Kandas di tangan Jokowi, Djarot geber lagi pembangunan deep tunnel
Proyek bawah tanah ini siap dia mulai April mendatang.
Banjir Jakarta tahun 2013 membuat Joko Widodo yang saat itu menjabat sebagai gubernur ketar-ketir. Dia coba memikirkan solusi terbaik kurangi banjir Jakarta dengan membangun terowongan canggih multifungsi (deep tunnel).
Proyek ini dia jiplak dari Singapura. Sayang tak bisa lanjut karena ditolak Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Rupanya, awal pekan kemarin Jakarta kembali kebanjiran. Meski tak separah 2013, tetap saja membuat dua pimpinan DKI Jakarta gelisah. Gubernur Basuki sampai marah-marah.
Beda dengan Ahok, sapaan Basuki, wakilnya Djarot memilih membangun sesuatu yang bisa menampung dan mengalirkan curah hujan dengan baik ke laut. Dia memilih melanjutkan kembali proyek deep tunnel meski pernah ditolak Kemen PU. Mantan wali kota Blitar itu yakin terowongan multifungsi ini cukup efisien membuat Jakarta bebas banjir.
"Kenapa saya katakan mengurangi? Karena dalam waktu dekat Jakarta itu tidak bisa betul-betul 100 persen terbebas dari masalah banjir. Tapi kita akan berusaha untuk mengurangi semaksimal mungkin," ungkap Djarot di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/2).
Namun Djarot belum merinci jelas deep tunnel yang seperti apa yang cocok dibangun di Jakarta. Nantinya, kata Djarot, proyek ini tak akan memakai anggaran negara dan daerah, karena berharap ada investor yang siap mendanai.
"Wacana sudah digaungkan sejak 2007, namun belum berani diambil langkah. Dulu Pemprov takut akan membebani APBN maupun APBD," tambahnya.
Dia juga memastikan pembangunan proyek ini tak akan mengganggu badan jalan. Tak perlu juga pembebasan lahan karena dibangun di bawah tanah.
"Sudah ada kajian. Nanti kami akan koordinasi dengan pemerintah pusat karena ini kewajiban pemerintah pusat juga," sambung Djarot.
Tak perlu kajian mendapat, Djarot sudah siap menggeber proyek ini pada April mendatang.