Pria ini bangun simulator pesawat seharga Rp 1,3 miliar
Price membeli kokpit bekas itu setelah bercerai pada 2000.
Kebanyakan garasi hanya untuk menyimpan mobil, sepeda motor, atau barang-barang lainnya. Tetapi untuk James Price lain ceritanya.
Pria 52 tahun asal Negara Bagian California, Amerika Serikat itu membangun simulator pesawat seharga USD 150 ribu setara Rp 1,3 miliar dari sepotong kokpit Boeing 737, seperti dilaporkan surat kabar the Daily Mail, Jumat (20/4).
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Kenapa turbulensi sering dialami pesawat? Berdasarkan catatan dari Aminarno Budi Pradana, seorang dosen di salah satu sekolah penerbangan di Indonesia, turbulensi termasuk kejadian yang paling sering dialami oleh para penerbang.
-
Siapa yang menjadi pilot pesawat jet tersebut? Penerbangan ini dipiloti oleh Donald Myers dan George Nikita, dengan penumpang Richard Windsor, Robert Williams, dan Frank Wilder.
-
Kecoak apa yang berhasil nempel di jendela pesawat? Video yang dibagikan oleh akun @TripInChina ini menunjukkan bagaimana seekor kecoak yang berada di sela-sela jendela pesawat yang sedang terbang.
Price sudah 'terbang' dengan simulator selama 20 tahun. Tetapi dia tidak dapat menerbangkan pesawat komersial sekelas Boeing 737 karena tidak bisa mendapatkan lisensi pilot.
Dia mulai serius menekuni hobinya pada 1994. Waktu itu dia membangun sebuah ruang simulasi terbang dari kayu memanfaatkan ruangan tidak terpakai dalam rumahnya.
Price yang bekerja sebagai operator lalu lintas udara membeli kokpit bekas itu setelah bercerai pada 2000 seharga USD 1500 setara Rp 13,7 juta dari sebuah pesawat Boeing 737 bekas milik maskapai Continental. Setelah dipotong, dia menyewa truk untuk mengangkut ruang kemudi itu ke hanggar di Bandara Livermore Municipal.
Sejak itu dia mulai membangun simulator sendiri buat memenuhi impiannya. Sedikit demi sedikit ruang kemudi itu dilengkapi dengan panel-panel asli dari Boeing, tempat duduk, batang kendali, instrumen terbang, lampu-lampu penunjuk yang berfungsi normal.
Pada 2009, Price memindahkan potongan kokpit itu ke rumahnya setelah dirasa cukup lengkap. Tetapi dia harus memotong bagian belakangnya sepanjang 1,2 meter dan mengeluarkan semua isi garasi.
Di depan moncong, Price menempatkan tiga buah layar besar yang mengelilingi jendela kokpit buat menampilkan gambar seolah-olah sedang melakukan penerbangan.
Menurut Price, simulator milik dia sama canggihnya dengan kepunyaan sekolah penerbangan ternama. Dia mengatakan alat latih terbang itu punya tampilan sebenarnya dari setiap bandara di dunia. "Alat itu juga bisa menampilkan cuaca mirip aslinya yang terhubung dengan internet," kata Price.
Bagi Price, proyek simulator miliknya akan selalu dilengkapi dengan instrumen mutakhir, sesuai perkembangan zaman.
(mdk/fas)