Sri Mulyani Mulai Soroti Dampak Kemenangan Donald Trump, Begini Analisanya
Perbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) akan membawa banyak perubahan kebijakan.
Menurutnya, perbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat.
"Dan untuk senat Donald Trump terpilih kembali. Itu juga akan menimbulkan banyak sekali policy yang tentu. Berubah karena Trump didukung oleh Republik," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Jumat (8/11).
Sri Mulyani menjelaskan perubahan kebijakan ini telah menimbulkan reaksi langsung di berbagai sektor.
Perubahan yang dimaksud antara lain ekspektasi penurunan pajak korporasi, peningkatan belanja negara, hingga kenaikan tarif impor terhadap negara-negara mitra dagang AS, terutama China, telah diantisipasi. Selain itu, dampak dari isu-isu keamanan dan konflik di berbagai kawasan dunia juga perlu diperhatikan.
Ani sapaan akrabnya mengatakan kemenangan Trump, yang juga didukung oleh mayoritas di Senat, akan memperkuat agenda-agenda Partai Republik.
Salah satu perbedaan mencolok antara pemerintahan Trump dan Joe Biden adalah pada isu perubahan iklim. Ia juga menyoroti Trump cenderung memiliki pendekatan berbeda dibandingkan Biden. Ia menilai pergeseran ini akan berdampak pada tren energi global dan pasar minyak dunia.
"Ini tentu akan memberikan dampak baik terhadap minyak dunia maupun terhadap tren ke depan dari isu-isu climate change maupun energi," tambahnya.
Kondisi Ekonomi AS
Meski terjadi pergantian kepemimpinan, Sri Mulyani mencatat ekonomi AS masih menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Pada kuartal III tahun 2024, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 2,7 persen, sementara tingkat pengangguran berada di angka 4,1 persen. Inflasi juga mulai mereda, turun ke level 2,4 persen.
"Inflasi ini karena adanya kenaikan sedikit harga pangan yg telah menyebabkan Federal Reserve untuk memangkas kembali suku bunga The fed 25 basis point pada dua hari yg lalu," ucapnya.
Di mana, kebijakan ini diambil guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, terutama di tengah ketidakpastian global.
Selain itu, Bendahara Negara itu juga mencatat yield US Treasury bertenor 10 tahun mengalami kenaikan hingga mencapai 4,4 persen. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi terhadap kebijakan fiskal AS yang ekspansif.
Dollar AS juga mengalami penguatan, seiring dengan persepsi investor terhadap stabilitas ekonomi AS.
Lebih lanjut, dia menambahkan, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia, perkembangan di AS akan membawa dampak signifikan bagi ekonomi global.
"Ini semuanya terjadi di AS, karena AS negara terbesar di dunia, tentu mempengaruhi keseluruhan ekomomi global," pungkasnya.