Ini oleh-oleh Ahok dari Belanda
Ahok berencana menerapkan beberapa hal dilihatnya di Belanda.
Sudah sepekan yang lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengunjungi Kota Rotterdam, Belanda. Pria yang akrab disapa Ahok ini mengadakan lawatan membahas proyek reklamasi dan pusat pelabuhan logistik di dekat wilayah Marunda dan Tanjung Priok.
Dalam lawatannya ke Rotterdam, Ahok mengunjungi sejumlah proyek yang mirip dengan dikerjakan di Jakarta. Semua agenda kunjungannya dari sejak tiba pada 20 September sampai 23 September lalu dia unggah dalam website pribadinya ahok.org dengan judul Laporan Kunjungan Kerja Basuki di Rotterdam Belanda.
Dalam laporan tersebut, terlihat jelas kegiatan apa saja yang dilakukan oleh mantan Bupati Belitung ini. Bahkan, Ahok juga sempat menuliskan kekagumannya terhadap beberapa hal yang ada di negara kincir angin tersebut.
Dari hasil lawatannya tersebut, Ahok pun berencana untuk membangun beberapa proyek di Jakarta. Berikut kebijakan-kebijakan yang akan Ahok lakukan di Jakarta.
-
Bagaimana Ahok memulai karier politiknya? Ia memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta setelah terpilih pada tahun 2004.
-
Bagaimana Ahok terlihat dalam fotonya saat kuliah? Tampak pada foto, Ahok tengah bergaya bersama teman-temannya saat awal masa kuliah di Trisakti.
-
Siapa yang membiayai kehidupan Ahok ketika ia tinggal di Jakarta? Keluarga Misribu-lah yang membiayai hidup Ahok selama di Jakarta.
-
Apa yang ingin ditampilkan film tentang Ahok? Dalam cerita ini, kita akan melihat bagaimana Ahok menjadi sosok yang kita kenal sekarang dan hubungannya dengan ayahnya, Kim Nam, seorang pengusaha tambang di Belitung Timur.
-
Apa yang dirayakan oleh Ahok dan Puput? Ahok dan Puput merayakan ulang tahun putri mereka dengan acara yang sederhana, namun dekorasi berwarna pink berhasil menciptakan atmosfer yang penuh semangat.
-
Apa yang membuat Ahok heran tentang para koruptor? Dia menyoroti hukum dan sanksi para koruptor. Saking lemahnya hukum, Ahok heran melihat bekas tahanan koruptor yang justru semakin kaya. Beberapa di antaranya bahkan tak segan pamer kekayaan.
Ingin bangun Port of Jakarta
Dari hasil kunjungannya ke Rotterdam, Belanda, sejak Sabtu (19/9) hingga Rabu (23/9) kemarin, Ahok mengatakan, dirinya ingin membangun konsep Port of Jakarta di wilayah Teluk Jakarta. Menurutnya, ide itu solusi paling baik untuk mengatasi masalah pelabuhan saat ini.
Namun, kata dia, konsep Port of Jakarta lebih mudah diwujudkan, jika semua pengembang di wilayah laut utara bergabung dan berkoordinasi dengan pulau-pulau yang mereka kelola tersebut.
"Kalau di Rotterdam ada Port of Rotterdam, kenapa Jakarta nggak dinamain Port of Jakarta? Kemarin (di Belanda) kita ketemu Pelindo II dan Pelindo III. Kita ingin dengan Pak Lino, bagaimana kalau digabung," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (25/9).
"Kan Pelindo sudah punya Pulau N, kami punya Pulau O, P, Q, Ancol punya Pulau M yang di sebelah kirinya Tanjung Priok. Nah, kenapa enggak kita gunakan Pulau M, N, O, P, Q, biar 5 pulau hasil reklamasi menjadi Port of Jakarta?" katanya menambahkan.
Ahok mengaku, pihaknya juga akan mengikutsertakan salah satu BUMD, untuk mengelola saham-saham milik Pemprov DKI yang selama ini sudah dikerjasamakan dengan beberapa perusahaan.
Menurutnya, jika semua saham bisa digabungkan dengan satu tujuan dan kepentingan yang sama, maka konsep Port of Jakarta itu diyakininya akan segera terwujud, dan bisa menjadi pelabuhan pusat perdagangan di kawasan Asia.
