Sederet Kebohongan Trump dalam Konflik di Suriah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan sejumlah pernyataan yang keliru dalam lima tahun AS memerangi kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah. Bukan itu saja Trump juga salah memahami dalam lima poin penting konflik Suriah.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan sejumlah pernyataan yang keliru dalam lima tahun AS memerangi kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah. Bukan itu saja Trump juga salah memahami dalam lima poin penting konflik Suriah.
Trump sebut upaya AS memerangi ISIS sangat kacau sampai akhirnya dia menjabat presiden
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Apa yang terjadi kepada Donald Trump saat sedang berkampanye? Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak. Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Siapa yang meramal Donald Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
-
Dimana peristiwa penembakan terhadap Donald Trump terjadi? Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
Benar bahwa kebijakan Trump mendorong operasi militer yang lebih gencar di Suriah sebagai bagian dari peran AS sebagai pemimpin pasukan koalisi. Namun sebetulnya di masa pemerintahan Obama pasukan milisi Kurdi direkrut AS untuk membantu memerangi ISIS.
Dikutip dari laman Haaretz, Kamis (24/10), pada Senin lalu Trump juga keliru dengan mengatakan pasukan AS sudah berada di Suriah selama 10 tahun.
Militer AS di masa Obama memulai operasi militer menghadapi ISIS pada musim panas 2014. Operasi itu dimulai di Irak. ISIS pada saat itu menguasai banyak wilayah sebelah utara dan barat Irak, termasuk kota penting Ramadi dan Mosul. Di Irak, pasukan AS punya sekutu yakni militer Irak, berbeda dengan di Suriah.
Kepala Pentagon, Ash Carter, yang menjabat dari awal 2015 sampai Trump dilantik pada Januari 2017, mengakui, "Kami butuh waktu lebih lama melancarkan operasi bersama untuk menjalankan strategi efektif melawan ISIS. Tapi operasi itu memang kacau ketika Trump menjabat presiden.
Bahkan Mosul di Irak dan Raqqa di Suriah sudah di ambang kejatuhan, dan operasi militer sudah mulai menuai kesuksesan. Irak mengumumkan kemenangan atas ISIS pada Desember 2017 dan pasukan milisi Kurdi sekutu AS di Suriah menyatakan kemenangan terjadap ISIS pada Maret lalu. Namun hingga kini masih menjadi pertanyaan apakah kemenangan itu akan bertahan.
Trump Mengatakan ISIS Sudah Kalah
"Kami membunuh ISIS," kata Trump pada 12 Oktober.
Tidak diragukan lagi memang kekhalifahan ISIS sudah jatuh dan sebagian besar wilayah yang tadinya mereka kuasai di Irak dan Suriah sudah direbut kembali oleh militer Irak dan Suriah. Namun kelompok militan ini masih menjadi ancaman jika berbagai kondisi membuat mereka bisa bangkit lagi, termasuk perang saudara di Suriah dan tidak berjalannya pemerintahan yang efektif di Irak.
Senator Republik Liz Cheney dari Wyoming mengatakan ketika Turki menggempur wilayah utara Suriah pada 9 Oktober lalu dia tidak mengerti mengapa Trump meninggalkan milisi Kurdi dan membiarkan ISIS kembali bangkit.
Bukan itu saja, keputusan Trump menarik mundur pasukan AS dan meninggalkan sekutu Kurdi membuat Turki melancarkan operasi militer terhadap Kurdi dan membuat tahanan ISIS yang selama ini dijaga Kurdi jadi melarikan diri.
Pasukan AS Pulang
Trump sering mengatakan pasukan AS yang terlibat dalam perang melawan ISIS kini sudah mulai pulang.
Hingga saat ini, itu tidak benar. Sebagian besar dari 1.000 personel militer AS yang ditarik mundur kini sedang menuju Irak, meski hanya sementara, atau ke lokasi lain di Timur Tengah, seperti Yordania. Pentagon mengatakan mereka masih merumuskan rencana bagaimana melanjutkan kampanye anti-ISIS di Suriah dan Irak.
"Kita sedang memulangkan tentara kita," kata Trump.
Hogan Gidley, wakil kepala pers Gedung Putih, mengatakan Trump punya tujuan ingin menyeimbangkan berbagai pertimbangan.
"Presiden tidak ingin semua tentara dipulangkan," kata Gidley. "Itu sudah jadi tujuan dia sejak menjabat. Itulah yang ingin dia lakukan sekarang. Tapi dia juga ingin memastikan stabilitas di kawasan."
Trump Bilang AS Menguasai Minyak Suriah
"Kami sudah mengambil alih," kata Trump 18 Oktober lalu, merujuk pada minyak di Suriah. Tiga hari kemudian dia mengatakan ingat ketika pasukan AS menginvasi Irak pada 2003, harusnya AS mengambil alih minyak Irak.
"Saya selalu katakan, 'kalau kita mau menyerang, jaga minyaknya'. Sama juga dengan di sini (Suriah). Jaga minyaknya."
Tapi faktanya, menurut hukum itu adalah minyak Suriah.
Trump mengatakan dia tetap mempertahankan sejumlah kecil pasukan AS bertahan di Suriah untuk menjaga agar ISIS atau pihak lain tidak mengambil alih ladang minyak dan memanfaatkan minyak itu buat meraup keuntungan, seperti lewat penyelundupan.
(mdk/pan)