Lima teror paling mencekam terhadap KBRI dan KJRI
Ketika ketegangan politik terjadi antara dua negara maka kantor kedutaan/ konsulat paling mudah jadi sasaran teror.
Kantor kedutaan suatu negara adalah simbol persahabatan antara negara tuan rumah dan negara tamunya. Kantor kedutaan ditempatkan di ibu kota suatu negara, sedangkan kantor konsulat ditempatkan di luar ibu kota negara. Demikian pula dengan Kantor Kedutaan dan Kantor Konsulat Republik Indonesia dan di berbagai negara.
Ketika ketegangan politik terjadi antara dua negara itu maka biasanya kantor kedutaan menjadi sasaran paling mudah dijangkau untuk diserang atau diteror oleh warga tidak bertanggung jawab. Misalnya yang terjadi pada Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Sydney, Australia, beberapa waktu lalu saat menjelang eksekusi terpidana narkoba Duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
-
Kapan daratan kuno di lepas pantai Australia terendam? Norman dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa ketika Zaman Es terakhir berakhir sekitar 18.000 tahun yang lalu, pemanasan global menyebabkan naiknya permukaan air laut, yang menenggelamkan sebagian besar benua di dunia.
-
Dimana Cut Tari mendampingi Sydney? Cut Tari bangga mendampingi Sydney di wisuda SMP-nya!
-
Apa yang sedang Khirani lakukan di Australia? Gadis berusia 17 tahun itu saat ini sedang menimba ilmu di Melbourne, Australia.
-
Apa prestasi yang telah diraih oleh Sydney? Sydney, atlet cilik berprestasi, telah memperoleh banyak prestasi dengan dukungan orang tuanya. Lihatlah potretnya dengan medali-medalinya yang baru saja diraih!
-
Kapan Timnas Indonesia bertanding melawan Australia? Setelah bertanding di Arab Saudi, Timnas Indonesia akan segera kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan pertandingan melawan Australia di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Selasa, 10 September 2024.
-
Apa yang didukung oleh DPR terkait kerja sama Australia dan Jawa Barat? Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin menyampaikan apresiasi dan dukungannya.
Selain di KJRI Sydney, beberapa kantor kedutaan dan konsulat serta wisma juga sempat diteror warga negara asing tak bertanggung jawab. Berikut lima kejadian teror mencekam terhadap kantor kedutaan dan konsulat Republik Indonesia di luar negeri.
KJRI Sydney diteror balon darah
Ketika pemerintah Indonesia akan menggelar eksekusi mati bagi terpidana narkoba sal Australia yang dikenal dengan sebutan Duo Bali Nine yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, beberapa pihak tersulut emosinya. Salah satunya seorang perempuan yang mendatangi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Sydney, Negara Bagian New South Wales pada Selasa (2/3) malam.
Perempuan yang belum teridentifikasi itu tertangkap kamera CCTV melemparkan 10 balon ke pagar dan halaman KJR pada pukul 22.30 waktu setempat. Balon itu berisi cat merah darah. Sebagian balon pecah, sehingga cairan tersebut berceceran.
Staf KJRI Siti Sofiah dalam keterangan tertulis kepada merdeka.com, menyatakan pagi-pagi penjaga KJRI yang menemukan ceceran cairan itu terkejut. Kepolisian Sydney segera dikontak.
"Polisi setempat datang ke KJRI Sydney dan memasang police line di gerbang," kata Sofiah.
Aparat keamanan di Sydney menduga pelemparan 'balon darah' adalah rangkaian aksi protes terhadap eksekusi Bali Nine.
Februari lalu, gerbang KJRI pernah dipasangi spanduk, isinya juga kritik terhadap rencana Kejaksaan Agung menembak mati Andrew dan Myuran. Sampai sekarang, Kepolisian Sydney belum menangkap pelaku teror-teror tersebut.
Teror balon darah memperkeruh hiruk-pikuk seputar eksekusi mati Bali Nine. Akibat kasus ini, hubungan diplomatik Indonesia-Australia renggang sejak awal tahun.
Sebelumnya, masyarakat Indonesia sudah lebih dulu menyerang pemerintah Negeri Kanguru, khususnya Perdana Menteri Tony Abbott. Ucapan pemimpin Partai Liberal ini dianggap melecehkan publik Tanah Air.
