Agar tidak jadi sasaran tipu muslihat penjual nakal
"Batu akik bisa diuji keasliannya di laboratorium batu," kata Agus.
Sentra batu akik di Pasar Rawabening, pada Senin (10/8) lalu, itu sangat ramai pembeli. Pedagang yang awalnya di dalam area pasar kini tumpah hingga ke jalan dan trotoar. Para kolektor batu akik, berlomba mencari bahan atau bongkahan batu berkualitas dengan harga miring untuk dijadikan cincin atau liontin.
Dari segala jenis batu di pasaran, batu bacan masih menjadi primadona dan paling dicari pembeli. Sangat sulit sekali untuk mendapat bongkahan batu asal Maluku tersebut. Hanya beberapa pedagang saja yang memiliki bongkahan batu akik bacan, namun mereka menjual dengan harga yang sangat tinggi per kilogramnya.
"Bongkahan bacan sekarang sulit. Kalau yang sudah bentuk cincin banyak. Itu juga sudah banyak yang dipalsuin. Banyak mafia di sini jadi harus hati-hati," kata Ganda salah satu kolektor batu bacan saat berbincang dengan merdeka.com.
Ganda sendiri sudah memiliki puluhan batu bacan sejak 5 tahun lalu. Dia menjelaskan, batu bacan terbagi menjadi beberapa jenis. Namun yang paling banyak dicari adalah bacan doko dan bacan palameya. Untuk kedua batu tersebut harganya sangat fantastis.
"Tergantung fisik batunya. Kalau dia sudah kristal dengan ukuran uang koin logam harganya bisa puluhan juta. Harga tidak bisa dipatokin, kalau pembeli suka dengan harga tinggi juga pasti dibeli," ucapnya.
Sejak meledak di pasaran, harga batu bacan pun meroket tinggi. Bila 5 tahun lalu dia bisa membeli bacan dengan harga Rp 1 juta dengan kualitas istimewa, kini harga bisa senilai harga motor sport.
"Kalau yang benar asli, istimewa bentuk cicin itu bisa Rp 50 juta. Kalau bentuk bongkahan ukuran besar dan ada unsur seninya bisa ratusan juta rupiah," ungkapnya.
Mahalnya harga batu bacan pun dimanfaatkan oleh pedagang nakal lain dengan membuat batu bacan palsu atau abal-abal. Dengan modal sedikit, mereka bisa meraup keuntungan sebanyak puluhan juta.
"Kalau orang awam pasti ketipu. Karena secara kasat mata itu bacan. Memang bahan dasarnya dari batu bacan yang tak terpakai bekas potongan, itu kecil-kecil. Terus nanti direkatkan sama lem, lalu dikasih pewarna digosok diamplas biar mengkilap," ujarnya.
Sementara itu menurut, Agus Riyadi, salah satu pengusaha batu akik yang juga pemilik laboratorium batu mulia mengatakan, jika ingin memastikan batu tersebut asli atau tidak pembeli sebaiknya melakukan pengujian ke laboratorium agar tidak mudah ditipu oleh penjual.
"Dari hasil lab kita bisa mengetahui jenis batunya apa, kekerasannya, kecerahan hingga dimensi batu," kata Agus saat ditemui merdeka.com di toko miliknya yang berada di lantai 3, Pasar Rawabening, Jatinegara, Jakarta Timur.
Agus melanjutkan, mengenal batu bisa dilihat dari sifat fisik dan sifat optiknya. Dalam sifat fisik dilihat dari warna, kekerasan, berat jenis dan sistem kristal. Sedangkan sifat optik dilihat dari transparansi, luster, indek bias, dispersi.
"Biasanya, batu asli terdiri dari minimal 2 warna. Jarang ada batu asli yang warnanya hanya 1 warna. Setidaknya ada 5 hal yang membuat batu mulia itu menarik, yakni karena keindahannya, langka, tahan lama, modis dan portabilitas," kata Agus saat menjelaskan proses uji laboratorium batu akik.
Menurut dia, semakin langka batu mulia, semakin mahal harganya. Orang cenderung tertantang untuk memiliki karena tidak setiap negara memiliki hal ini. Bahkan para kolektor mancanegara, siap merogoh kocek dari puluhan juta hingga miliaran rupiah untuk mendapatkan batu akik langka tersebut.
"Jadi biasanya, harga sebuah batu permata atau akik dipengaruhi oleh kelangkaan batu. Semakin langka maka semakin mahal. Bagi masyarakat yang ingin memiliki batu mulia, hendaknya lebih berhati-hati. Batu akik bisa diuji keasliannya di laboratorium batu," tuturnya.