Lobi golok tender miliaran
Wawan kerap memakai kekerasan buat memperoleh proyek.
Sejak putrinya, Ratu Atut Chosiyah menjabat wakil gubernur Banten mendampingi Djoko Munandar, Chasan Sochib telah memegang beberapa proyek, termasuk pembangunan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten senilai Rp 62 miliar lewat PT Sinar Ciomas Raya.
Pembangunan gedung itu tak kunjung rampung meski telah jatuh tempo. Ujung-ujungnya Djoko menyuruh menghentikan proyek itu. Karier Atut menanjak dan memimpin Banten setelah Djoko terlibat korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanjar Daerah Provinsi Banten 2003 sebesar Rp 13 miliar.
Menurut seorang penggiat antikorupsi di Kota Serang, Chasan kerap menggunakan kekerasan buat memperoleh proyek. Meski nilai dia ajukan jauh di atas angka normal, dia tetap menang tender. "Dia kerap mengirim jawara berbaju hitam," kata sumber merdeka.com mendapat cerita dari seorang kontraktor pernah diintimidasi Chasan.
Setelah dia meninggal, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan menggantikan posisi ayahnya itu. Dia menjadi ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Banten. Seorang sumber di Kadin mengungkapkan semua proyek Provinsi Banten senilai puluhan hingga ratusan miliar di bawah kendali Wawan.
Wawan memang jarang turun, namun dia mempunyai kaki tangan menangani proyek miliaran itu. "Siapa tak kenal Wawan, dia pemegang proyek di sini. Hampir semua proyek provinsi dikerjakan oleh dia," ujarnya.
Ibarat pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitu pula Wawan. Kelakuannya hampir sama seperti almarhum ayahnya, Chasan Sochib. Wawan tak segan mengirim pasukan hitam-hitam jika ada orang mengkritik proyeknya.
Sepekan sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi menagkap tangan Wawan, pasukan kirimannya membakar kantor Forum Pembela Kebenaran (Forpek) di Kota Serang. Pembakaran itu buntut dari demonstrasi oleh organisasi itu dua hari sebelumnya.
Dalam unjuk rasa ini, Forpek menuntut kantor Wawan, PT Buana Wardhana Utama, bertanggung jawab atas proyek baru dikerjakan sepuluh persen. "Temuan BPK di dua dinas, Dinas Bina Marga dan SDAP, terindikasi kerugian Rp 6 miliar," ujar Ketua Umum Forpek Tubagus Delly Suhendar saat dihubungi melalui telepon selulernya Rabu pekan lalu.
Sehabis berdemonstrasi, Deli diancam untuk menemui orang kepercayaan Wawan bernama Lilik. Lantaran tidak ditanggapi, 150 orang berseragam serba hitam mendatangi kantornya di kawasan Kaloran Pena, Kota Serang. Mereka membakar bangku dan menghancurkan kaca jendela. "Saya langsung lapor ke polisi dan lima orang sudah ditetapkan sebagai tersangka," tuturnya.
Wawan memang sedikit mengubah cara ayahnya. Kalau Chasan kerap menggunakan golok untuk mendapat tender miliaran, Wawan lebih profesional. Suami dari Walikota Tangerang Selatan Airin Rahmy Diany ini memakai orang-orangnya di Kadin buat menutupi proyek dengan sejumlah uang. Bahkan, media lokal juga ikut terguyur fulus.
Seorang penggiat antirasuah dari Kota Serang membisikkan kaki tangan Wawan bernama Dedi Suwandi, Dadang, dan Fitron menguasai semua proyek di kabupaten. Misalnya pembangunan jalan bernilai puluhan miliar rupiah di Kabupaten Pandegelang. "Kalau jawara digunakan untuk mengamankan proyek. Mereka mengawasi di lokasi proyek," kata sumber merdeka.com.
Dihubungi secara terpisah, Fitron membantah terkait kelakuan sahabatnya itu. Dia berkilah menjadi pengendali proyek milik Wawan. Namun dia mengakui saban bulan bertemu Wawan untuk bertukar pikiran. "Kadang kalau beliau ada di Serang suka manggil saya. Kalau saya ke Jakarta mampir ke kantor beliau," ujar dosen Administrasi Negara di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten.
Wawan dicegat usai diperiksa di kantor KPK Jumat pekan lalu tidak mau berkomentar. Dia cuma tersenyum ketika digelandang petugas masuk ke dalam mobil tahanan.