Anies Sebut Perubahan Iklim Persulit Prediksi Titik Rawan Banjir di Jakarta
Dia mengungkapkan, jumlah alat ukur ini mengalami peningkatan. Semula, DKI hanya memiliki kurang dari 10 alat ukur curah hujan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku tahun ini akan cukup sulit memprediksi potensi wilayah terdampak banjir. Kesulitan ini diakibatkan terjadinya perubahan iklim yang berpengaruh dengan curah hujan.
"Jadi dengan global warming yang sekarang terjadi climate change yang dialami seluruh dunia memang hujan tidak lagi memiliki pola yang diprediksi seperti dahulu," katanya di lapangan Monas usai memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan, Rabu (13/10).
-
Siapa yang dijemput Anies Baswedan? Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan mendatangi kediaman Calon Wakil Presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Jalan Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta Selatan, Jumat (22/12).
-
Kapan Anies Baswedan dilahirkan? Ia lahir pada tanggal 7 Mei tahun 1969, di Desa Cipicung, Kuningan, Jawa Barat.
-
Siapa kakek dari Anies Baswedan? Sebagai pria berusia 54 tahun, Anies Baswedan adalah cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang diplomat yang pernah menjabat sebagai wakil Menteri Muda Penerangan RI dan juga sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.
-
Apa yang dikatakan Anies Baswedan dalam video yang beredar? "Dengan kekalahan saya pada pemilu presiden yang lalu, saya memutuskan untuk menjadi gamer," Anies terlihat mengatakan hal itu dalam sebuah video yang beredar."Untuk itu saya akan memperkenalkan gim yang saya mainkan, Honor of Kings."
-
Apa berita bohong yang disebarkan tentang Anies Baswedan? Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi sasaran berita bohong atau hoaks yang tersebar luas di media sosial. Terlebih menjelang Pilkada serentak 2024.
-
Siapa kakek buyut dari Anies Baswedan? Umar merupakan kakek buyutnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menuturkan, ada kalanya terjadi hujan dalam waktu singkat, namun curahnya sangat tinggi. Seperti yang terjadi pada awal tahun 2020, daratan Jakarta hampir seluruhnya terdampak banjir. Hal itu, kata Anies, diakibatkan intensitas hujan sangat ekstrem yaitu 370 milimeter
Di Jakarta, imbuhnya, jika curah hujan 100 milimeter per hari, dan itu terjadi secara merata maka infrastruktur yang disiapkan akan mampu mencegah terjadinya banjir. Namun sebaliknya, melebihi dari ukuran tersebut banjir sulit dicegah.
"Bila turun seperti kemarin 370 milimeter, turun dalam waktu 5 jam maka bisa dibayangkan itu volume air yang turun dalam waktu yang amat singkat, itu ekstrem," kata Anies.
"Jadi, tadi saya sampaikan kapasitas kita 100 milimeter per hari kalau hujannya itu merata sepanjang 24 jam maka sistem kita sanggup menampung," sambungnya.
Kemudian, Anies juga menyampaikan, Jakarta telah memiliki 267 alat ukur curah hujan, yang tersebar di setiap kelurahan. Alat ini sebagai alat deteksi dini agar warga sekitar dapat mengetahui secara aktual berapa milimeter air hujan yang jatuh di wilayah masing-masing.
"Tahun ini ada alat ukur di seluruh kelurahan, 267 kelurahan sudah punya alat ukur curah hujan," ucap Anies.
Jumlah alat ukur ini disebut Anies mengalami peningkatan. Semula, DKI hanya memiliki kurang dari 10 alat ukur curah hujan.
Kendati meningkatkan jumlah alat ukur, Anies mengaku potensi titik titik rawan banjir di tahun ini tidak dapat diprediksi. Hal ini disebabkan krisis iklim.
"Climate change yang menyebabkan tidak bisa lagi kita menentukan titik titik mana yang akan terjadi karena hujannya bisa terjadi secara ekstrem di berbagai lokasi," tutupnya.
Baca juga:
Anies Ingatkan Warga Antisipasi Tiga Ancaman Saat Puncak Musim Hujan
Pemprov DKI Jakarta Susun Regulasi Pengendalian Penggunaan Air Tanah
Pemprov DKI : Jakarta Menuju Pembatasan Penggunaan Air Tanah, Belum Melarang
Antisipasi Banjir Rendam 14 RT, Pemprov Gerebek Lumpur di Kali Sunter
Antisipasi Banjir Jakarta, Dinas SDA Keruk Kali Sunter