Rahasia Surat Brigadier Mallaby
Di balik ketegasan sikapnya kepada para pejuang Indonesia di Surabaya, Brigadier Mallaby ternyata menyimpan rasa malu dan kecewa kepada atasannya.
Di balik ketegasan sikapnya kepada para pejuang Indonesia di Surabaya, Brigadier Mallaby ternyata menyimpan rasa malu dan kecewa kepada atasannya.
Penulis: Hendi Jo
-
Apa saja tempat wisata populer di Surabaya yang bisa dikunjungi untuk merasakan sejarah kota? Tempat wisata di Surabaya yang menyajikan bangunan yang ikonik dan bersejarah adalah kawasan kota tua. Wisata kota tua ini menjadi saksi sejarah perjuangan muda-mudi dalam merebut kemerdekaan.Meskipun bangunan di Kota Tua sudah kuno dan berumur, bangunan ini masih memancarkan kemegahannya yang karismatik.
-
Kenapa Pertempuran Surabaya di sebut pertempuran terbesar dalam sejarah? Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan tentara asing setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan menjadi pertempuran terbesar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Apa yang menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan ekonomi di Surabaya pada masa kolonial? Mengutip Instagram @lovesuroboyo, saat itu, kawasan sekitar Jembatan Merah Surabaya yang merupakan Kota Bawah yang menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan kegiatan ekonomi.
USAI bertemu dengan perwakilan para pejuang Indonesia di Surabaya pimpinan Jenderal Mayor Moestopo, Brigadier A.W.S. Mallaby sempat merasa gembira. Dalam surat yang ditujukan kepada istrinya Mollie (Margaret Catherine Jones), Komandan Brigade Infanteri ke-49 British Indian Army (BIA) itu menyebut bahwa kesepakatan tersebut telah membuat dirinya bisa mencegah pertumpahan darah.
"Keamananan dan ketertiban di Surabaya mulai bisa aku kendalikan..." ujar Mallaby seperti dikutip Des Alwi dalam Pertempuran Surabaya November 1945.
Namun baru saja berlangsung beberapa jam, kesepakatan itu harus hancur lebur. Pada 27 Oktober 1945, sebuah pesawat dakota melayang-layang di atas Surabaya. Dari pesawat milik Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) itu disebar ribuan pamflet yang langsung ditandatangani oleh Mayor Jenderal D.C. Hawtorn, panglima Sekutu untuk Jawa, Madura, Bali dan Lombok.
"Isinya ancaman kepada seluruh rakyat Surabaya untuk wajib mengembalikan seluruh senjata hasil rampasan dari tentara Jepang. Mereka yang menyimpan senjata akan langsung ditembak di tempat," ungkap Nugroho Notosusanto dalam Pertempuran Surabaya.
Ultimatum itu tentu saja membuat para pimpinan pejuang Indonesia marah dan kecewa. Satu jam setelah itu, pimpinan TKR di Surabaya Jenderal Mayor drg. Moestopo dan Residen Soedirman langsung menemui Mallaby. Mereka menggugat sang brigadier sebagai pengecut. Mallaby sendiri berkilah tidak tahu menahu soal penyebaran pamflet yang langsung dilakukan oleh pimpinannya di Batavia tersebut.
"Namun sebagai perwira British, meski saya sudah menandatangani persetujuan dengan para pemimpin Republik di Surabaya, saya harus mematuhi instruksi panglima saya," kata Mallaby seperti dicatat oleh Des Alwi.
Jawaban Mallaby membuat Moestopo dan Soedirman sangat kecewa. Mereka berdua menyatakan kekecewannya dan menyindir orang-orang Inggris sebagai pihak yang tidak ksatria dalam melaksanakan janji.
Sejatinya Mallaby sendiri diam-diam merasa malu dan kecewa. Dalam The British Occupation of Indonesia 1945-1946, Richard McMillan menceritakan begitu selesai membaca isi pamflet yang dibawakan asistennya yakni Kapten Douglas McDonald, dia terdiam seribu bahasa.
"Apa yang hendak Anda lakukan, Sir?" kata McMonald.
"Saya akan mematuhinya…" jawab Mallaby lirih.
"Tapi Anda telah berjanji. Sebagai seorang perwira dan wakil Yang Mulia Raja Inggris Anda sudah berjanji kepada mereka kita di sini bukan untuk melucuti senjata mereka tapi melaksanakan apa yang dijalankan komite-komite lalu pergi?" gugat McDonald.
Mallaby terdiam. Dalam nada resah dan marah, dia memandang tajam McDonald.
"Jadi siapa sebenarnya komandan di brigade ini? Kamu atau saya?!" bentaknya.
Mallaby memang galau hari itu. Beberapa saat usai bertemu dengan Moestopo dan Sudirman, dia curhat kepada Mollie lewat sepucuk surat. Dalam nada kecewa dan putus asa, Mallaby menyebut Jenderal Hawtorn 'telah merusak segalanya'.
"Pamflet ini adalah tamparan yang amat memalukan bagiku sebagai perwira tinggi," tulisnya.
Rahasia surat-surat pribadi Brigadier Mallaby kepada istrinya itu mulai terkuak ketika dibacakan secara langsung oleh Anthony Mallaby (putra tunggal Mallaby dan Mollie) di hadapan Des Alwi pada 2005. Dalam suatu kunjungan khusus ke London, sejarawan sekaligus pelaku sejarah Pertempuran Surabaya itu memang sengaja menemui keluarga Mallaby guna mengkonfirmasi beberapa hal yang masih misterius terkait insiden pada akhir Oktober 1945 tersebut.
(mdk/noe)