yang menjadi cikal bakal dari adanya Pemena.
Saat ini masyarakat Suku Karo cenderung menganut agama yang diakui pemerintah sehingga Pemena sudah cukup susah ditemukan.
Ajaran-ajaran Pemena
Dalam prinsip hidup masyarakat Batak Karo, mereka percaya adanya segala sesuatu itu yang ada di dunia baik itu berwujud atau tidak adalah milik Dibata.
Ada beberapa pemahaman Dibata menurut orang Batak Karo, mulai dari Dibata Datas atau Guru Batara yang memiliki kekuasaan tinggi. Kemudian ada Dibata Tengah, disebut juga Tuhan Padukah Ni Aji yang dikenal menguasai dan memerintah.
Terakhir ada Diabata Teruh, Dibata Teruh juga disebut Tuhan Banua Koling. Dibata inilah yang memerintah di bumi bagian bawah bumi.