Eksotisme Candi Ngetos Saksi Peradaban Majapahit di Nganjuk, Tempat Ibadah yang Dikelilingi Sawah dan Air Terjun
Candi yang diduga makam Raja Hayam Wuruk ini masih difungsikan masyarakat sebagai objek wisata dan tempat ibadah hingga kini
Candi Ngetos yang terletak di Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu saksi bisu peradaban Kerajaan Majapahit. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-15 masehi.
Mengutip laman digilib.uinkhas.ac.id, batu bata penyusun Candi Ngetos masih sanggup menopang satu sama lain, meskipun pada beberapa sisi mengalami kerusakan. Hingga kini, candi ini masih difungsikan masyarakat sebagai objek wisata, pembelajaran, dan tempat ibadah.
-
Apa saja ragam wisata di Nganjuk? Berbagai wisata Nganjuk populer menyajikan panorama alam asri yang menyejukkan.
-
Candi Jabung, apa itu? Candi Jabung, atau yang dikenal dengan nama Bajrajinaparamitapura, terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
-
Dimana Candi Jabung berada? Candi yang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo ini dikenal dengan nama Candi Jabung.
-
Apa yang terkenal dari Ngawi? Kabupaten Ngawi dikenal sebagai sentra kerajinan kayu jati, terutama gembol kayu jati dan kerajinan dari limbah kayu jati.
-
Dimana Candi Mendut berada? Mengutip YouTube Asisi Channel, Candi Mendut segaris lurus dengan Candi Pawon dan Candi Borobudur.
Candi ini terbuat dari batu bata merah khas Majapahitan, proposisinya cukup tebal dan besar sehingga bisa bertahan hingga saat ini.
Pemilihan material batu bata merah dilatarbelakangi oleh ketersediaan bahan bangunan di sekitar area pembangunan candi. Batu-bata itu kemudian disusun bertingkat semakin ke atas semakin mengecut.
Profil
Candi Ngetos terdiri dari tiga bagian yakni berupa kaki, tubuh, dan atap. Membentuk denah bujur sangkar.
Candi ini mempunyai panjang 9,1 meter, tinggi tubuh 5,43 meter, tinggi keseluruhan 10 meter, subbasment 3,25 meter, luas tangga luar 3,75 meter, luas pintu masuk 0,65 meter, tinggi punden undak hingga mncapai ruang candi 2, 47 meter, dan ruang dalam 2,4 meter.
Relung-relung candi memiliki tinggi 2 meter dan lebar 0,65 meter, masing-masing relung atasnya diperindah oleh kala dengan besar 2 x 1,8 meter. Terdapat dua pintu bilik utama yang hanya cukup dilewati satu orang, apabila ingin masuk harus bergantian. Sementara atap candi telah hancur hanya tersisa puing-puing di bawah badan dan kaki.
Mengutip laman lib.ui.ac.id, Candi Ngetos yang berlatar belakang agama Hindu diperkirakan berasal dari periode antara pembangunan Candi Kalicilik (1349 M) sampai masa pembangunan Candi Angka Tahun Panataran (1369 M).
Keindahan
Candi yang terletak di lereng Gunung Wilis ini dikelilingi areal persawahan sehingga suasana di sekitarnya masih sangat sejuk. Tak jauh dari candi ini juga terdapat air terjun yang indah.
Candi Ngentos didirikan dengan meniru dasar bangunan sakral di India. Lebih lanjut, penemuan arca Siwa dan Wisnu membuktikan bahwa kala itu penduduk melaksanakan ritual pemujaan terhadap Sang Hyang di Candi Ngetos.
Arca Siwa dan Wisnu berkaitan dengan agama Prabu Hayam Wuruk. Oleh karena itu, candi ini diyakini sebagai makam Raja Hayam Wuruk.
Kondisi Terkini
Berdasarkan hasil evaluasi pasca konservasi pada tahun 2020 diketahui bahwa Candi Ngetos banyak ditumbuhi mikroorganisme dari jenis Lumut, Alga dan lichen sehingga diperlukan tindakan konservasi.
Saat ini, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI tengah melakukan konservasi Candi Ngetos dengan mengendalikan organisme terutama tumbuhan tingkat rendah dan tingkat tinggi.
Kegiatan pembersihan mikroorganisme diawali dengan penyemprotan larutan emulsi minyak atsiri jenis sereh wangi pada permukaan material cagar budaya yang terdapat pertumbuhan tumbuhan tingkat rendah.
Penyemprotan dilakukan untuk membunuh tumbuhan tingkat rendah agar spora dari alga, lichen dan lumut tidak menyebar pada waktu dibersihkan. Selanjutnya, dilakukan pembersihan dengan mekanis kering menggunakan sikat ijuk dan sikat nylon.
Pembersihan mekanis basah dilakukan menggunakan air dengan bantuan alat power sprayer. Penggunaan alat power spayer ini diatur tekanannya agar tidak merusak objek.
Setelah pembersihan dirasa cukup maksimal, lalu dilakukan penyemprotan minyak atsiri kembali untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Aplikasi bahan dilakukan dengan menggunakan hand sprayer agar hasil merata di seluruh permukaan cagar budaya.