Perjalanan Karier Donald Trump, dari Pengusaha Sukses ke Calon Presiden Lagi
Menjelang Pilpres 2024, Donald Trump kembali menjadi sorotan dengan tantangan hukum yang dihadapinya dan dukungan kuat dari pendukungnya.
Donald John Trump dilahirkan pada 14 Juni 1946 di Queens, New York, dalam sebuah keluarga yang memiliki latar belakang di dunia bisnis. Ia merupakan anak keempat dari lima bersaudara dalam keluarga yang terlibat dalam industri real estate.
Sejak usia dini, Trump menunjukkan minat yang besar terhadap dunia bisnis, yang kemudian mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan di Wharton School of Finance, salah satu sekolah bisnis terkemuka di Amerika Serikat. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Trump mengambil alih perusahaan keluarga pada tahun 1971 dan mengubahnya menjadi Trump Organization.
Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini mengalami perkembangan pesat dengan berbagai proyek properti besar, termasuk hotel, kasino, dan lapangan golf. Keberhasilan dalam bisnis ini tidak hanya membuatnya kaya raya, tetapi juga membentuk citra publiknya sebagai seorang miliarder yang sukses.
Dalam perjalanan kariernya, Trump dikenal sebagai sosok yang penuh kontroversi. Ia sering terlibat dalam berbagai skandal bisnis dan mengalami beberapa kebangkrutan. Namun, ia berhasil mempertahankan reputasinya di mata publik melalui penampilannya di media dan reality show The Apprentice, yang semakin meningkatkan popularitasnya.
Saat ini, Donald Trump sedang bersaing dengan Kamala Harris untuk menarik perhatian masyarakat dalam Pemilu Presiden yang akan berlangsung di Amerika Serikat pada 5 November 2024. Dalam survei yang dirilis pada 4 November, keduanya memperoleh suara yang sangat tipis.
Berikut adalah profil Donald Trump yang menarik perhatian, dirangkum oleh Merdeka.com dari berbagai sumber pada Selasa (5/11).
Karier Berawal dari Proyek Kecil Perumahan
Karier bisnis Donald Trump dimulai dengan proyek-proyek kecil di New York sebelum ia melangkah ke tingkat yang lebih besar. Salah satu langkah awalnya adalah mengembangkan kompleks perumahan di wilayah Brooklyn dan Queens. Keberhasilan yang diraih pada tahap ini menjadi dasar bagi proyek-proyek besar selanjutnya, termasuk pembangunan Trump Tower di Manhattan yang kini menjadi ikon kota New York.
Trump juga dikenal luas karena investasi dan akuisisi properti di berbagai lokasi yang strategis. Ia memperluas portofolio bisnisnya dengan terjun ke industri hiburan melalui kasino-kasino yang ada di Atlantic City. Meskipun tidak semua proyeknya berhasil, seperti beberapa kasino yang mengalami kebangkrutan, Trump selalu mampu bangkit kembali dengan memanfaatkan nama besarnya dan strategi pemasaran yang agresif.
Keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya telah membentuk karakter Trump sebagai seorang pengusaha yang berani mengambil risiko. Meski menghadapi banyak tantangan, ia terus beradaptasi dengan dinamika pasar dan tetap relevan dalam industri real estate. Hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa ia memiliki pengaruh yang signifikan dalam dunia politik setelah memasuki arena tersebut.
Masuk ke Dunia Politik
Donald Trump mengumumkan pencalonannya sebagai presiden untuk pertama kalinya pada tanggal 16 Juni 2015. Dalam pidato perdananya, ia menekankan beberapa isu krusial seperti imigrasi ilegal dan keamanan nasional, serta berkomitmen untuk 'membuat Amerika hebat kembali.'
Slogan tersebut sangat mengena di hati banyak pemilih yang merasa terabaikan oleh kebijakan pemerintah sebelumnya. Gaya komunikasi kampanye Trump sangat khas, yaitu langsung dan sering kali menimbulkan kontroversi.
Ia memanfaatkan media sosial, terutama Twitter, untuk berinteraksi dengan pendukungnya dan menyampaikan pendapatnya tanpa adanya penyensoran. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menarik perhatian media dan membangun dukungan yang solid di kalangan pemilih Partai Republik.
