Ridwan Kamil Kritik Data Covid-19 Sering Tercampur, Beri Saran Ini ke Kemenkes
Saran tersebut berkaitan dengan adanya kekeliruan data yang disampaikan pada tanggal 27 Januari 2021 lalu. Ketika itu Kemenkes mengumumkan kasus harian di Jawa Barat sebanyak 3.198 kasus, sementara Labkesda Jabar mencatat hanya sebanyak 1.200 kasus. Atas dasar tersebut Kang Emil pun memberikan saran berikut ke Kemenkes
Terjadinya perbedaan data yang disampaikan dengan jumlah kasus Covid-19 di Jawa Barat, membuat gubernur Mochamad Ridwan Kamil angkat bicara. Kang Emil (sapaannya) mencoba berkomunikasi dengan memberikan saran agar data yang disampaikan ke masyarakat bisa akurat, sehingga sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.
Saran tersebut berkaitan dengan adanya kekeliruan data yang disampaikan pada 27 Januari 2021 lalu. Ketika itu Kemenkes mengumumkan kasus harian di Jawa Barat sebanyak 3.198 kasus, sementara Labkesda Jabar mencatat hanya sebanyak 1.200 kasus.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
Atas dasar tersebut Kang Emil pun memberikan saran berikut kepada Kemenkes agar ditindaklanjuti.
Pemangkasan Skema Laporan
Emil mengatakan jika dirinya akan mengusulkan skema pemangkasan mekanisme pelaporan. Hal tersebut berguna agar data yang disajikan secara nasional di laman Kemenkes atau Satgas Covid-19 tidak bercampur dengan data lama.
Ia mengatakan jika konfirmasi ulang dari daerah hanya akan menghambat mekanisme penyampaian data terkini. Sehingga pengiriman data harian tersebut akan tersendat.
"Saran saya kalau daerah melaporkan ke Kemenkes langsung saja dilaporkan ke publik tanpa harus dikonfirmasi ulang lagi. Jadi saya mohon prosedur pelaporannya agar dipersingkat," ujarnya saat rapat virtual bersama Menko Marves dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Minggu malam (31/1/2021) seperti dilansir dari Liputan6.
Penyebab Laporan Kasus Positif Terhambat
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Jabar Marion Siagian ©2021 jabarprov.go.id/editorial Merdeka.com
Terkait hal ini, Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Jabar Marion Siagian mengatakan jika terdapat empat faktor yang menjadi penyebab terhambatnya pelaporan kasus baru positif Covid-19.
Hambatan pertama, adanya pembatasan waktu pelaporan data ke pemerintah pusat yakni hanya sampai pukul 14.00 WIB. Sedangkan terdapat 49 variabel untuk setiap pasien yang harus diinput. Situasi tersebut kemudian menjadi salah satu penghambat bagi sumber daya manusia (SDM) di daerah, dalam melakukan pelaporan.
Hambatan kedua, data spesimen telah diinput, namun data hasil pemeriksaan belum diinput oleh laboratorium jejaring pengetesan. Kemudian fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan, dan laboratorium, harus menginput data ke dalam berbagai aplikasi sehingga cukup membingungkan. Terakhir masih ada laboratorium yang belum melaporkan datanya ke aplikasi New All Record.
"Semangat satu data juga perlu dimiliki oleh kabupaten/kota, di mana rilis data baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota mengacu pada data yang sama, dengan referensi waktu yang sama," tutur Marion.
Kang Emil diketahui telah mengkonfirmasikannya dengan berkirim surat langsung ke Kemenkes tertanggal 15 Januari 2021 lalu. Salah usulan yang disampaikan adalah mempersingkat proses pelaporan data kasus Covid-19.