Inggris gelar referendum keluar dari Uni Eropa, ini daftar dampaknya
Dalam survei terakhir jumlah ara pendukung di kedua kubu hanya bersaing tipis.
Inggris hari ini menggelar referendum yang akan menentukan apakah mereka akan tetap bergabung dengan Uni Eropa (UE) atau keluar dari organisasi bangsa-bangsa Benua Biru itu.
Istilah yang digunakan dalam referendum ini adalah Brexit, singkatan dari British Exit. Dalam referendum ini rakyat Inggris akan ditanya apakah ingin tetap menjadi anggota UE atau keluar dari UE.
Rakyat yang dibolehkan mengikuti referendum ini adalah warga berusia lebih dari 18 tahun, termasuk mereka yang tinggal di luar negeri.
Dikutip dari stasiun televisi Aljazeera, Rabu (22/6), pada Sabtu lalu survei teranyar menyatakan rakyat yang ingin tetap bergabung dengan UE masih unggul tipis ketimbang mereka yang ingin keluar. Jajak pendapat yang digelar oleh YouGov menyebutkan ada 44 persen responden yang ingin Inggris tetap di dalam UE, sedangkan 43 persen ingin keluar. Pada survei lain bahkan angkanya sama kuat di 44 persen.
Apa konsekuensi jika Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa? dan apa pula akibatnya jika Negari Tiga Singa itu keluar dari Uni Eropa?
Dari aspek ekonomi, para pendukung yang ingin tetap di UE menyatakan Inggris akan menjadi lebih kuat di UE. Mereka menyatakan UE akan mendorong ekonomi Inggris dan keluar dari UE adalah sebuah kesalahan.
Menurut mereka jika Inggris keluar dari UE maka akan terjadi resesi ekonomi, banyaknya PHK, dan ketidakstabilan keuangan.
Kementerian Keuangan leum lama ini mengatakan jika Inggris keluar dari UE maka setiap rumah tangga akan menanggung beban setara 4.300 poundsterling dan Bank sentral Inggris (Bank of England) juga mengatakan akan terjadi resesi ekonomi.
Namun sebaliknya, kaum yang mendukung Inggris keluar dari UE menyatakan ekonomi Inggris akan berkibar jika keluar dari UE.
Menurut mereka dampak negatif jika keluar dari UE itu tidak benar.
"Memang ada risiko ekonomi jika kita keluar dari UE, begitu pula jika tetap di UE. Menurut saya tidak akan ada resesi jika kita memilih keluar," kata Gove, pemimpin kampanye Brexit kepada koran the Daily Telegraph.
Pendukung Brexit mengklaim ongkos tetap di UE akan memakan biaya sebesar 350 juta poundsterling saban pekan atau hampir 20 miliar poundsterling setiap tahun.
Dari aspek lapangan kerja, mereka yang ingin tetap di UE mengatakan bisnis akan tumbuh jika Inggris tetap bergabung di UE. Lapangan kerja akan bertambah dan warga Inggris akan mengelola keuangannya dengan lebih aman.
Mereka mengatakan lebih dari tiga juta lapangan kerja terkait dengan perdagangan antara Inggris dengan UE. Mereka juga memprediksi akan tercipta 790 ribu lapangan kerja baru pada 2030 jika Inggris tetap di UE. Sedangkan jika Inggris keluar maka 950 ribu lapangan kerja akan hilang.
Sebaliknya, kaum pendukung Brexit menyatakan Inggris akan mampu menciptakan ratusan ribu lapangan kerja di dalam negeri jika menjalin hubungan dagang dengan negara lain secara mandiri.
Dari aspek imigrasi, para pendukung Brexit menyatakan Inggris tidak akan bisa mengendalikan masalah imigrasi jika belum keluar dari UE.
"UE tidak punya payung hukum yang memadai untuk mengatasi krisis migran saat ini. Jika kita memilih keluar maka kita bisa menanganinya sendiri," kata mereka.