Gejala Burnout Syndrome yang Penting Dikenali, Ketahui Penyebabnya
Ketika seseorang mengalami burnout, kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas sehari-hari menjadi menurun.
Burnout syndrome adalah kondisi yang semakin umum dialami oleh banyak orang di era modern, terutama mereka yang berada dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan. Kondisi ini ditandai oleh rasa kelelahan fisik, emosional, dan mental akibat beban kerja yang berlebihan atau stres yang berkepanjangan.
Ketika seseorang mengalami burnout, kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas sehari-hari menjadi menurun, dan hal ini dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.
-
Apa yang dimaksud dengan burnout? Burnout adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan stres kronis, kehilangan motivasi, dan penurunan kinerja.
-
Kenapa orang bisa mengalami burnout? Burnout biasanya terjadi karena tuntutan pekerjaan yang berlebihan, konflik interpersonal, atau kurangnya penghargaan.
-
Mengapa burnout dapat menyebabkan kelelahan emosional yang dalam? "Anda mungkin merasa terkuras secara emosional dan cepat marah," terang Dr. Kamna Chhibber, Psikolog Klinis dari Fortis Healthcare.
-
Apa yang dimaksud dengan parental burnout? Fenomena kelelahan orangtua atau yang biasa dikenal dengan istilah parental burnout merupakan sebuah hal yang rentan terjadi.
-
Bagaimana cara mengatasi burnout dan kelelahan? Burnout dan kelelahan dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara berikut: 1. Mengenali tanda-tanda awal burnout atau kelelahan dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. 2. Menetapkan batasan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dan menghormati waktu istirahat dan liburan.
-
Bagaimana mengatasi burnout yang sudah serius? Jika sudah menjadi hal yang serius, jangan ragu untuk konsultasi langsung dengan psikolog sebagai profesional kesehatan mental. Mereka bisa membantumu mengatasi masalah dengan memberikan beberapa alternatif untuk mengurangi burnout sebelum kondisinya memburuk. Bagi banyak orang, terapi ini mungkin tidak selalu menjadi solusi. Namun, hal ini sangat layak untuk dipertimbangkan.
Perkembangan teknologi dan tuntutan kerja yang semakin tinggi membuat banyak individu sulit untuk menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan waktu pribadi, sehingga meningkatkan risiko terkena burnout.
Gejala burnout sering kali diabaikan atau dianggap sebagai bagian dari kehidupan yang sibuk, padahal dampaknya bisa sangat serius jika tidak ditangani dengan tepat. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga kesehatan mental dan fisik seseorang dalam jangka panjang.
Mengenali tanda-tanda atau gejala burnout sangat penting agar seseorang dapat segera mengambil langkah pencegahan atau penanganan yang sesuai.
Dengan memahami apa itu burnout dan seperti apa gejalanya, Anda dapat lebih proaktif dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta menerapkan strategi untuk mengatasi stres sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih besar. Berikut selengkapnya.
Mengenal Apa Itu Burnout Syndrome
Burnout syndrome adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres berlebihan dan berkepanjangan. Hal ini terjadi ketika seseorang merasa kewalahan, lelah, dan tidak mampu memenuhi tuntutan yang ada, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Seiring waktu, burnout dapat mengurangi produktivitas, menguras energi, dan memengaruhi kesehatan fisik serta mental secara signifikan.
Menurut Herbert Freudenberger, seorang psikolog yang pertama kali memperkenalkan istilah ini pada tahun 1974, burnout adalah keadaan kelelahan yang ekstrem yang muncul akibat tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi. Ia menggambarkan burnout sebagai kondisi di mana seseorang merasa kehabisan tenaga, kehilangan motivasi, dan merasa tidak lagi efektif atau produktif di tempat kerja. Freudenberger menekankan bahwa burnout sering kali berkembang perlahan dan dapat menjadi semakin parah jika tidak segera ditangani.
Ahli lainnya, Christina Maslach, yang mengembangkan Maslach Burnout Inventory (MBI), menambahkan bahwa burnout terdiri dari tiga dimensi utama: kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan prestasi pribadi. Maslach menyoroti bahwa burnout bukan hanya tentang kelelahan fisik, tetapi juga melibatkan komponen emosional dan mental yang memengaruhi cara seseorang memandang pekerjaannya dan berinteraksi dengan orang lain. Kombinasi dari berbagai faktor ini menjadikan burnout sebagai kondisi yang kompleks dan perlu ditangani dengan pendekatan yang komprehensif.
