Ahok sebut tinggal di rusun Jakarta dilayani bak apartemen mewah
Anak yang tinggal di rumah susun dapat jemputan sekolah gratis.
Sekiranya 200 warga kolong Tol Ir Wiyoto Wiyono, Penjaringan, menolak akan rencana penggusuran oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Menurut warga, hal tersebut belum pernah ada ruang dialog antar Pemprov DKI Jakarta dengan warga.
Ahok sapaan Basuki, mengatakan, pihaknya telah berbaik hati menyediakan Rumah Susun (Rusun) bagi para warga, sehingga warga tidak perlu cemas.
"Kita semua selalu sediakan rusun, kalau enngak ada rusun pasti tidak kami tertibkan. Kalau kamu katakan kalau rusun itu tidak enak, ya itu relatif, kita bisa berdebat. Kamu hanya bayar Rp 5.000 sehari untuk servisnya. Pintu engsel rusak, cat semua kami lakukan. Kamu kalau punya rumah, bisa enggak ngerawat rumah kamu, cat ganti, seng, segala macam, Rp 150.000 per bulan, gak bisa," ujar Ahok saat ditemui di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (21/3).
Selain itu, kata Ahok, pihaknya juga mengklaim akan memfasilitasi semua keperluan warga, termasuk anak-anak. Dari antar jemput sekolah sampai mendapatkan akses internet gratis.
"Anakmu semua dikasih KJP, dijemput bus sekolah. Anak saya kalau mau pakai bus sekolah, 24 juta, sekarang 28 juta per tahun bayarnya. Kalau mau jemput nih, bus sekolah, yang pakai wifi yang canggih, itu mereka dapat. Terus mereka apalagi dapat? Naik bus enggak bayar. Kamu kalau naik bus satu orang, satu bulan, ya saya pikir Rp 300 ribu sih habis. Ini bus jemput di kamu sekeluarga enggak bayar bus," ujarnya.
"Dibuatin tempat usaha, dagang. Kita kasih modal, kalau bayarnya bagus Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Ada dokter tungguin. 5.000 penghuni rusun ada satu dokter, satu bidan, satu perawat tungguin ngerawat kamu. Kamu sudah kayak servis Apartemen di Grand Indonesia tuh," tambahnya.
Sebelumnya, sebanyak 200 warga kolong Tol Ir Wiyoto Wiyono, Penjaringan melakukan orasi menolak penertiban yang akan dilakukan pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada Senin besok (14/3). Hal tersebut dikarenakan belum adanya ruang dialog antara Pemprov DKI Jakarta dan warga.
Orasi tersebut melibatkan perwakilan RW 005, 011, 012, 013, 014, 015 dan RW 016 yang menempati kolong tol. Orasi dilakukan setelah adanya penolakan untuk mendatangi rumah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau kerap disapa Ahok.
"Tadi bersama warga Penjaringan mendatangi rumah gubernur. Diadang pihak kepolisian, Pak Lurah, Sekcam Penjaringan. Karena (alasan) rumah pribadi dan tidak memberikan surat pemberitahuan," ujar Sekretaris Wilayah Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) DKI Jakarta Rio Ayudhia Putra di bawah kolong Tol Wiyoto Wiyono, Minggu (13/3).