Mitos Taman Sari Jogja, Terdapat Lorong dan Sumur Penghubung
Mitos Taman Sari Jogja semakin menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Mitos Taman Sari Jogja semakin menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Mitos Taman Sari Jogja, Terdapat Lorong dan Sumur Penghubung
Taman Sari merupakan salah satu objek wisata yang populer di Yogyakarta. Terkenal dengan kolam pemandian dan bangunan-bangunan bersejarahnya, Taman Sari memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung.
Bahkan, terdapat beberapa mitos Taman Sari Jogja yang turut mengundang rasa penasaran para wisatawan. Di mana banyak masyarakat percaya bahwa Taman Sari memiliki lorong dan sumur yang dapat menghubungkan ke Keraton Yogyakarta dan Pantai Selatan. Seperti apa penjelasan, berikut kami merangkum beberapa mitos Taman Sari Jogja, bisa disimak.
-
Kenapa Taman Sari menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di Jogja? Taman Sari dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai tempat peristirahatan para istri dan selir raja. Kini, Taman Sari menjadi salah satu destinasi wisata yang dibuka untuk umum.
-
Apa yang ditemukan di hutan jati Mojokerto? Di kawasan hutan jati tersebut ditemukan sejumlah benda yang diduga peninggalan era kerajaan, seperti pecahan cangkir gerabah, bata merah, hingga cerupak (lampu ublik kuno).
-
Siapa yang kuliah di Jogja? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.“Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,” ucap perempuan tersebut.
-
Bagaimana cara menikmati suasana khas Jogja di Malioboro? Di lokasi ini, Anda dapat dengan mudah menemukan suvenir khas Jogja di sepanjang jalan. Jika tak ingin membeli, Anda pun dapat sekadar menikmati suasana khas Jogja di Malioboro dengan berjalan-jalan secaa gratis.
-
Dimana lokasi Taman Sari? Taman Sari Jogja dikenal sebagai istana air yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1758.
-
Di mana contoh tempat wisata hutan mangrove di Jakarta? Di Indonesia, ada banyak hutan mangrove yang saat ini dijadikan tempat wisata alam. Salah satunya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Sejarah Taman Sari
Sebelum menyimak mitos Taman Sari Jogja, perlu diketahui sejarahnya terlebih dahulu.
Taman Sari Jogja adalah situs bekas taman yang terletak di Yogyakarta, Indonesia. Taman tersebut awalnya dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758, sebagai bagian dari kompleks kebun istana.
Taman Sari dulunya berfungsi sebagai tempat rekreasi dan juga sebagai tempat mandi bagi Sultan dan keluarganya.
Pada masa itu, Taman Sari juga berfungsi sebagai tempat pertemuan antara Sultan dengan tamu-tamunya yang penting. Taman ini terkenal karena memiliki arsitektur yang khas dengan gaya Eropa yang dipadukan dengan sentuhan tradisional Jawa.
Salah satu fitur terkenal dari Taman Sari adalah sumur-sumur air yang terdapat di dalamnya. Sumur-sumur ini dulunya berfungsi sebagai tempat mandi bagi Sultan dan keluarganya. Selain itu, terdapat juga terowongan rahasia yang menghubungkan taman dengan kraton (istana) yang digunakan sebagai saluran evakuasi.
Namun, pada tahun 1867, Taman Sari mengalami kerusakan akibat gempa bumi dan perampokan oleh tentara Kolonial Belanda. Setelah itu, Taman Sari tidak pernah pulih sepenuhnya. Beberapa bangunan sudah mengalami kerusakan parah dan hanya beberapa bagian yang masih terlihat. Namun, meskipun dalam kondisi yang terkikis, Taman Sari masih menjadi salah satu daya tarik wisata yang populer di Yogyakarta hingga saat ini.
Mitos Taman Sari
Berikut beberapa mitos Taman Sari Jogja yang banyak dipercaya oleh masyarakat:
1. Lorong Penghubung Keraton
Taman Sari, yaitu bekas kompleks keraton yang terletak di Yogyakarta, memiliki beberapa mitos yang berkembang di kalangan masyarakat sekitar. Salah satu mitos Taman Sari Jogja yang populer adalah adanya lorong bawah tanah yang menghubungkan Taman Sari dengan Keraton Yogyakarta. Mitos ini menyebutkan bahwa lorong tersebut digunakan oleh Sultan dan keluarganya untuk bergerak dengan cepat dan aman. Namun, fakta sebenarnya adalah bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan adanya lorong tersebut.