Gejala Burnout Syndrome
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan burnout sebagai fenomena terkait pekerjaan dalam International Classification of Diseases (ICD-11). Maslach Burnout Inventory karya Christina Maslach digunakan secara luas untuk menilai tingkat burnout.
Adapun gejala burnout syndrome dapat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya, tetapi umumnya meliputi tanda-tanda fisik, emosional, dan perilaku. Berikut beberapa gejala yang sering muncul:
1. Kelelahan Fisik dan Mental
Kelelahan ini bersifat kronis, di mana seseorang merasa lelah sepanjang waktu, bahkan setelah beristirahat. Ini mencakup rasa letih secara fisik serta perasaan kewalahan secara mental, membuat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kehilangan Motivasi
Individu yang mengalami burnout sering kehilangan semangat atau antusiasme dalam bekerja atau menjalani aktivitas rutin. Pekerjaan yang dulunya menyenangkan dapat terasa membosankan dan tidak bermakna.
3. Penurunan Kinerja
Burnout memengaruhi produktivitas dan kualitas pekerjaan. Seseorang mungkin merasa kurang fokus, lebih sering melakukan kesalahan, atau tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan efektif.
4. Perubahan Emosional
Gejala emosional seperti mudah tersinggung, merasa putus asa, cemas, atau mengalami depresi sering kali menjadi bagian dari burnout. Ada juga kecenderungan untuk merasa tidak berdaya atau tidak ada harapan.
5. Masalah Fisik
Selain kelelahan, burnout dapat menyebabkan gejala fisik lain seperti sakit kepala, gangguan tidur, atau masalah pencernaan. Ketegangan otot dan seringnya terkena flu juga dapat menjadi tanda bahwa tubuh sedang mengalami stres berat.
6. Depersonalisasi atau Sikap Sinis
Burnout dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih sinis atau tidak peduli terhadap pekerjaan dan rekan kerja. Hal ini dapat terlihat dari sikap yang kurang empatik atau cenderung menarik diri dari interaksi sosial.
Penyebab Burnout Syndrome
Burnout syndrome dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan pekerjaan, lingkungan, dan kehidupan pribadi. Beberapa penyebab utamanya meliputi:
1. Beban Kerja yang Berlebihan
Ketika tuntutan pekerjaan terlalu tinggi atau waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas terlalu singkat, seseorang dapat merasa kewalahan. Beban kerja yang berlebihan menyebabkan stres kronis dan membuat individu sulit untuk menemukan waktu untuk beristirahat atau memulihkan diri.
2. Kurangnya Kontrol dalam Pekerjaan
Rasa tidak memiliki kendali atas pekerjaan atau hasil yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap burnout. Misalnya, tidak memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan, menentukan jadwal kerja, atau merasa bahwa upaya yang dilakukan tidak dihargai.
3. Lingkungan Kerja yang Tidak Mendukung
Bekerja dalam lingkungan yang penuh dengan konflik, kurangnya dukungan dari atasan atau rekan kerja, dan tidak adanya hubungan sosial yang positif di tempat kerja dapat memperburuk tingkat stres. Ketidaknyamanan dalam lingkungan kerja bisa menyebabkan penurunan motivasi dan kelelahan emosional.
4. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Jika seseorang menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi atau menerima ekspektasi dari atasan yang sulit dicapai, ini dapat meningkatkan risiko burnout. Harapan yang tidak realistis sering kali membuat individu merasa gagal, meskipun mereka telah berusaha keras.
5. Kurangnya Keseimbangan Antara Kehidupan Pribadi dan Pekerjaan
Tidak memiliki waktu yang cukup untuk bersantai atau melakukan aktivitas di luar pekerjaan dapat menyebabkan kelelahan kronis. Ketika seseorang terlalu banyak bekerja dan tidak punya waktu untuk menikmati kehidupan pribadi, risiko burnout meningkat secara signifikan.
6. Tuntutan Emosional yang Tinggi
Profesi yang membutuhkan banyak interaksi dengan orang lain atau menuntut keterlibatan emosional, seperti perawat, guru, atau pekerja sosial, lebih rentan terhadap burnout. Menangani masalah orang lain secara terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan emosional.
Penyebab-penyebab ini sering kali bekerja secara bersamaan dan saling memperkuat, sehingga menciptakan situasi yang membuat seseorang semakin rentan terhadap burnout.