Sepi pembeli, pedagang di Ancol banyak angkat kaki
Sepinya pembeli ditengarahi karena naiknya harga tiket masuk kawasan Ancol.
Kenaikan harga tiket masuk Ancol setiap tahunnya, membuat para pedagang yang biasa menjual barang dagangannya di kawasan Pantai Jaya Ancol (PJA), Pademangan, Jakarta Utara menjerit.
Hal tersebut diperparah dengan sepinya para pengunjung yang masuk ke kawasan ancol. Imbasnya, omzet dagangan mereka pun menurun drastis.
Lekat dalam ingatan pedagang minuman dan rokok, Andi (38), saat tahun 2002 harga tiket masuk Ancol berada di kisaran Rp 7500 per orang. Saat itu pula banyak pengunjung yang datang ke Ancol, hasilnya omzet usahanya cukup banyak.
Pria kelahiran Lampung ini mengaku, dalam sehari ia mampu memperoleh omzet hingga Rp 500.000, sedangkan untuk akhir pekan bisa mengantongi Rp 2 jutaan. Namun untuk saat ini, ia hanya mampu mendapat omzet setengahnya saja.
Perlahan namun pasti, omzetnya menurun dari tahun ke tahun akibat adanya kenaikan tarif masuk Ancol. Andi tak hilang akal. Pria berbadan kurus ini bersama pedagang lainnya, terpaksa menaikan harga jual dagangan untuk meminimalisir kerugian.
"Kayak harga jual rokok dan minuman saja, harganya kita naikkan Rp 3.000-Rp 5.000 dibandingkan harga pasaran di luar. Cara ini cukup lumayan untuk meminimalisir kerugian," kata Andi kepada wartawan di Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Senin (24/11).
Andi menjelaskan, saat ini harga tiket masuk Ancol senilai Rp 25.000 per orang dan Rp 20.000 per mobil serta Rp 15.000 per motor. Bahkan ia baru mendapat informasi, awal tahun baru nanti harga jual tiket Ancol akan naik sebesar Rp 5.000.
"Setiap lebaran dan tahun baru pasti harga tiket masuk naik, tapi biasanya Rp 2.500 per orang. Kok sekarang bisa Rp 5.000 per orang," keluhnya.
Meski merasa kecewa dengan rencana itu, namun Andi tak bisa berbuat banyak. Oleh karenanya, Andi menduga banyaknya kios yang gulung tingkar di sana, lantaran pengunjung sepi.
"Hampir 50 pedagang di sini sudah angkat kaki, karena enggak kuat usahanya sepi pembeli. Belum lagi harga sewa kios di sini biasanya naik tiga bulan sekali," kata Andi yang mengklaim membayar uang sewa Rp 10 juta per bulan itu.
Senada diungkapkan oleh Santi (17) penjaga toko pakaian di sana. Santi mengaku, semenjak kenaikan harga tiket di Ancol, tokonya sepi pembeli. Akibatnya, omzet pendapatannya menurun tajam.
Menurut Santi, saat harga tiket berada di kisaran Rp 17.500, ia mampu mendapatkan Rp 5 juta-Rp 6 juta per hari. Namun saat ini hanya mendapat omzet hingga Rp 3 jutaan.
Untuk mengejar target setoran sebesar Rp 4 juta, Santi terpaksa lembur bersama rekannya bernama Fahri (18). "Kita kan di sini ada dua sif, pertama dari jam 7 pagi sampai 7 malam, sedangkan sif malam dari jam 8 malam-8 pagi," kata Santi.
Dengan lemburnya Santi menjaga toko, maka ia akan mendapat upah tambahan sebesar 10 persen dari target penjualan. Akan tetapi ketika lembur berjualan, Santi jarang berhasil meraih target yang ditetapkan pemilik toko.
"Target paling tercapai hari Minggu atau libur nasional saja. Sedangkan hari biasanya jarang tercapai targetnya," kata wanita yang diberi upah sebesar Rp 850.000 per bulan itu.