Jangan gengsi tiru hal-hal positif dari Soeharto
Titiek Soeharto mengklaim ekonomi terpuruk lantaran pemerintah meninggalkan ekonomi kerakyatan ala Soeharto.
Pemilihan umum tahun ini tentu menjadi hal istimewa bagi keluarga Cendana. Siti Hediati Hariyadi, akrab disapa Titiek Soeharto, menjadi anggota keluarga mendiang Presiden Soeharto pertama kembali terjun ke politik setelah era reformasi.
Titiek mengaku keterlibatannya itu dipicu keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan negara tidak kunjung membaik setelah ayahnya dilengserkan. Dia menegaskan salah satu sebab keterpurukan Indonesia lantaran ada rasa gengsi meniru hal-hal positif dari ekonomi ala Soeharto.
Karena itu, dia meminta pemerintahan Joko Widodo mengadopsi sistem sudah terbukti berhasil di zaman Soeharto. "Nggak usah gengsilah kalau memang mau mencontek, toh yang dicontek hal-hal bagus," katanya Rabu sore lalu usai rapat di ruang Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat. "Kenapa harus gengsi. Kalau emang mau ganti namanya terserah, yang penting kan sistem itu sudah terbukti berhasil."
Sesuai harapannya, Titiek ditempatkan di komisi mengurus bidang pangan. Dia didapuk menjadi Wakil ketua Komisi IV. Wawancara berlangsung hampir setengah jam di ruang tunggu komisi. Dengan santai dan ramah, anak keempat dari pasangan Presiden Soeharto dan Tien Soeharto ini menjawab semua pertanyaan.
Berikut penjelasan Titiek Soeharto kepada Faisal Assegaf dari merdeka.com.
Apakah Anda senang akhirnya bisa masuk ke Komisi IV?
Memang sesuai harapan saya karena membidangi pertanian, perikanan, pangan. Ini memang menjadi perhatian saya. Indonesia ini begitu kaya tapi kok rakyatnya hidup berkecukupan. Kita cuma ada dua msim, tanahnya subur, kok apa-apa masih impor. Semua itu menjadi keprihatinan saya.
Memang di partai saya disuruh pilih maunya ke mana. Saya minta di sini (komisi IV) dan dikabulkan saya masuk ke sini. Alhamdulillah.
Mendiang Presiden Soeharto kan sangat memperhatikan masalah pertanian. Dari semua pemikiran ekonomi Soeharto, apa yang paling berkesan bagi Anda?
Bapak itu dari keluarga petani. Jadi beliau tahu sendiri mengetani pertanian, sangat menguasai soal pertanian. Beliau rajin turun ke daerah-daerah, bertemu dengan petani-petani. Jadi bukan sekarang aja Pak Jokowi blusukan, dari dulu Pak Harto juga udah blusukan cuma nggak pernah dicerita-ceritain.
Emang udah tugas presiden untuk tahu permasalahan terjadi di masyarakat bawah. Itu bapak lakukan. Tiap kali kunjungan ke daerah-daerah pasti ada temu wicara dengan kepala desa dan sebagainya. Dari situ beliau tahu permasalahan ada. Di situ ada menteri dan direktur-direktur jenderalnya dan langsung tahu cara penyelesaiannya.
Apakah Anda juga akan melakoni hal serupa?
Tadi kita melakukan pertemuan dengan HKTI, pedagang pasar untuk mengetahui persoalan-persoalan mereka dan itu bakal menjadi bahan bagi kami untuk melakukan rapat dengan kementerian terkait. Kita lihat keluhan-keluhannya sama.
Dulu zaman Pak Harto sistemnya sudah bagus. Ada KUD. Semua distribusi pupuk, bibit, pestisida, lewat KUD. Habis panen, penjualannya juga KUD menampung, jadi nggak ada fluktuasi harga. Terus ada Binmas. Semua dikomando. Kenapa nggak diulang lagi.
Kita juga menyesalkan setelah reformasi kenapa apa-apa berbau Soeharto mau dihilangkan, diharamkan banget. Padahal banyak hal bagus bisa diteruskan. Dulu ada KB tapi nggak diteruskan, sekarang ada ledakan penduduk.
Nggak usah gengsilah kalau memang mau mencontek, toh yang dicontek hal-hal bagus. Kenapa harus gengsi. Kalau emang mau ganti namanya terserah, yang penting kan sistem itu sudah terbukti berhasil. Pak Harto berhasil membawa Indonesia swasembada beras dan mengatasi laju pertumbuhan penduduk.
Nggak usah buang-buang waktu mencoba hal-hal baru, Itu sudah ada dan terbukti. Itu juga bukan pemikiran Pak Harto sendiri tapi hasil pemikiran putra putri terbaik bangsa. Nggak usah terus alergi terhadap semua hal berbau Pak Harto.
Mudah-mudahan pemerintahan ke depan hal-hal bagus, keberhasilan-keberhasilan zaman Soeharto, dipakai lagi dan disesuaikan kondisi sekarang. Nggak usah cari sistem-sistem lain.
Berarti menurut Anda kemunduran ekonomi Indonesia lantaran ekonomi kerakyatan ala Soeharto ditinggalkan?
Iya, ditinggalkan sama sekali. Ceritanya mau lebih pintar, mau mengubah menjadi lebih bagus, tapi akhirnya mencoba dan salah nggak keman-mana kita.
Apakah Anda melihat pemerintahan Jokowi memiliki niat mengadopsi ekonomi ala Soeharto?
Kita tahunya beliau lebih mementingkan maritim dibanding pertanian. Takutnya pertanian ditinggalin, kurang diperhatikan lagi.
Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar tahun ini. Apakah Anda melihat strategi pemerintah buat mengurangi beban rakyat kecil sudah tepat?
Kenaikan harga bahan bakar memang tidak bisa dibendung. Kita sudah tahu subsidi BBM kita terlalu besar. pemerintah mestinya harus punya resep-resep untuk menanggulangi harga-harga tidak naik terlalu drastis dan memberatkan masyarakat.
Tidak cukup dengan tiga kartu itu aja. Tiga kartu dapatnya Rp 200 ribu, beli pulsa aja habis. Yang merokok, buat beli rokok sudah habis.
Jadi dalam lima tahun ke depan Anda ragu Jokowi mampu membebaskan Indonesia dari impor pangan?
Bukannya ragu, tentu kita kasih kesempatan. Ini kan baru satu bulan, nggak bisa saya bilang nggak mungkin. Mudah-mudahan ekonominya benar-benar untuk rakyat.
Biodata
Nama:
Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto)
Tempat dan Tanggal Lahir:
Semarang, Jawa Tengah, 14 April 1959
Pendidikan:
Sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Pekerjaan:
Pengusaha (Komisaris utama PT Abhitama)
Organisasi:
Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesia (Perpani)
Ketua Umum Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI)
Pembina Yayasan Supersemar
Pembina Yayasan Purna Bhakti Pertiwi
Ketua Bidang Tani dan Nelayan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya