Pasukan PBB ditarik, relawan Swiss di Sudan malah diculik
Insiden itu menimbulkan pertanyaan soal klaim kalau konflik bersenjata di Darfur sudah berakhir. Bahkan sejumlah relawan di Darfur kini khawatir akan keselamatan mereka, karena jumlah pasukan PBB dipangkas di beberapa daerah. Sebab, biasanya mereka selalu dikawal oleh pasukan PBB ketika hendak menuju ke daerah rawan.
Baru sepekan Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan memangkas jumlah pasukan penjaga perdamaian mereka di Negara Bagian Darfur, Sudan, sudah terjadi penculikan terhadap orang asing. Korbannya adalah seorang relawan kemanusiaan perempuan asal Swiss.
Sayangnya, identitas relawan itu belum diketahui. Termasuk alasan penculikan itu. Apakah disandera kelompok bersenjata atau bandit yang mencari tebusan. Amerika Serikat pun baru beberapa hari memutuskan mencabut embargo perdagangan selama dua dekade terhadap Sudan.
Menurut petinggi lembaga bantuan PBB di Sudan, Marta Ruedas, korban penculikan bukan anak buahnya. Namun, dia sudah beberapa tahun tinggal di Sudang, dan bekerja buat lembaga nirlaba Swiss buat membantu anak-anak korban konflik.
"Dia bukan staf PBB, tetapi kami sering bekerja sama dengannya," kata Ruedas.
Ruedas mengatakan, korban penculikan itu biasa menangani wilayah Ibu Kota El Fashir, Negara Bagian Darfur Utara. Kabarnya korban diculik sekelompok orang bersenjata di dekat tempat tinggalnya di Pusat Penelitian Pertanian.
Kementerian Luar Negeri Swiss menyatakan sudah mengetahui kabar penculikan warga negaranya dan bakal memantau terus perkembangannya. "Perwakilan kami kini sedang berkoordinasi dengan pemerintah setempat," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Sudan.
Insiden itu menimbulkan pertanyaan soal klaim kalau konflik bersenjata di Darfur sudah berakhir. Bahkan sejumlah relawan di Darfur kini khawatir akan keselamatan mereka, karena jumlah pasukan PBB dipangkas di beberapa daerah. Sebab, biasanya mereka selalu dikawal oleh pasukan PBB ketika hendak menuju ke daerah rawan. Di masa lalu, penculikan terhadap relawan Sudan dan asing juga kerap terjadi.
PBB mengirim pasukan ke Darfur sejak konflik berdarah meletup pada 2003. Pertikaian itu merenggut 300 ribu korban jiwa, dan membikin 2,5 juta penduduk terusir dari tempat tinggal mereka.
Konflik mencuat setelah pemberontak etnis minoritas melawan pemerintah Sudan dipimpin Presiden Omar al-Bashir. Mereka menuding Omar membiarkan penduduk di Darfur melarat karena alasan politis. Para pengamat juga sanksi kalau konflik bersenjata di Darfur sudah berakhir. Sebab, pemberontak yang tersingkir bisa kembali kapan pun.