4 Mitos modern tentang pernikahan ini benar atau salah?
Justru perilaku manusia modern juga menimbulkan mitos tersendiri dalam pernikahan.
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, terlebih lagi bagi masyarakat dengan konteks budaya yang tinggi seperti di Indonesia. Berbagai mitos pernikahan dari aspek adat, biasanya akan ditangkal oleh adanya tahapan-tahapan pernikahan yang menuruti adat istiadat dari tempat pasangan berasal.
Namun mitos pernikahan dari adat bukanlah satu-satunya hal yang ditakuti pasangan. Justru perilaku manusia modern juga menimbulkan mitos tersendiri dalam pernikahan. Berbagai asumsi muncul dari perilaku, yang terkadang itu benar, terkadang hanya sebuah gambaran prejudis ataupun generalisasi.
-
Kenapa ucapan pernikahan penting? Tak sekedar mengikat janji suci, kedua pasangan juga akan berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan orang terdekat mereka.
-
Bagaimana cara menyatakan cinta sejati yang tulus? "Aku mencintaimu, bukan hanya karena siapa kamu. Tapi juga karena menjadi apa diriku saat bersamamu."
-
Kapan cinta dianggap sebagai bentuk persahabatan yang sempurna? Aristoteles menganggap cinta sebagai suatu bentuk persahabatan yang sempurna.
-
Kapan sinetron Satu Cinta Dua Hati tayang perdana? Tayang perdana hari ini di SCTV pukul 16.45 WIB, sinetron Satu Cinta Dua Hati dibintangi artis-artis ternama.
-
Kapan sebuah hubungan bisa dibilang sebagai cinta sejati? "Cinta sejati itu memandang kelemahan, lalu dijadikan kelebihan untuk saling mencintai."
-
Bagaimana pasangan ini membuktikan kesetiaan cintanya? Setelah bertahun-tahun menjalani hubungan tanpa restu orang tua, keduanya pun membuktikan kesetiaan cintanya masing-masing. Hingga pada akhirnya, pasangan ini pun mendapat restu orang tua dan memutuskan untuk menikah.
Masalahnya, saat ini masyarakat seringkali percaya akan mitos-mitos modern. Bahkan mereka terkadang akan menganggap pasangan atau orang lain akan mengalami situasi tertentu jika mereka melakukan sesuatu yang melanggar mitos.
Berikut beberapa mitos tentang pernikahan yang harus kita ketahui benar atau salahnya.
Mitos: Angka perceraian ternyata jauh lebih banyak dari yang kita duga
Fakta: Jika Anda berada di Amerika Serikat, fakta ini benar adanya. Bahkan menurut Centers for Disease Control and Prevention, di 2009, angka perceraian di Amerika Serikat mencapai setengah dari jumlah pernikahan. Karena dalam 1000 orang dewasa, rasio pernikahan sejumlah 6,8 persen, dan rasio perceraian sebanyak 3,6 persen di tiap 1000 orang.
Yap memang mencengangkan. Namun jangan pikir jika Anda orang Indonesia, perceraian bukan jadi masalah. Pasalnya dilansir dari Dream, dari dua juta pasangan menikah, sebanyak 15 hingga 20 persen bercerai. Bahkan berdasarkan data Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, dalam lima tahun terakhir peningkatan kasus Cerai Gugat mencapai 59 persen hingga 80 persen.
Namun hal ini sama sekali bukan acuan. Tentu berbagai angka tersebut didapat dengan cara membandingkan antara jumlah menikah dan yang cerai secara langsung. Belum tentu juga mereka yang menikah dan bercerai berada dalam generasi pernikahan yang sama.
Angka perceraian ini tentunya juga akan menurun, seiring banyaknya masyarakat berpendidikan yang memilih untuk menunda nikah sebelum beberapa standar ideal tercapai.
Mitos: Pernikahan membunuh hasrat seksual
Fakta: Mitos ini sering muncul dikarenakan perilaku masyarakat modern yang makin sibuk dalam berkarir, sehingga berbagai tujuan seksual tidak pernah tercapai. Hal ini mungkin terjadi, namun hal ini murni masalah kesehatan yang kerap menimpa pasangan dengan gaya hidup super cepat.
Namun mitos tentu bisa dikalahkan dengan data dan fakta yang ada di lapangan. Nyatanya, menurut sebuah survey yang diadakan match.com, 41 persen dari pasangan yang sudah menikah melakukan hubungan seks paling tidak seminggu sekali. Bahkan, 47 persen pasangan yang sudah menikah dapat mencapai orgasme ketika mereka melakukan hubungan seksual, dengan rasio 91 persen berhasil tiap kali pasangan tersebut berhubungan intim.
jadi, pernikahan tak selamanya membunuh hasrat seksual, karena bukan pernikahanlah yang membunuh. Terkadang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang justru menghilangkan hasrat tersebut.
Mitos: Suami adalah yang lebih sering selingkuh
Fakta: Hal ini sulit dibuktikan.
Secara sederhana, kita bahkan sulit menemukan data yang pasti tentang berapa prosentase pasangan menikah yang berselingkuh. Namun kaum adam sedikit terkena nama buruk, dengan disematkannya label bahwa pria lebih sering selingkuh ketimbang wanita.
Namun mitos tentang suami yang lebih sering selingkuh ternyata adalah fakta lama. Sebuah penelitian di tahun 1990 mendapati bahwa prosentase suami selingkuh sebesar 20 hingga 25 persen, sedangkan istri hanya 10 hingga 15 persen. Dengan adanya modernisasi dan tumbuhnya kesempatan yang sama bagi wanita, di mana kini derajat wanita dan pria sama di mata masyarakat, selingkuh tak akan mengenal gender.
Hal ini diamini oleh Kristen Mark, seorang kandidat doktor dari Indiana University. Dalam penelitiannya yang dilansir dari Live Science, selingkuh bukan lagi soal tidak setia, namun terdapat banyak aspek seperti kegelisahan dalam aspek seksual.
Mitos: Perceraian akan membuat anak menderita
Fakta: Tidak selalu.
Mungkin mitos yang paling umum disebut adalah anak yang mengalami 'broken home' akan jadi orang yang akan bercerai juga di masa dewasanya. Namun hal ini pun tak selalu benar. Justru beberapa anak akan mendapat pelajaran berharga dari apa yang dilakukan orang tuanya.
Terlebih lagi jika anak terjebak di hubungan suami istri yang tidak sehat. Mungkin berpisah adalah jalan yang paling tepat untuk sang anak.
Dilansir dari Live Science, dalam studi tahun 2010 yang dihelat Montclair State University berkesimpulan bahwa anak yang orang tuanya selalu bertengkar namun tetap mempertahankan pernikahan, akan membuat sang anak akan kurang bisa menangani konflik hubungan ia ketika dewasa. Sebaliknya, anak yang orang tuanya bertengkar lalu bercerai, tak mengalami hal serupa di masa dewasanya.