Selama tahapan pemilihan awal, Trump menghadapi berbagai tantangan dari kandidat lain dalam Partai Republik. Namun, kemampuannya untuk berbicara secara lugas mengenai isu-isu sensitif dan mengadopsi sikap populis membawanya unggul dalam pemilihan pendahuluan.
Pada akhirnya, ia berhasil mendapatkan nominasi dari Partai Republik untuk pemilihan presiden 2016. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pendekatan yang diambilnya mampu merespons keinginan pemilih yang menginginkan perubahan dan keberanian dalam politik.
Kemenangan Pemilu 2016
Pada tanggal 8 November 2016, Donald Trump berhasil terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat setelah mengalahkan calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Meskipun Trump kalah dalam suara populer, ia meraih kemenangan di Electoral College berkat dukungan kuat dari negara bagian strategis seperti Florida dan Pennsylvania.
Kemenangan ini mengejutkan banyak pengamat politik yang sebelumnya memperkirakan bahwa Clinton akan keluar sebagai pemenang. Kampanye Trump dalam pemilu 2016 sangat dipengaruhi oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi politik yang ada di Washington D.C.
Ia mampu menarik perhatian pemilih dari berbagai kalangan dengan janji-janji untuk merombak sistem politik yang dianggap korup dan tidak responsif terhadap kebutuhan rakyat. Pendekatan agresifnya terhadap isu-isu seperti perdagangan internasional dan imigrasi sangat resonan dengan banyak pemilih.
Setelah meraih kemenangan, Trump segera dihadapkan pada tantangan besar dalam menyusun kabinet dan melaksanakan rencana kebijakannya. Meskipun banyak kritik yang ditujukan kepada gaya kepemimpinannya yang tidak biasa, ia tetap berkomitmen pada janji kampanyenya untuk membawa perubahan yang signifikan dalam pemerintahan AS.
Dalam konteks ini, Trump berusaha untuk menunjukkan bahwa ia dapat memenuhi harapan pemilih yang menginginkan pergeseran dari kebijakan yang telah ada sebelumnya. Dengan cara ini, ia mencoba untuk membangun dukungan yang lebih luas di kalangan masyarakat, meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi di depan.
Masa Jabatan Sebagai Presiden
Selama periode jabatannya dari 2017 hingga 2021, Donald Trump melaksanakan berbagai kebijakan yang menuai kontroversi dan memberikan dampak signifikan. Salah satu kebijakan yang paling banyak dibicarakan adalah larangan perjalanan bagi individu dari negara-negara dengan mayoritas Muslim, yang mendapatkan banyak kritik baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Banyak pihak menilai kebijakan ini sebagai bentuk diskriminasi, meskipun tetap mendapat dukungan dari kelompok pemilih yang loyal.
Selain itu, Trump dikenal dengan kebijakan ekonomi yang mendukung bisnis, termasuk pengurangan pajak yang signifikan melalui Tax Cuts and Jobs Act yang diimplementasikan pada tahun 2017.
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, namun hal ini juga memunculkan kekhawatiran mengenai peningkatan defisit anggaran. Di sisi lain, ia juga berupaya untuk melakukan deregulasi di berbagai sektor, termasuk dalam hal perlindungan lingkungan.
Salah satu peristiwa paling dramatis dalam kepresidenan Trump adalah responsnya terhadap insiden penembakan massal dan terorisme domestik. Untuk menangani isu ini dengan lebih efektif, ia membentuk Dinas Keamanan Dalam Negeri, meskipun sering kali mendapat kritik terkait dengan retorika yang keras terhadap kelompok tertentu.
Dampak Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 merupakan tantangan paling signifikan yang dihadapi oleh kepemimpinan Donald Trump. Respons awal dari pemerintah Amerika Serikat terhadap krisis kesehatan ini banyak mendapat sorotan negatif karena dianggap lambat dan tidak efisien dalam menangani penyebaran virus.