Abbott sempat mengungkit bantuan Australia untuk rekonstruksi Aceh pascatsunami yang nilainya setara Rp 13 triliun. Menurutnya, bantuan ini perlu jadi pertimbangan pemerintah RI buat membebaskan Bali Nine.
WNI di Australia diancam disiram air keras
Warga Indonesia di Australia merasa terancam dengan adanya surat kaleng yang mampir ke kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney. Pasalnya, si pengirim surat kaleng tersebut mengatakan akan menyiram orang-orang Indonesia di Australia dengan air keras.
Staf KJRI yang berada di Marouba yang menerima surat tersebut pada Selasa siang, mengatakan telah melaporkan surat tersebut pada polisi lokal, dan Polisi Federal Australia.
Surat tersebut tidak ada alamat pengirimnya, dan isinya merupakan ancaman serius yang dapat membahayakan warga Indonesia di sana.
"Mereka bermaksud menimbulkan luka, dan menyakiti warga Indonesia. Hal ini sangat mengkhawatirkan," ujar juru bicara KJRI, seperti dilansir dari Sydney Morning Herald, Rabu (20/5).
Surat yang ditulis dalam bahasa Inggris itu dibuat lantaran kesal dengan Pemerintah Indonesia yang mengeksekusi mati dua gembong narkoba asal Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
'Surat itu dibuat dengan perasaan dendam yang jelas, dan sedikit membuat ketakutan warga Indonesia di sini," lanjut dia.
Walaupun demikian, Konsul Jenderal Indonesia di Sydney, Yayan Ganda Hayat Mulyana meminta masyarakat Indonesia di Sydney untuk tenang, walaupun harus tetap waspada.
"Kami mengimbau agar semua masyrakat Indonesia di wilayah kerja tetap tenang dan waspada, seraya tetap melaksanakan aktivitas keseharian," ujar Yayan.
Pada Maret lalu, KJRI Sydney juga pernah menerima ancaman balon darah. Seorang perempuan tertangkap kamera pengawas melemparkan 10 balon ke pagar halaman KJRI pada pukul 22.30 waktu setempat. Balon itu berisi cat merah darah. Sebagian balon pecah, sehingga cairan tersebut berceceran.
Aparat keamanan di Sydney menduga pelemparan 'balon darah' adalah rangkaian aksi protes terhadap eksekusi Bali Nine.
KBRI Canberra diteror bubuk putih
Teror terhadap perwakilan pemerintah Indonesia di Australia tak kunjung usai terkait eksekusi dua penyelundup narkoba Bali Nine. Kemarin, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kota Melbourne, Sydney, dan Perth, dalam waktu bersamaan mendapat kiriman bubuk putih mencurigakan.
Seperti dilansir the Age, Kamis (28/5), kiriman itu menyebabkan para pegawai KJRI diungsikan. Di Melbourne, misalnya, 20 pegawai KJRI terpaksa berlarian siang bolong setelah ada satu orang membuka paket berupa bubuk putih.
Awalnya dikhawatirkan paket itu merupakan bubuk virus anthrax yang biasa dilakukan kelompok teroris. "Bubuk putih yang ditemukan di kantor konsulat Perth dan Melbourne sudah dinyatakan tidak berbahaya. Untuk bubuk putih yang ditemukan di Sydney masih diselidiki," ujar juru bicara Kepolisian Federal Australia (AFP).
Sebelum tiga KJRI itu mendapat teror bubuk putih, KBRI di Ibu Kota Canberra sudah kena ancaman serupa. Paket berupa bubuk putih itu tiba-tiba ada di ruang penerimaan surat. Polisi segera dipanggil, tapi hasil laboratorium menunjukkan tidak ada substansi berbahaya di dalamnya.
AFP berjanji meningkatkan pengamanan di setiap gedung perwakilan Indonesia.
Pekan lalu, warga Indonesia di Australia merasa terancam dengan adanya surat kaleng yang mampir ke KJRI Sydney. Pasalnya, si pengirim surat kaleng tersebut mengatakan akan menyiram orang-orang Indonesia di Australia dengan air keras.
Surat yang ditulis dalam bahasa Inggris itu dibuat lantaran kesal dengan Pemerintah Indonesia yang mengeksekusi mati dua gembong narkoba asal Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Konsul Jenderal Indonesia di Sydney, Yayan Ganda Hayat Mulyana meminta masyarakat Indonesia di Sydney untuk tenang, walaupun harus tetap waspada.
