Doa Kaya Dunia Akhirat ala Kiai As'ad Syamsul Arifin, Baca Selawat Pakai Cara Ini
Kiai As’ad Syamsul Arifin mendapat ijazah dari almarhum Maulana Rahmatullah alias Sunan Ampel berupa selawat khidriyah. Mengamalkan bacaan selawat ini dipercaya dapat melancarkan rezeki. Begini tata cara mengamalkannya.
Suatu hari jelang tengah malam, Kiai As’ad Syamsul Arifin mendapat ijazah dari almarhum Maulana Rahmatullah alias Sunan Ampel berupa selawat. Amalan itu kemudian dikenal luas dengan sebutan selawat khidriyah.
Saat mendatangi Kiai As’ad, Sunan Ampel mengungkapkan, selawat tersebut disebut selawat khidriyah karena sering dibaca Nabi Khidir a.s. Doa selawat ini dianjurkan dibaca setiap kali usai menunaikan ibadah salat lima waktu, tepatnya selesai salam senelum posisi kaki berubah.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Apa yang dimaksud dengan doa enteng jodoh? Doa enteng jodoh adalah doa yang penting untuk diketahui. Pasalnya, doa enteng jodoh dapat membawa seseorang kepada pasangan hidupnya yang diridhoi oleh Allah.
-
Apa yang dimaksud dengan doa sapu jagat? Doa sapu jagat adalah bacaan kebaikan yang mencakup permohonan untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat.
-
Apa yang diminta dalam doa-doa yang dikumpulkan? Kumpulan doa minta kesembuhan untuk diri sendiri dan orang lain. Doa minta kesembuhan bisa dibaca untuk diri sendiri maupun orang lain. Saat seseorang dengan diuji dengan penyakit, ada baiknya untuk terus memanjatkan doa dan memohon kesembuhan kepada Allah SWT.
-
Apa makna dari doa sapu jagat? Rabbanaa, aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban naarArtinya: "Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka."
-
Apa yang digambarkan oleh Doa Summum Bukmun? Doa Summum Bukmun menggambarkan kondisi orang-orang yang menolak petunjuk Allah dengan menggunakan metafora tuli, bisu, dan buta untuk menunjukkan ketidaksadaran mereka terhadap kebenaran.
“Bacaan (doa) selawat tersebut diamalkan setiap selesai salat fardu sebanyak 100 kali dengan posisi duduk sebelum berganti pas setelah salam,” tulis akun Instagram @jurnalsantri (31/10/2021).
Cara Mengamalkan
© pexels.com/Thirdman
Kiai As’ad yang juga tokoh penting yang membidani lahirnya Nahdlatul Ulama itu menjelaskan bagaimana tata cara mengamalkan selawat khidriyah. Setiap orang yang membaca selawat khidriyah wajib kirim bacaan surah Al Fatihah yang ditujukan kepada Rasulullah, Nabiyaallah Khidir Balyan bin Malkan a.s, dan Maulana Rahmatullah Sunan Ampel.
Selepas kepergian Kiai As’ad, para ulama menambahkan bahwa siapapun yang membaca selawat khidriyah juga harus kirim bacaan surah Al Fatihah untuk kiai yang meninggal di Situbondo itu.
Adapun selepas membaca selawat tersebut, kita disarankan untuk mengungkapkan apa yang sedang dialami saat itu serta mengungkapkan hajat (keinginan) apa yang dimiliki. Membaca selawat khidriyah dipercaya mempermudah jalan pengamalnya menuju Makkah Madinah, dalam hal ini bisa diartikan sebagai dimampukan berangkat haji atau umrah; murah rezeki; serta diyakini akan dihadiri Rasulullah SAW saat sakaratul maut.
Lebih lanjut, Kiai As’ad menegaskan supaya para pengamal selawat khidriyah mengokohkan niat mengamalkan bacaan tersebut demi mencari rahmat Allah SWT.
Kiai Asad dalam Sejarah NU
©2023 Merdeka.com/Dok. Ma'had Aly Situbondo
Kiai As’ad menjadi perantara penyampai pesan antara Kiai Hasyim Asy’ari sang pendiri NU dengan gurunya, Kiai Cholil Bangkalan. Saat itu, Kiai Hasyim Asy’ari meminta bantuan As’ad untuk menyampaikan pesan meminta restu mendirikan jam’iyah NU kepada Kiai Cholil Bangkalan.
As’ad yang saat itu menjadi santri Kiai Hasyim Asy’ari di Pondok Pesantren Tebuireng diutus untuk menemui Kiai Cholil di Bangkalan, Madura. Sebelumnya, As’ad juga menjadi santri Pesantren Kademangan asuhan Kiai Cholil Bangkalan.
Saat itu, As’ad diminta menyampaikan pesan bahwa Kiai Hasyim Asy’ari butuh bantuan Kiai Cholil untuk memutuskan hendak mendirikan NU atau tidak. Hasilnya, Kiai Cholil menitipkan dua petunjuk untuk Kiai Hasyim Asy’ari melalui As’ad, seperti dikutip dari NU Online.
Pertama, pada akhir tahun 1924 Kiai Cholil Bangkalan meminta As’ad mengantarkan sebuah tongkat ke Tebuireng. Penyampaian tongkat itu disertai seperangkat ayat Al-Qur’an Surat Thaha ayat 17-23 yang menceritakan Mukjizat Nabi Musa a.s. Kedua, pada akhir tahun 1925 Kiai Cholil Bangkalan mengutus As’ad untuk mengantarkan seuntai tasbih lengkap dengan bacaan Asmaul Husna (Ya Jabbar, Ya Qahhar) ke tempat yang sama dan ditujukan kepada orang sama yaitu Kiai Hasyim Asy’ari.
Saat tiba di Pondok Pesantren Tebuireng, As’ad menyampaikan tasbih yang dikalungkan Kiai Cholil di lehernya dan mempersilakan Kiai Hasyim Asy’ari mengambilnya sendiri. As’ad tidak ingin menyentuh tasbih sebagai amanah dari Kiai Cholil kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Sepanjang perjalanan dari Bangkalan menuju Tebuireng Jombang, As’ad sama sekali tidak menyentuh tasbih tersebut.
Setelah mengambil yang melingkar di leher As’ad, Kiai Hasyim Asyari mengajukan pertanyaan, “Apakah ada pesan lain lagi dari Bangkalan?”
Mendengar pertanyaan sang guru, As’ad hanya menjawab: “Ya Jabbar, Ya Qahhar”, dua asmaul husna tarsebut diulang oleh As’ad hingga 3 kali sesuai pesan Kiai Cholil. Kiai Hasyim Asy’ari kemudian berkata, “Allah Swt telah memperbolehkan kita untuk mendirikan jam’iyah”.