Banyak pihak berpendapat bahwa buruknya komunikasi publik menyebabkan kebingungan di kalangan masyarakat mengenai langkah-langkah pencegahan yang perlu diambil. Namun, pemerintahannya tetap meluncurkan program vaksinasi massal yang dikenal dengan Operation Warp Speed, bertujuan untuk mempercepat pengembangan vaksin COVID-19.
Program ini berhasil menghasilkan beberapa vaksin dalam waktu yang relatif singkat dan menjadi salah satu pencapaian utama selama masa jabatan Trump, meskipun terdapat banyak kritik terkait distribusi vaksin tersebut.
Kepemimpinan Trump di tengah pandemi memicu perdebatan yang luas mengenai tanggung jawab pemerintah dalam melindungi kesehatan masyarakat dibandingkan dengan upaya menjaga ekonomi tetap berjalan.
Masyarakat terpecah menjadi dua kubu; satu mendukung penerapan langkah-langkah pencegahan yang ketat, sementara yang lain ingin segera kembali ke kehidupan normal. Hal ini menciptakan ketegangan dalam masyarakat, di mana setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah selalu menjadi sorotan publik.
Dengan situasi yang terus berkembang, tantangan ini menjadi ujian bagi kepemimpinan Trump dalam menentukan arah kebijakan yang seimbang antara kesehatan dan ekonomi.
Pemilihan Umum 2020
Donald Trump kembali mencalonkan diri dalam pemilihan umum 2020 dengan harapan untuk mempertahankan kursi kepresidenan yang telah didudukinya selama satu masa jabatan. Namun, keadaan politik saat itu sangat berbeda dari pemilihan sebelumnya; pandemi COVID-19 telah mengubah cara kampanye dilakukan dan memberikan dampak besar terhadap opini publik.
Selama masa kampanye, Trump bersaing dengan Joe Biden, kandidat dari Partai Demokrat. Selain isu pandemi, masalah sosial seperti gerakan Black Lives Matter juga menjadi fokus utama dalam pemilu kali ini. Meskipun Trump masih memiliki basis pendukung yang setia, banyak pemilih independen mulai beralih ke Biden karena penanganan pandemi dan isu-isu sosial lainnya.
Akhirnya, Joe Biden berhasil memenangkan pemilu dengan selisih lebih dari tujuh juta suara dibandingkan Trump. Setelah hasil pemilu diumumkan, Trump menolak untuk mengakui kekalahannya dan mengklaim adanya kecurangan tanpa bukti yang kuat; tindakan ini menyebabkan ketegangan politik yang berkepanjangan di Amerika Serikat.
Pasca Kepresidenan
Setelah meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021, Donald Trump tetap menjadi sosok yang dominan dalam Partai Republik, meskipun ia harus menghadapi berbagai masalah hukum terkait dugaan penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi selama masa jabatannya dan penanganan dokumen-dokumen rahasia setelah masa kepresidenannya berakhir. Ia terus mengungkapkan pandangannya mengenai kebijakan-kebijakan yang pernah diterapkannya serta mengkritik pemerintahan Biden.
Trump juga aktif dalam mendukung calon-calon dari Partai Republik menjelang pemilihan midterm 2022 dan pemilihan presiden 2024 yang akan datang. Dengan gaya komunikasinya yang khas dan kemampuannya menarik perhatian media melalui pernyataan-pernyataan yang sering kali provokatif, ia berupaya mempertahankan dukungan dari basis pemilihnya yang setia.
Meskipun terdapat upaya dari beberapa pihak untuk menjauhkan diri darinya setelah terjadinya kerusuhan di Capitol pada Januari 2021, banyak anggota Partai Republik yang masih menganggapnya sebagai tokoh penting dalam menentukan arah politik partai di masa mendatang.
Tantangan Hukum
Donald Trump kini sedang menghadapi sejumlah tantangan hukum yang serius, termasuk dakwaan kriminal yang berkaitan dengan penanganan dokumen rahasia serta dugaan upaya untuk mengubah hasil pemilu 2020. Kasus-kasus hukum ini berpotensi memengaruhi pencalonannya kembali sebagai presiden, serta reputasinya di mata publik dan partai politik.
