Ahok ogah pusing soal klaim Ilyas Karim pengibar bendera pusaka
"Kita sih bukan persoalkan dia pengerek asli atau enggak? Itu sudah pernah dibuktikan," kata Ahok.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak mau ambil pusing mengenai sosok Ilyas Karim yang mengaku sebagai pengibar bendera pusaka saat 17 Agustus 1945. Sebab kebenaran sudah pernah dibuktikan.
Basuki atau akrab disapa Ahok ini mengungkapkan, Ilyas yang merupakan salah satu korban gusuran Rawajati, Jakarta Selatan, tetap akan mendapatkan kompensasi selama dia mau tinggal di rumah susun.
"Kita sih bukan persoalkan dia pengerek asli atau enggak? Itu sudah pernah dibuktikan, dari Fadli Zon juga sudah dulu. Tapi yang paling penting, kalau dia mau rusun, kita siapin kok. Orangtua semua kita urus," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (6/9).
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menepis kabar sosok Ilyas Karim yang mengaku sebagai pengibar bendera pusaka saat 17 Agustus 1945. Sebab setelah melakukan verifikasi hanya ada dua orang yang mengibarkan bendera pusaka kala itu, Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Martokusumo.
Djarot meminta kepada semua pihak untuk tidak membelokan sejarah Indonesia yang telah ada. Sebab kedua tokoh sejarah itu juga memiliki keturunan yang pasti akan tersinggung.
"Enggak bener (Ilyas) pengibar bendera. Itu tanyakan ke Walkot Jaksel dan sudah ada bukti terutama dari Dinas Sejarah AD bahwa yang mengibar bendera itu ada dua. Jangan dong, untuk pembelokan sejarah. Bagaimanapun Pak Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Martokusumo punya keturunan. Kalau beliau (Ilyas) pejuang mungkin, tapi kalau pengibar bendera jangan. Bahkan Pak Latief pun sebelum meninggal bercerita," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (6/9).
Dia mengungkapkan, kasus pengakuan seseorang sebagai tokoh pahlawan juga pernah terjadi saat dirinya masih menjabat sebagai Wali Kota Blitar. Kala itu, ada orang yang mengaku sebagai pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Sodancho Soeprijadi. Padahal berdasarkan catatan negara dia menghilang saat akan ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan oleh Presiden Soekarno tahun 1945.
"Geger lah itu. Padahal Soeprijadi pernah dipanggil Soekarno dan mau dijadikan Menhan tapi enggak muncul. Saya juga dengar katanya dia (Ilyas) pernah dapet apartemen dan dijual, nah maunya apa?" tutup Djarot.