Parfum Tertua Berusia 3200 Tahun Dibuat Ahli Kimia Perempuan Pertama di Dunia
Taputti dikenal sebagai ahli parfum dan kimia perempuan pertama di dunia.
Pada 3200 tahun lalu, Taputti menulis beragam formula wewangian atau parfum di sebuah lempengan tanah liat dalam bahasa Akkadia. Taputti dikenal sebagai ahli parfum dan kimia perempuan pertama di dunia.
Kini formula parfumnya tersebut diciptakan kembali.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Sarsina? Para arkeolog di Italia telah berhasil mengungkapkan sebuah penemuan menakjubkan di kota Sarsina. Penemuan ini diumumkan Kementerian Kebudayaan Italia (MIC) dalam keterangan persnya.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Kastil Ayanis? Para arkeolog menemukan beberapa artefak bela diri saat melakukan penggalian di sebuah kastil kuno di Turki. Artefak bela diri tersebut berisi tiga perisai perunggu, baju besi, dan sebuah helm perunggu yang berasal dari 2.700 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Inggris? Baru-baru ini arkeolog menemukan kapak genggam prasejarah di Inggris. Ilmuwan takjub dengan ukuran perkakas berusia 300.000 tahun ini, yang dinilai sangat besar.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di kota kelahiran Sinterklas? Para arkeolog menemukan sejumlah hiasan plakat kaca dengan desain yang sangat indah saat menggali di kota kelahiran Sinterklas.
Taputti dianggap sebagai ahli kimia terdaftar pertama di dunia, seperti yang disebut salah satu pembuat parfum dalam lempengan berasal dari tahun 1200 SM di Mesopotamia. Dalam lempengan prasasti tersebut. Taputti disebut sebagai Taputti-Belatekallim. Belatekallim berarti perempuan penjaga istana.
Dikutip dari Arkeo News, Kamis (6/4), dalam formula parfumnya yang tertulis dalam lempengan tanah liat itu, Taputti menggunakan bunga, minyak, dan jeringau (calamus, sejenis tumbuhan rimpang), da juga dicampur dengan siperus, kemenyan, dan balsem. Dia mencampur semua bahan tersebut dengan air atau pelarut lainnya sebelum disuling dan disaring beberapa kali.
"Ada beberapa informasi tentang Taputti dalam lempengan tanah liat yang ditulis dalam bahasa Akkadia. Kita bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana membuat wewangian, bagaimana melakukan proses penyulingan, dan bagaimana menghasilkan zat pewangi cair dari lempengan tersebut," jelas ahli parfum, Bihter Turkan Ergul.
Ergul bekerja dengan tim ahli yang totalnya berjumlah 15 orang dalam menciptakan ulang parfum Taputti tersebut. Dia mengatakan, mereka telah bekerja selama tiga tahun untuk membuat parfum tersebut.
Dia menyebut ada ratusan lempengan tanah liat soal parfum yang ditemukan sejauh ini. Beberapa dari lempengan tersebut telah diterjemahkan dan sisanya sedang dalam proses penerjemahan.
Ergul mengatakan, dalam lempengan tersebut juga disebutkan Taputti melakukan proses pembuatan parfum saat bulan purnama. Lempengan tersebut juga memuat informasi lengkap bagaimana proses pembuatan parfum mulai dari penyulingan, bagaimana penggunaan air dan api, proses penyaringan, bahan pembuatan parfum seperti balsem, lemon, kemenyan, mawar, dan tanaman lainnya, serta berbagai informasi lainnya.
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah bisa mencium wewangian yang berasal dari 3200 tahun lalu.
"Setelah proyek ini selesai, tersisa 11 lempengan tanah liat. Saya tidak tahu apakah hidup saya, pada akhirnya, akan cukup untuk memproduksinya, tetapi upaya besar menunggu kami untuk menjaga agar budaya wewangian tetap hidup dan memunculkannya kembali," jelas Ergul.
Salah satu pakar parfum dan keramik kuno, Cenker Atila mengatakan, hanya ada dua lempengan tanah liat di dunia yang menyebut nama Taputti. Salah satunya berada di Museum Louvre di Paris, yang satu berada di Museum Girl di Jerman.
(mdk/pan)