Meskipun demikian, Trump menunjukkan sikap optimis mengenai peluangnya untuk mencalonkan diri kembali pada tahun 2024. Dalam beberapa wawancara terakhir, ia mengungkapkan bahwa semua tuduhan yang diarahkan kepadanya adalah bagian dari strategi politik untuk merintangi kariernya dan menegaskan bahwa ia akan terus berjuang demi kepentingan rakyat Amerika.
Dukungan dari basis pemilih setianya nampaknya tetap kuat meskipun ia menghadapi berbagai tantangan hukum. Banyak pendukungnya melihat dirinya sebagai korban dari sistem hukum yang dianggap bias terhadap para politisi konservatif seperti dirinya.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada berbagai masalah hukum yang mengelilinginya, Trump masih memiliki dukungan yang solid dari para pengikutnya. Mereka percaya bahwa perjuangan Trump adalah untuk keadilan dan kebenaran, yang membuatnya tetap relevan dalam percaturan politik saat ini.
Persaingan Trump dengan Kamala Harris dalam Survei Pemilu AS
Persaingan antara Donald Trump dan Kamala Harris semakin sengit menjelang pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pada 5 November 2024. Hasil survei terbaru menunjukkan selisih yang sangat tipis, di mana beberapa lembaga seperti The Guardian dan Des Moines Register/Mediacom mencatat bahwa Harris sedikit unggul, sementara survei NBC menunjukkan keduanya berada dalam posisi imbang.
Survei yang dilakukan oleh The Guardian pada 31 Oktober menunjukkan bahwa Kamala Harris memperoleh 48% suara, sedangkan Trump meraih 47%. Di Iowa, survei Des Moines Register/Mediacom mencatat Harris unggul dengan 47% suara, sementara Trump mendapatkan 44%.
Namun, survei nasional yang dilakukan oleh NBC pada 3 November menunjukkan hasil imbang, dengan masing-masing kandidat meraih 49% suara. Hasil dari survei The New York Times/Siena College juga menunjukkan bahwa Harris unggul di negara bagian kunci seperti Nevada dan Wisconsin, sementara Trump hanya unggul di Arizona.
Dengan hasil yang sangat kompetitif ini, kedua kandidat berusaha keras untuk menarik dukungan dari pemilih yang belum menentukan pilihan mereka menjelang hari pemilihan yang semakin dekat.
Apa Latar Belakang Donald Trump Sebelum Menjadi Presiden?
Donald Trump dikenal sebagai seorang pengusaha yang berhasil di sektor real estate. Ia juga menjadi terkenal berkat reality show 'The Apprentice' sebelum memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2015. Keberhasilannya dalam bisnis dan televisi memberi Trump platform yang kuat untuk memasuki dunia politik.
Dengan latar belakang yang unik, ia mampu menarik perhatian banyak orang dan membangun basis pendukung yang signifikan. Selama kampanye, Trump membawa banyak ide kontroversial yang memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Ia menggunakan pengalaman bisnisnya sebagai salah satu alasan mengapa ia merasa siap untuk memimpin negara.
Dalam konteks ini, ia menunjukkan bahwa pengalamannya di dunia nyata dapat diterapkan dalam pemerintahan. Ini adalah aspek yang menarik dari perjalanan kariernya yang mencakup berbagai bidang.
Apa Saja Kebijakan Utama yang Diterapkan Selama Masa Kepresidenan Trump?
Beberapa kebijakan utama yang diterapkan mencakup pengurangan regulasi yang berkaitan dengan lingkungan, larangan perjalanan untuk negara-negara yang mayoritas Muslim, dan pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 yang dikenal sebagai Operation Warp Speed.
Kebijakan-kebijakan ini menunjukkan pendekatan yang berbeda dalam menangani isu-isu sosial dan kesehatan yang muncul selama masa pandemi.
Bagaimana Respons Publik Terhadap Kepemimpinan Donald Trump?
Kepemimpinan Donald Trump telah menimbulkan berbagai reaksi, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, sejumlah pendukungnya memberikan pujian atas kebijakan yang ia terapkan, sementara di sisi lain, banyak kritik muncul terkait dengan tindakan-tindakan kontroversial yang dilakukannya selama menjabat sebagai presiden.