Turki Sebut Donald Trump Tutup Mata soal Pembunuhan Jamal Khashoggi
Turki menilai Presiden AS Donald Trump menutup mata soal pembunuhan wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Komentar itu mengemuka setelah Trump mengatakan bahwa kasus tersebut tidak akan mempengaruhi hubungan Washington dengan Riyadh.
Turki menilai Presiden AS Donald Trump menutup mata soal pembunuhan wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Komentar itu mengemuka setelah Trump mengatakan bahwa kasus tersebut tidak akan mempengaruhi hubungan Washington dengan Riyadh.
Dukungan Trump terhadap Arab Saudi, sekutu utamanya untuk mengadang pengaruh Iran di Timur Tengah, datang meskipun kemarahan global atas pembunuhan Khashoggi telah mencoreng citra baik kerajaan dan penguasa de facto, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Siapa yang diprotes bocah Turki itu? Bocil Turki Marah-Marah ke Pemilik Toko karena Jual Produk Israel, Gebrak Meja Minta Hentikan Penjualan Bocah itu kesal karena pemilik toko memberikannya keripik buatan Israel tanpa sepengetahuannya.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Apa yang dilakukan Presiden Erdogan saat wisuda anggota Polri? Dalam video yang diunggah akun Instagram @polisi_indonesia, terlihat Erdogan menjabat tangan Briptu Tiara. Terlihat juga beberapa Erdogan mengucapkan sesuatan dan dijawab oleh Tiara.
-
Apa yang diprotes bocah Turki itu? Dengan nada tinggi, bocah itu memprotes alasan penjual toko menjual produk Israel.
-
Siapa yang meramal Donald Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
"Dalam satu pengertian, Trump mengatakan 'Saya akan menutup mata' tidak peduli apa yang terjadi," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam sebuah wawancara dengan penyiar CNN Turk, seperti dikutip dari NDTV, Sabtu (24/11).
"Ini bukan pendekatan yang tepat. Uang tidak berarti segalanya," kata Cavusoglu, mengacu pada dukungan berkelanjutan Trump untuk Arab Saudi, yang telah bersiap menggelontorkan miliaran dolar dalam kontrak senjata AS.
Trump pada Selasa 20 November, mendapat kesimpulan yang dilaporkan oleh Badan Intelijen AS (Central Intelligence Agency - CIA) bahwa putra mahkota telah mengizinkan pembunuhan itu.
"Mungkin dia melakukannya dan mungkin dia tidak!" Trump menyiratkan kesalahan Pangeran Muhammad dalam pembunuhan Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.
Trump dikritik secara luas karena memprioritas perdagangannya dengan Saudi, sehingga, membuatnya tampak lebih seperti pelobi untuk Riyadh.
Sebagai seorang mantan insan kerajaan Saudi yang menjadi kritikus putra mahkota, Khashoggi terbunuh dan dipotong-potong di Konsulat Saudi di Istanbul. Saudi telah mengakui bahwa Jamal Khashoggi memang dijagal oleh belasan figur warga negaranya, namun, membantah jika Pangeran Salman terlibat.
Arab Saudi telah menahan 21 orang atas pembunuhan itu, tetapi tetap melindungi putra mahkota.
Washington awal bulan ini menempatkan sanksi pada 17 warga Saudi, yang juga menargetkan dua pembantu utama untuk putra mahkota dengan membekukan aset di bawah yurisdiksi AS dan melarang perusahaan AS melakukan bisnis dengan mereka.
Pembunuhan dan penjelasan Riyadh telah membuat marah para mitra Barat.
Sebelumnya pada hari Senin, Jerman mengatakan Berlin akan melarang 18 warga Saudi memasuki wilayahnya dan zona bebas paspor Schengen Eropa atas dugaan terkait dengan pembunuhan itu.
Sementara pada bulan Oktober, Jerman menyerukan negara-negara Uni Eropa untuk mengikuti jejaknya menangguhkan penjualan senjata ke Arab Saudi.
Denmark, pada Kamis 22 November, mengikuti jejak Jerman dengan membekukan semua penjualan senjata dan peralatan militer ke Riyadh.
Turki tengah mengupayakan agar PBB membuka penyelidikan atas kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, jika investigasi gabungan Ankara-Riyadh mengalami kebuntuan, kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.
Namun, di samping alasan itu, permintaan Cavusoglu agar PBB membuka penyelidikan juga dipicu oleh ketidakpuasannya terhadap komitmen Saudi dalam menyelidiki kematian kolumnis The Washington Post tersebut. Cavusoglu menilai, Saudi tak bersikap kooperatif dengan Turki dalam melakukan penyelidikan.
Berbicara kepada wartawan di Washington DC pada 20 November 2018, setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Cavusoglu mengatakan bahwa Turki telah berbagi informasi terbaru tentang pembunuhan Khashoggi dengan Amerika Serikat.
Dia menegaskan kembali sikap Ankara bahwa kebenaran harus muncul pada siapa yang memberi perintah untuk membunuh wartawan senior itu.
"Sampai saat ini, kami telah menerima tawaran Arab Saudi untuk bekerjasama dengan kami tanpa ragu. Namun, sampai saat ini, kami tidak dapat menemukan jawaban atas pertanyaan yang baru saya daftarkan (terkait pemberi perintah pembunuhan Khashoggi). Maka, bisa dikatakan bahwa kerja sama ini tidak pada tingkat yang kami inginkan," kata Cavusoglu pada 20 November.
"Jika itu mengalami kebuntuan atau penyelidikan berjalan tanpa adanya kerja sama penuh, maka kita (Turki) dapat mengajukan permohonan agar PBB membuka penyelidikan," kata Cavusoglu yang menambahkan bahwa ia telah membicarakan prospek tersebut dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Jamal Khashoggi di Mata Keluarga: Sosok Ayah Penuh Kasih dan Berhati Besar
Prancis Beri Sanksi Kepada 18 Orang Saudi Terlibat Pembunuhan Khashoggi
Tawarkan Suaka ke Pangeran Muhammad, Pemimpin Partai Tunisia Picu Kontroversi
Menlu Saudi Minta Publik Tidak Banyak Mengkritik Pangeran Muhammad Soal Khashoggi
Denmark Tunda Ekspor Senjata dan Perlatan Militer ke Saudi Karena Kasus Khashoggi
CIA Disebut Punya Rekaman Pangeran bin Salman Perintahkan Khashoggi Dibungkam