Ciptakan habitat baru bagi hewan melalui reklamasi
Ahok merasa tak peduli dengan suara-suara penolakan proyek reklamasi. Sebab, setelah meninjau proyek reklamasi daratan yang dilakukan oleh Belanda, dia mengklaim bisa menciptakan habitat baru dan mendatangkan satwa-satwa langka ke sana.
"Jadi Belanda itu dulu ada teluk, selalu orang mati kalau datang ombak besar. Dia kalau mau tutup semua lebih mahal kan, jadi dia tutup di depan utaranya 35 kilometer. Total luas yang jadi danau, itu harus 10 kali lipat dari kita," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (25/9).
"Nah terus dia masing-masing bikinin tanggul semua, dan dia tunjukin, begitu lautnya ditutup, jadi air tawar. Malahan burung-burung dari afrika yang enggak pernah ada, hidup di situ. Ini menarik," katanya menambahkan.
Ahok mengatakan, reklamasi yang sudah diterapkan di Belanda secara modern dan besar-besaran sejak 1925, selain menjadikan habitat baru bagi satwa liar, nantinya juga akan dijadikan sebagai pusat logistik dan pelabuhan.
Namun, Ahok mengaku jika program ini juga tergantung dengan progres normalisasi kali, yang sedang dilakukan pihaknya di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Semakin gencar bangun Giant Sea Wall
Ahok mengaku banyak dapat pelajaran menarik saat berkunjung ke Rotterdam. Lima hari di sana, dia mempelajari segala kemungkinan yang akan terjadi jika ada bencana alam dan dampaknya bagi ibu kota.
"Yang paling menarik, mereka kasih lihat ke kita yang selalu berpikir Jakarta enggak akan kena tsunami. Tapi ternyata kalau Krakatau meletus, ada tsunami di bawah Jakarta, sampai Monas lho airnya. Nah itu kemarin mereka buatkan modelnya," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (25/9).
Itu sebabnya, Ahok menilai betapa pentingnya pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall, yang saat ini proyeknya segera direalisasikan oleh pihak Pemprov DKI di wilayah laut utara Jakarta.
Dirinya juga mengatakan, semoga dengan kunjungan ke Belanda kemarin, pihaknya bisa mendapatkan mitra yang kompeten, guna mewujudkan pembangunan konsep Port of Jakarta beserta pembuatan tanggul yang berguna untuk menahan segala kemungkinan yang bisa membahayakan wilayah ibu kota.
"Karena kita enggak pernah tahu kapan air laut itu datang. Semua itu bisa dibuktikan secara teori," ujarnya.
"Saya bilang sama mereka, yang kami butuhkan bukan soal dana sebetulnya, strategic partner. Itu yang penting. Buat kita jadi profesional, dan kita punya jaringan," pungkasnya.
Hilangkan pembatas jalur cepat dan lambat di Jakarta
Ide pembenahan Jakarta yang juga muncul di benak Ahok adalah menghilangkan pembatas antara jalur cepat dan lambat yang kerap ditemui di ruas jalan Ibu kota. Sebab, di beberapa negara hanya menerapkan sistem konsisten dalam penggunaan ruas jalan.
dan lambat yang kerap ditemui di ruas jalan Ibu kota.
"Kalau di luar negeri, justru bukan memperbanyak lajur, tapi yang penting konsisten. Kalau 3 (lajur), ya tetap 3, kalau jalan terus bakal lancar arusnya. Makanya pembatasnya akan dibuang," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (25/9).
Mantan Bupati Belitung itu meyakini jika cara tersebut ampuh menekan kemacetan apalagi jika pengerjaan proyek Mass Rapid Transit (MRT) telah rampung. Setelah itu, pepohonan yang ada pada pembatas antara jalur cepat dan lambat akan Ahok pindahkan ke trotoar, sehingga penghijauan tidak akan berkurang.
Tak hanya itu, Ahok pun berencana bakal melakukan pelebaran pada trotoar di sisi kanan dan kiri jalan. Nantinya, ia akan memberikan lampu hijau kepada sejumlah pemilik gedung yang hendak membangun semacam cafe atau tempat makan di trotoar tersebut.
"Kalau trotoar sudah diperlebar, hingga 10 meter, pemilik gedung juga boleh bangun cafe buat anak muda nongkrong. Enak juga kalau trotoar panjang bisa buat bersepeda seperti di luar negeri," tuturnya.