2. Sumur Penghubung Laut Selatan
Mitos Taman Sari Jogja berikutnya berkaitan dengan Urung Urung Sumur Gumuling, yaitu tempat mandi khusus Sultan yang terletak di dalam kompleks Taman Sari. Mitos ini mengisahkan bahwa Sumur Gumuling memiliki pintu yang terhubung dengan laut dan dipercaya sebagai tempat pertemuan antara Sultan Yogyakarta dengan Nyi Roro Kidul, penguasa laut selatan. Namun, tidak ada bukti sejarah yang mendukung mitos ini. Sumur Gumuling sebenarnya hanya digunakan sebagai tempat mandi dan menganggapnya sebagai tempat magis.
Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa mitos hanyalah cerita yang berkembang di masyarakat dan tidak didukung oleh fakta sejarah yang kuat. Sebaiknya berdasarkan pada penelitian dan sumber yang dapat dipercaya ketika mempelajari sejarah Taman Sari.
Filosofi Taman Sari
Setelah mengetahui mitos Taman Sari Jogja, berikutnya akan dijelaskan filosofinya.
Taman Sari,merupakan salah satu situs bersejarah di Yogyakarta yang memiliki beberapa simbol yang mengandung filosofi.
Pertama, Taman Sari juga dikenal dengan sebutan "tamansari hingga mati" yang memiliki arti bahwa tempat ini akan memberikan pertahanan yang maksimal bagi para pemeluknya. Hal ini terlihat dari letak Taman Sari yang strategis dan terlindung oleh tembok-tembok benteng.
Kedua, terdapat nilai-nilai kesenangan duniawi dalam Taman Sari. Hal ini terlihat dari adanya kolam renang dan kompleks air mancur yang digunakan sebagai tempat hiburan bagi raja dan keluarganya. Simbol dari nilai ini dapat dilihat dari keindahan dan keragaman desain arsitektur serta taman-taman yang ada di dalam kompleks Taman Sari.
Selain itu, terdapat juga simbol mihrab yang terdapat di sumur penyimpanan air. Simbol ini menunjukkan keislaman dan hubungan yang erat dengan agama Islam pada masa itu.
Taman Sari menarik bagi pecinta karya seni karena memiliki keunikan dan keindahan arsitektur, taman, dan air mancur yang terdapat di dalamnya. Keberadaan Taman Sari sebagai peninggalan sejarah juga menjadi bukti bahwa terdapat warisan budaya yang berharga bagi bangsa Indonesia.
Secara keseluruhan, Filosofi Taman Sari Jogja mencerminkan nilai-nilai pertahanan, kesenangan duniawi, kesucian dan keharmonisan, serta keunikan seni yang melekat dalam sejarah dan budaya Indonesia.
Lokasi Taman Sari
Setelah mengetahui mitos Taman Sari Jogja, selanjutnya dijelaskan lokasinya.
Taman Sari adalah sebuah tempat wisata yang terletak di Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Taman ini memiliki letak strategis di pusat kota Yogyakarta, menjadikannya tujuan favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke kota ini.
Lokasi Taman Sari diapit oleh dua sungai, yaitu Sungai Code di sebelah barat dan Sungai Winongo di sebelah timur. Lokasi ini juga memiliki nilai sejarah yang tinggi, karena dulunya merupakan tempat peristirahatan para sultan dan keluarga kerajaan.
Bangunan-bangunan di Taman Sari mencerminkan kemegahan dan keindahan arsitektur Jawa pada masa lalu. Wisatawan dapat mengeksplorasi dan menikmati keindahan taman yang asri, mengunjungi sumur-sumur dan menikmati pemandangan kolam air.
Tiket Masuk Taman Sari
Setelah menyimak mitos Taman Sari Jogja, terakhir akan dijelaskan informasi tiket.
Taman Sari termasuk salah satu objek wisata yang murah dan terjangkau di Yogyakarta. Bagi yang tertarik, Anda cukup membayar tiket masuk Rp7.500 saja.
Namun, jika Anda ingin membawakamrea profesional untuk mengambil foto dan video, pihak pengelola wisata menetapkan tarif tambahan sebesar Rp250.000. Hal ini bertujuan untuk mendukung pelestarian serta menjaga keindahan Taman Sari. Penting untuk diketahui bahwa tambahan biaya ini hanya berlaku untuk satu kunjungan, sehingga jika Anda ingin mengambil foto dan video sepanjang hari, Anda hanya perlu membayar sekali.
Selain itu, jika Anda datang dengan kendaraan pribadi, ada juga tarif parkir yang harus diperhatikan. Tarif parkir kendaraan roda dua adalah Rp2.000, sedangkan untuk kendaraan roda empat adalah Rp5.000.