Kesaksian Eks Panglima ABRI Try Sutrisno Kawal Blusukan Senyap Presiden Soeharto, Sampai Dimaki-maki Jenderal Kopassus Penguasa Jatim
Begini kesaksian eks Panglima ABRI, Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno saat mengawal Soeharto blusukan senyap ke Jatim.
Beredar video lawas di media sosial tentang kesaksian Wapres ke-6 RI yang juga mantan Panglima ABRI, Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno. Pensiunan jenderal yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto itu membagikan kisahnya saat mengawal Soeharto ke Jawa Timur.
Menurutnya, Pak Harto sangat suka blusukan senyap ke desa-desa. Namanya senyap, maka tidak ada pengawalan berlebihan dan para pejabat di daerah tidak diberi tahu.
Dia pun sampai kena 'semprot' oleh Pangdam Brawijaya yang memegang komando wilayah Jawa Timur karena tak diberitahu.
Lantas, bagaimana cerita Try Sutrisno saat menemani Soeharto blusukan ke Jawa Timur dengan cara rahasia dan tanpa pengawalan yang ketat? Simak ulasannya sebagai berikut.
Cerita Try Sutrisno Kawal Blusukan Soeharto
Sebuah video yang diunggah oleh akun Tiktok @achmad_wong memperlihatkan Wakil Presiden Indonesia ke-6 yang dulunya pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto membagikan cerita masa lalunya saat mendampingi Soeharto blusukan.
“Pak Harto waktu itu tentu sebagai presiden, ingin mengecek apa yang dikeluarkan oleh kabinet, termasuk policy beliau tentang pertanian, tentang binmas, beliau ingin lihat sendiri di lapangan,” ucap Try Sutrisno.
Pada kegiatan blusukan tersebut, Soeharto tidak tinggal di hotel. Setiap malam saat hendak tidur, Soeharto dan rombongan hanya mengetuk rumah warga di kampung untuk menumpang menginap tidur semalam.
“Jadi masuk desa ke desa, tidur pun kita tidak di hotel. Tidur mendadak, kalau malam kami ngetok pintunya orang, tanpa aparat,” jelas Try.
Dimaki-maki oleh Pangdam Brawijaya
Namun, saat sampai di Jawa Timur, Try Sutrisno mengaku dimaki-maki oleh Pangdam Brawijaya saat itu yakni Mayor Jenderal TNI Witarmin.
Sebabnya, menurut jenderal Kopassus itu, blusukan yang dilakukan oleh Soeharto sangatlah berbahaya dan bisa mengancam presiden. Sebagai ajudan pribadi Soeharto, Try Sutrisno sama sekali tidak melapor kepada Witarmin yang bertanggung jawab di Jatim. Hal itu tidak dilakukan Try Sutrisno atas perintah Pak Harto.
“Pada saat sampai di Jawa Timur, kami dimaki-maki Panglima Jawa Timur. Namanya Jenderal Witarmin. Pak Witarmin itu orang kotok (tegas) orang Jawa Timur, baret merah,” terang Try.
“Dimaki saya, Try, kurang ajar kamu, Pak Harto ke sini kamu enggak laporan, bagaimana kalau terjadi apa-apa?,” lanjutnya.
Blusukan Ala Soeharto
Soeharto memang dikenal sering blusukan ke seluruh penjuru negeri dengan pengawalan yang sangat minim. Ia hadir ke daerah hanya ditemani oleh ajudan, satu orang dokter, satu montir, dan satu komandan Paspampres.
“Bawa radio sama senjata. Kamu yang mendampingi saya, dan Marjono sebagai dokter, dan Bianto (kepala bengkel, sama Munawar. Kolonel Munawar itu komandan Paspampres,” terang Try.
Bahkan, dikatakan untuk urusan logistik, Soeharto hanya membawa bekal dari Jakarta. Bekal yang dibawa adalah beras dan sambal teri serta kering tempe yang dibuat oleh Ibu Tien.
"Untuk urusan logistiknya, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali dengan sambal teri dan kering tempe," kata mantan ajudan Soeharto, Try Sutrisno dalam buku Pak Harto The Untold Stories.