Mengintip Sejarah GBK Jakarta, dari Pembuktian Soekarno hingga Duel Manusia vs Singa
Sejarah mencatat jika di stadion kebanggaan Republik Indonesia tersebut terjadi beberapa peristiwa yang cukup berpengaruh di Indonesia. Mulai dari pembuktian Soekarno, pertarungan singa vs manusia hingga konser musik musisi luar pertama di Indonesia.
Gelora Bung Karno (GBK) telah lama dikenal sebagai ikon olahraga yang terletak di pusat Ibu Kota Jakarta. Lokasinya yang strategis membuat GBK kerap menjadi tempat untuk diselenggarakannya acara-acara bergengsi hingga tingkat internasional.
Di lokasi tersebut juga tersedia beberapa pusat keolahragaan seperti stadion utama, stadion air, stadion tenis (indoor dan outdoor), lapangan hoki, bisbol dan panahan, serta beberapa gimnasium dalam ruangan untuk keperluan acara lainnya
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa yang dibahas Indonesia di Sidang Umum ke-44 AIPA di Jakarta? “AIPA ke-44 nanti juga akan membahas persoalan kesejahteraan, masyarakat, dan planet (prosperity, people, and planet),” kata Putu, Rabu (26/7/2023).
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
Namun, tahukah Anda jika di gedung yang dibangun pada dekade 1960-an awal tersebut sempat berganti nama hingga menjadi saksi sejarah duel antara manusia vs singa dari jawara asal Jawa Barat yang berhasil menarik 100 ribu massa?
Berikut beberapa jejak sejarah menarik dari kawasan Gelora Bung Karno yang legendaris di poros Ibu Kota tersebut.
Ajang Pembuktian Presiden Soekarno
©2018 Merdeka.com
Dalam keterangan yang ditulis di kanal www.gbk.id, disebutkan jika awal mula pembangunan tersebut merupakan ide dari presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, untuk menjawab tantangan dari Asian Games Frederation.
Saat itu, AGF menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah untuk pelaksanaan kejuaraan olahraga bergengsi dan terbesar di tahun 1962.
Ketika itu Presiden Soekarno langsung menentukan lokasi di tahun 1958 untuk dijadikan sebagai lahan pembangunannya. Dengan basis potensi kemajuan yang dianggap terlihat di kawasan Jakarta, akhirnya presiden yang akrab disapa Bung Karno tersebut langsung memilih Senayan sebagai titiknya.
Presiden Soekarno berupaya mengukuhkan Indonesia bahwa bangsanya mampu melaksanakan pembangunan sebuah komplek olahraga bertaraf international yang pada masa itu dan belum banyak dimiliki oleh negara maju sekalipun.
Pemberian Nama yang Cukup Alot
Sebelumnya disebutkan jika nama yang diberikan di awal proses pembangunannya menggunakan nama Pusat Olahraga Bung Karno. Namun dalam pertemuan di hari itu, Menteri Agama Saifuddin Zuhri tidak setuju.
Di hadapan Soekarno serta beberapa pejabat sipil militer, dirinya mengajukan rasa keberatannya. Menurutnya, nama tersebut sangatlah kaku dan tidak statis seperti dalam bidang olahraga.
Saat itu, Saifuddin Zuhri mengusulkan sebuah nama ‘Gelanggang Olahraga’ yang dianggap lebih cocok dan lebih dinamis.
“Nama Gelanggang Olahraga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Bung Karno. Kan mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga,’’ kata Saifuddin, dikutip dari historia.id.
Saksi Bisu Duel Manusia vs Singa
Pertujukan Bandot Lahardo Show di GBK
Twitter potret lawas ©2020 Merdeka.com
Satu hal yang menarik, stadion yang memiliki kapasitas awal 110.000 orang tersebut juga kerap digunakan sebagai perhelatan di luar bidang olahraga. Hal yang cukup terkenal serta fenomenal di masanya adalah adanya atraksi gladiator antara manusia vs singa di tahun 1968.
Saat itu jawara gulat asal Jawa Barat menantang seekor singa untuk berduel dengannya di stadion kebanggaan Republik Indonesia tersebut. Pria gempal bernama Bandot Lahadio ini bahkan berhasil menjadi buah bibir selama berminggu-minggu lantaran aksinya yang dibilang gagal.
Saat itu, demi mengobati kekecewaan penonton, pegulat tersebut mengganti singa dengan seekor banteng. Di sana ia disebutkan melakukannya dengan menggunakan tangan kosong hingga mengalami luka di bagian dadanya.
Bahkan dari pertunjukan yang diberi nama “Bandot Lahardo Show” tersebut berhasil menarik massa dari Kota Jakarta sebanyak 100.000 orang, seperti melansir dari Twitter @potretlawas.
Saksi Keganasan Konsep Deep Purple di Tahun 1974 dan 1975
Youtube Deep Purple Os ©2020 Merdeka.com
Selain aksi menggemparkan dari pegulat Bandot Lahardo, stadion utama GBK juga pernah menjadi saksi spektakuler dari pertunjukan grup rock kenamaan dunia Deep Purple selama dua hari di Jakarta.
Di tahun 1974 dan 1975, aksi Ian Paice dan kawan-kawannya itu bisa dikatakan sebagai pertunjukan musik yang menimbulkan kekacauan karena rusuhnya penonton. Diduga kerusuhan tersebut dipicu dari serangan para anjing penjaga saat konser berlangsung.
Diketahui juga konser tersebut merupakan salah satu konser musik terbesar dan pertama di Indonesia, yang digelar di stadion utama Gelora Bung Karno dengan dihadiri lebih dari 60.000 penonton serta dilengkapi peralatan musik hingga mencapai 60 ton.
Sempat Berganti Nama di Masa Orde Baru
Di masa pemerintahaan Presiden Soeharto, nama Gelora Bung Karno sempat diganti menjadi Stadion Utama Senayan, demi menghentikan tren ‘de-soekarnoisasi melalui Keputusan Presiden No. 4/1984.
Namun nama baru tersebut tidak berlangsung lama hingga lengsernya presiden di masa reformasi 1998. Ketika itu Presiden Abdurahman Wahid alias Gusdur kembali mengesahkan nama Gelora Bung Karno melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.