7 Masalah Umum dalam Pernikahan Beda Budaya
7 Masalah umum dalam pernikahan beda budaya, antara lain kendala bahasa, masalah dengan pihak imigrasi, dan nilai yang berbeda dalam memandang hidup.
Setiap pasangan pernah menghadapi konflik. Masing-masing punya masalah spesifik yang bisa jadi berlainan satu sama lain. Begitu juga dengan pasangan yang berasal dari dua budaya berbeda. Misalnya saja pernikahan beda bangsa yang dijalani aktris Priyanka Chopra dan Nick Jonas.
Frantisek Cihlar, seorang penasihat pernikahan dengan pasangan beda kebudayaan mengatakan bahwa setiap pasangan menghadapi masalah yang berbeda. "Walaupun begitu bisa saya katakan ada beberapa topik umum yang harus dihadapi sebagian besar pasangan," katanya dalam wawancara dengan Expats.
-
Kenapa ucapan pernikahan penting? Tak sekedar mengikat janji suci, kedua pasangan juga akan berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan orang terdekat mereka.
-
Kapan Diah Permatasari dan suaminya menikah? Mereka mengucapkan janji suci pada tanggal 5 April 1997. Kini, mereka telah menikah selama 24 tahun dan diberkati dengan kedua anak mereka.
-
Bagaimana pernikahan tersebut dilakukan? Pernikahan tersebut selayaknya yang terungkap dalam video singkat unggahan akun Instagram @undercover.id beberapa waktu lalu. Video berdurasi pendek itu menampilkan momen sakral saat kedua mempelai tengah menjalani proses akad nikah. Diketahui, pernikahan tersebut berhasil digelar melalui jalur pendekatan taaruf dari kedua belah pihak.
-
Apa yang terjadi dengan pernikahan di Indonesia? Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan penurunan tajam dalam jumlah pernikahan.
-
Kapan Dastia Prajak menikah? Dastia Prajak mengakhiri masa lajangnya pada Maret 2021.
-
Kenapa akta nikah itu penting? Hingga kini, banyak masyarakat yang mengabaikan pentingnya akta perkawinan. Padahal, akta perkawinan memiliki banyak manfaat untuk pernikahan. Dengan adanya akta nikah, negara turut mengakui adanya pernikahan. Hal ini dapat mencegah fitnah serta memberikan posisi yang pasti bagi suami dan istri di hadapan hukum. Akta nikah juga sangat penting untuk mengurus dokumen, dan menegaskan status anak serta tidak ada pihak yang dirugikan apabila terjadi perceraian.
Apa saja masalah pernikahan yang kerap dihadapi pasangan beda budaya? Berikut ini beberapa di antaranya.
1. Kendala bahasa
Hambatan pertama yang harus dihadapi dalam pernikahan beda bangsa adalah bahasa yang berbeda. Biasanya pasangan mengatasi hal ini di tahap awal hubungan dengan berusaha menggunakan bahasa universal, misalnya bahasa Inggris. Namun komunikasi bakal terasa lebih seret saat pasangan tengah adu argumen. Pasalnya orang cenderung lebih nyaman menggunakan bahasa ibu dalam kondisi seperti ini.
Kendala bahasa juga bisa menyulitkan saat kunjungan keluarga. Terutama jika tak ada satupun anggota keluarga yang bisa berkomunikasi dalam bahasa yang sama dengan pasangan. Kalau sudah begini tentunya salah satu harus siap menjadi jembatan komunikasi antara pasangan dan keluarga.
2. Masalah dengan pihak imigrasi
Semua pasangan tentunya berharap agar prosedur yang harus dilalui untuk menjadikan pernikahan mereka diakui kedua negara berjalan mulus. Namun dalam sebagian besar kasus pasti ada kendala yang ditemui saat berurusan dengan pihak yang berwenang dalam masalah birokrasi ini.
Mintalah saran kepada pasangan lain yang sudah pernah menjalani proses serupa dan kedua belah pihak harus sabar serta saling mendukung dalam menjalani setiap rangkaian prosedur.
3. Persepsi yang berbeda mengenai pernikahan
Tergantung pada negara asal dan jenis kelamin, biasanya kedua belah pihak dalam pernikahan beda budaya memiliki cara yang berbeda dalam memandang pernikahan.
Bukankah masalah ini sudah diatasi sebelum menikah? Memang benar, tetapi pasangan yang sudah menyamakan visi misi pun pada kenyataannya masih sering mengalami perbedaan pendapat dalam detail-detail kecil yang berkaitan dengan persepsi mereka tentang pernikahan. Biasanya salah satu cenderung lebih santai, sementara pasangannya cenderung lebih konservatif.
4. Perbedaan pandangan mengenai agama
Masalah yang satu ini juga hampir sama dengan pandangan mengenai pernikahan yang sudah dibahas sebelumnya. Meskipun keyakinan sudah disamakan, tak berarti masalah agama sudah beres. Tentunya masih ada printilan mengenai kebiasaan beribadah, ritual, atau nilai yang digunakan dalam menyikapi suatu masalah.
5. Komunitas eksklusif
Seorang ekspatriat yang sudah menikah dengan warga lokal pun biasanya tetap lebih nyaman bergaul dengan orang-orang dari negaranya sendiri. Komunitas yang eksklusif ini bisa membuat upayanya untuk berbaur dengan budaya pasangan lebih sulit.
6. Harapan dalam hidup yang berbeda
Perbedaan budaya dalam pernikahan bisa berujung pada harapan yang berbeda mengenai kehidupan secara umum. Masalah ini bisa menjadi semakin serius pada pasangan yang berasal dari ras dan benua yang berbeda. Pasalnya nilai-nilai yang diterima sejak kecil pun kemungkinan semakin besar bedanya.
7. Hubungan dengan keluarga dan teman
Kadang hubungan dengan keluarga pasangan berjalan dengan cukup mulus, kadang juga bisa terasa menyesakkan. Kadang anggota keluarga cenderung ikut campur dalam pernikahan pasangan. Bagi beberapa pasangan hal ini masih bisa dimaklumi. Sementara yang lainnya bisa saja menganggap perilaku seperti ini melanggar privasi pasangan.
Agar masalah-masalah di atas bisa diatasi, Cihlar mengatakan bahwa kuncinya adalah tetap menjaga komunikasi dan pikiran terbuka. Empati, rasa percaya, dan fleksibilitas juga penting untuk menjaga agar masalah-masalah di atas tidak sampai mengganggu keseimbangan di dalam pernikahan.
Baca juga:
Menurut Penelitian, 7 Faktor Ini Menandakan Pernikahan Tak Bakal Langgeng
6 Hal yang Perlu Diingat Saat Ingin PDKT Kepada si Introvert
4 Makna Menyentuh di Balik Pelukan dari Belakang
4 Alasan Kamu Nggak Boleh Menelan Mentah-Mentah Gagasan 'Mencintai Apa Adanya'
5 Alasan Pria Menganggap Wanita Sebagai Makhluk Paling Susah Dipahami