Piringan Hitam dalam perburuan
Ongkos untuk pembuatan piringan hitam yang mahal menjadi salah satu alasan untuk tidak merilis Vinyl.
"Coba cek berapa harga vinyl 'Album Vakansi' dari White Shoes & The Couples Company sekarang? Bisa mencapai Rp 2 juta," ujar Managing Editor RollingStone, Wendi Putranto saat berbincang dengan merdeka.com melalui sambungan seluler, Kamis pekan lalu.
"Begitu pula dengan vinyl 'Matraman' dari The Upstairs atau "Beyond Coma and Despair dari Burgerkill, harganya jutaan rupiah" katanya menambahkan.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
-
Apa yang diluncurkan oleh band Indie asal London PREP di konser Jakarta? Bertepatan dengan perayaan konser tersebut, PREP mengumumkan album terbaru mereka bertajuk The Programme yang akan rilis pada 7 Juni 2024.
-
Siapa yang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia? Sebuah momen menarik terekam oleh kamera televisi ketika penjaga gawang Maarten Paes dengan penuh rasa hormat menyanyikan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' dalam pertandingan Timnas Indonesia melawan Australia pada Selasa malam (10/9/2024).
-
Kapan Pas Band tampil di Jakarta Pop Alternative Festival? Imbasnya, grup ini tampil di festival musik internasional bernama Jakarta Pop Alternative Festival 1996.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan? Di Indonesia, Hari Musik Nasional diperingati setiap tanggal 9 Maret
-
Kenapa banyak konser band rock dan metal di Indonesia? Fanbase aliran musik rock dan metal di Indonesia sangat besar. Tidak heran berbagai mega konser digelar untuk puaskan hasrat penggemar.
Belakangan ini memang marak perburuan vinyl atau piringan hitam karya musisi-musisi ternama. Seperti White Shoes & The Couples Company dan The Upstairs, grup band yang pernah menjadi raja pensi di panggung-panggung sekolah era tahun 2006 ini memang tak begitu kesohor di kalangan pendengar musik mainstream. Namun bagi mereka yang dulu duduk di bangku SMA tahun 2004, nama The Upstairs tentunya menjadi kenangan. Apalagi lagu berjudul 'Disko Darurat ' merupakan lagu andalan buat melantai dansa.
Era itu, jangan kaget jika setiap The Upstairs manggung para penggemarnya yang dikenal dengan Modern Darling bikin suasana di sekitar panggung berwarna-warni. Apalagi band bergenre New wave ini mampu menghibur para penggemarnya dengan hentakan lagu yang bikin jingkrak-jingkrak. "Kalo The Upstair manggung di Parkit, sampe-sampe warna-warni tuh Senayan, " ujar Aditya melalui pesan WhatApps mengenang masa-masa SMA-nya dulu.
Nostalgia itu pun kini menjadi perburuan. Penggemar mereka yang tak lagi muda seperti sepuluh tahun lalu, mulai mencari koleksi-koleksi rilisan fisik mereka. Meski banyak juga yang ogah mengeluarkan fulus buat membeli rilisian fisik, namun bagi para mantan Modern Darling membeli dan memburu rilisan fisik berupa piringan hitam membuktikan jika mereka juga fans yang loyal. "Desember tahun lalu dia ngeluarin Vinyl album Matraman, " kata Aditya yang juga Modern Darlin ini.
Menurut Wendi, kembalinya tren perburuan piringan hitam beberapa tahun belakang ini diyakini karena para penggemar maupun penikmat musik lebih mencari kualitas dari karya musisi itu sendiri. Begitu juga dengan band-band indie yang memang mengandalkan eksistensinya dengan menjual rilisan fisik berupa CD atau kaset merupakan salah satu bentuk yang mendukung terhadap perkembangan industri musik tanah air.
"Yang pasti, sekelompok massa yang diidentifikasi sebagai hipster ini adalah gelombang baru para penggemar musik yang harus diedukasi dan dijaga, karena mereka lah pendukung eksistensi band-band ini di masa depan," ujar Wendi. Dia pun berharap jika perburuan piringan hitam ini bukan hanya menjadi tren sesaat, namun berkelanjutan.
Erix, frontman grup band Endang Soekamti punya pandangan lain soal piringan hitam. Cukup beralasan bagi Erix jika dia bersama Endang Soekamti tak merilis piringan hitam lantaran para penggemarnya tak tertarik dengan Vinyl. Apalagi menurutnya genre Endank Soekamti kurang tepat jika didengarkan dalam format analog tersebut. "Kalau kita soalnya pasti melihat pemetaan pasar dulu. Lagian menurut saya, percuma kalo Endank Soekamti bikin piringan hitam, karena musiknya juga enggak cocok buat dikemas dengan format seperti itu, " ujar Erix melalui seluler, Kamis pekan lalu.
Senada dengan Erix, bagi Arian13 juga frontman grup band Seringai, mengatakan jika tren perburuan piringan hitam saat ini tidak seperti dua tahun lalu. Bukan lah tanpa sebab, ongkos untuk pembuatan piringan hitam yang mahal menjadi salah satu alasan untuk tidak merilis Vinyl. "Memang sekarang produksinya makin mahal dan dollar naik, jadi cenderung nyari profitnya tuh juga susah, makanya cenderung buat seneng-seneng aja sih," ujar Arian saat di temui di kantornya pekan kemarin.
(mdk/arb)