Sri Mulyani Sebut Negara Tetangga Indonesia akan Terkena Dampak Buruk Kebijakan Donald Trump
Sri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati memprediksi terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) akan mengancam negara-negara mitra dagang. Khususnya negara mitra yang membukukan surplus perdagangan dari AS.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya. Sehingga, ia tak segan mengenakan tambahan bea impor bagi negara mitra yang membukukan surplus perdagangan.
"Kebijakan presiden incoming yaitu Presiden Trump tentang terutama di bagian penurunan pajak korporasi, ekspansi belanja untuk beberapa yang sifatnya strategis, dan proteksionisme dengan menaikkan tarif impor," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/11).
Sri Mulyani mencontohkan, China sebagai salah satu negara mitra dagang yang membukukan surplus harus dikenakan tambahan tarif bea masuk impor oleh Trump.
"Selama ini mungkin targetnya adalah Amerika Serikat terhadap RRT yang membukukan surplus," ujarnya.
Bukan tak mungkin, Presiden Trump juga diyakini akan memperluas kebijakan tambahan tarif impor usai terpilih kembali menjadi Presiden AS. Sri Mulyani menyebut negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) juga terancam dikenai kebijakan serupa.
"Jadi, mungkin tidak hanya China saja yang kena, dalam hal ini ASEAN seperti Vietnam dan beberapa lain mungkin akan dijadikan poin untuk fokus dan perhatian pengenaan tarif impor ini," tandasnya.
Ancaman Penambahan Bea Masuk Donald Trump
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso mengaku tak menutup telinga terkait isu akan adanya ancaman potensi penambahan bea masuk usai Trump kembali menjadi Presiden AS.
"Memang kan isunya kan akan ada biaya masuk tambahan ya," kata Mendag Budi di Kawasan Pergudangan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (8/11).
Di sisi lain, data perdagangan Indonesia ke Amerika Serikat justru mengalami kenaikan disaat Trump menjabat sebagai Presiden AS.
Berkaca dari hal tersebut, Budi mengaku tidak masalah usai Trump terpilih kembali menjadi orang nomor satu di AS.
"Tapi saya pikir kalau dulu kan kita juga ekspor kita meningkat terus waktu Donald Trump. Jadi mudah-mudahan tidak ada masalah ya," tegasnya.
Sebaliknya, kepemimpinan Trump ini dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan transaksi perdagangan Indonesia ke AS. Apalagi, tidak ada permasalahan serius pada perdagangan Indonesia di era kepemimpinan Trump.