Menguak Misteri Candi Kayen di Pati, Jadi Saksi Awal Mula Masuknya Peradaban India ke Tanah Jawa
Peninggalan bangunan kuno itu pertama kali ditemukan tahun 2009.
Di Desa Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terdapat peninggalan bangunan candi bercorak Hindu. Dikutip dari Liputan6.com, peninggalan bangunan kuno itu pertama kali ditemukan tahun 2009.
Awalnya, masyarakat setempat mengenal lokasi itu sebagai bagian dari Makam Jati Kembar atau makam Ki Ageng Dharmoyono. Namun setelah diteliti, ternyata bangunan itu merupakan bagian dari sebuah candi yang pernah berdiri di masa silam. Menurut penelitian, candi ini merupakan salah satu saksi bisu awal mula masuknya peradaban India di tanah Jawa.
-
Apa yang ditemukan di Candi Pataan? Tak jauh dari Prasasti Sumbersari, terdapat Candi Pataan. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga yang terdiri dari satu candi induk dan dua candi pengapit.
-
Kenapa Situs Patapan diduga sebagai candi? Namun, menurut penelitian yang dilakukan Balai Arkeologi Bandung pada tahun 1996 dan 1997-1998, serta studi teknis yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang pada tahun 2003, secara arsitektural dan teknologi, situs Patapan kemungkinan besar adalah sebuah bangunan candi.
-
Mengapa Situs Candi Negeri Baru dikaitkan dengan Majapahit? Sehingga tak heran bahwa keberadaan situs di Desa Negeri Baru, Ketapang, langsung dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit.
-
Kapan Candi Mendut ditemukan? Pada saat pertama kali ditemukan pada tahun 1836, Candi Mendut hanya berupa gundukan tanah yang ditumbuhi semak belukar.
-
Dimana letak Candi Batujaya? Salah Satu Peninggalan Tarumanagara Adalah Percandian Batujaya di Karawang.
-
Di mana Candi Jawi berada? Candi Jawi berada di Desa Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Lalu apa saja fakta menarik terkait candi ini? berikut selengkapnya:
Penemuan Candi Miyono
Seperti dijelaskan sebelumnya, Candi Miyono pertama kali ditemukan tahun 2009. Saat itu, warga sedang membuat galian untuk pondasi masjid. Ternyata ditemukan batu besar yang masih terstruktur atau masih tertata. Penemuan batu itu membuat penggalian untuk pondasi masjid harus digeser ke utara.
Penemuan batu bata itu kemudian dilaporkan kepada Dinas Kebudayaan Pati dan ditindaklanjuti dengan melaporkannya ke BP3 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Temuan tersebut juga dilaporkan ke Balai Arkeologi Yogyakarta. Barulah setelah itu pihak-pihak terkait melakukan ekskavasi di tempat tersebut.
Proses Ekskavasi
Setelah laporan tersebut, kemudian dilakukan penelitian mulai September 2009 hingga 2015. Hasilnya, selain situs Candi Kayen, ternyata di sana juga terdapat situs Candi Pomahan.
Namun situs tersebut ditutup kembali karena berada di tanah hak milik warga. Warga diberi masukan oleh BP3 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala untuk melaporkannya pada Balai Arkeologi.
Survey dan penelitian terus-menerus dilakukan sepanjang tahun 2010 hingga 2013. Pada tahun 2014 dan 2015, hasil penelitian berkembang ke arah barat.
Dari penelitian tersebut, terdapat temuan di antaranya antefiks, lapik, umpak, batu segi delapan, bahan-bahan andesit, alat-alat rumah tangga, batu bata bertuliskan huruf sa’ dan ya’, peripih berbahan bata, uang kepeng, dan sebuah Arca Siwa Mahakala. Barang temuan itu disimpan di masjid dan di kediaman Ketua Pengurus Yayasan Bumi Miyono.
Punya Nilai Arkeologi dan Sejarah yang Tinggi
Dari penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun itu, terungkaplah bahwa candi tersebut punya nilai arkeologi dan sejarah yang cukup tinggi. Penelitian itu menunjukkan bahwa Candi Kayen menandakan awal peradaban orang India datang ke Jawa untuk menyebarkan budayanya pada abad ke-7 hingga 9 Masehi. Bahkan situs Candi Kayen diyakini menjadi salah satu pintu masuk pertama kali nenek moyang orang Jawa menyebarkan budayanya dari India.
Dari hasil penelitian pula, diketahui bahwa corak yang terdapat pada candi tersebut identik dengan agama Hindu. Hal ini ditandai dengan bentuk puncaknya yang berundak.
Selain itu, keunikan lainnya adalah bangunan Candi Kayen dibuat menggunakan batu bata merah. Diperkirakan candi itu sezaman dengan candi-candi yang dibangun pada era Kerajaan Mataram Kuno.