"Kami mengimbau agar semua masyrakat Indonesia di wilayah kerja tetap tenang dan waspada, seraya tetap melaksanakan aktivitas keseharian," ujar Yayan.
Dua bulan sebelum eksekusi mati Bali Nine, KJRI Sydney juga pernah menerima ancaman balon darah. Seorang perempuan tertangkap kamera pengawas melemparkan 10 balon ke pagar halaman KJRI pada pukul 22.30 waktu setempat. Balon itu berisi cat merah darah. Sebagian balon pecah, sehingga cairan tersebut berceceran.
Wisma RI di Kaledonia dicoret-coret orang tidak bertanggung jawab
Aksi protes terhadap terpidana mati narkoba asal Prancis, Serge Atloui, dilancarkan warga tidak dikenal dengan tindakan mencoret tembok wisma RI di Nomea, Kaledonia Baru, sebuah pulau di Samudera Pasifik yang juga merupakan Koloni dari Prancis.
Konsulat Jendral Republik Indonesia di Nomea, Widyarka Ryananta, membenarkan aksi tersebut saat dikonfirmasi melalui telepon pada Minggu, (26/7), seperti dikutip kantor berita Antara.
"Pada hari Minggu terjadi aksi tersebut, tembok luar wisma dicoret orang tidak bertanggung jawab dengan tulisan 'Bebaskan Serge', 'Indonesia harus memberi grasi pada teman kita', 'Bebaskan sesama bangsa kami', 'Hidup bangsa kami', 'Menentang hukuman mati'," ungkap Widyarka.
Aksi tersebut sempat terekam kamera pengawas (CCTV). Dua orang tidak dikenal melakukan aksi tersebut sekitar pukul 05.02-05.15 waktu setempat.
Perwakilan Komisaris Tinggi Prancis di Kaledonia Baru Duta besar Jean-Luc Faure pada pukul 11 siang waktu setempat langsung menemui Konjen Widyarka buat menyampaikan permintaan maafnya atas kejadian tidak terpuji tersebut.
Polisi setempat juga sudah dihubungi untuk menangani kasus itu dan diminta khusus untuk meningkatkan keamanan di wisma dan kantor KJRI di Noumea.
Aksi ini diduga kuat sebagai dampak Peninjauan Kembali (PK) Serge Atloui yang ditolak Mahkamah Agung pada Selasa lalu, (21/4). Pemberitaan penolakan PK Atloui menjadi pemberitaan utama di Prancis termasuk Noumea yang juga koloni Prancis di lautan pasifik selatan.
Eksekusi mati terhadap sembilan terpidana narkoba rencananya akan digelar pada Rabu dini hari nanti di Lapas Nusakambangan.
Jelang peringatan 17 Agustus, KJRI Sydney diteror cat darah
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sydney kembali dilempari cairan berwarna merah darah. Kali ini cairan tersebut dicipratkan secara sporadik.
Dari rekaman CCTV, pelaku diketahui dua orang. Mereka memakai penutup muka, sehingga tidak dapat dikenali.
"Vandalisme dilakukan dengan menggunakan alat booster sehingga cipratan cat sampai ke bagian atas gedung. Vandalisme dilakukan sekitar pukul satu dini hari waktu Sydney, dilakukan oleh dua orang memakai topi dan penutup muka," ujar Konsul Jenderal RI di Sydney, Yayan GH Mulyana, melalui pesan singkat kepada merdeka.com, Senin (17/8).
Aksi ini dilakukan pada 15 Agustus 2015, beberapa hari menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
Yayan menceritakan, pukul 7 waktu setempat, polisi sudah melakukan olah TKP. Kami, lanjut Yayan, meminta kepada polisi untuk melakukan investigasi secara tuntas.
"Kepada polisi kami menegaskan kembali agar aksi vandalisme diusut tuntas dan hukum ditegakkan kepada pelakunya. Kami juga telah menyampaikan tuntutan ini kepada DFAT-NSW," tutur dia.
Hingga kini belum diketahui apa motif pasti dari vandalisme tersebut. Namun, pada hari yang sama dengan kejadian tersebut, yakni 15 Agustus, terjadi demo global Papua Barat Merdeka di berbagai kota di dunia.
"Canberra, Perth, Sydney, Melbourne, dan Darwin, juga turut berdemo," tutup dia.