Portugal bukan one man team, bukan cuma CR7
Kelemahan Jerman, justru kelebihan Portugal. Apa itu?
Isu lawas ini selalu menghantui Portugal setiap turnamen besar. Disebut bahwa Portugal tak bisa juara karena tak pernah memiliki striker top kelas dunia. Sejak era Nuno Gomes (79 caps/29 gol), Pedro Pauleta (88 caps/47 gol), lantas kini Hugo Almeida (55 caps/19 gol) dan Helder Postiga (69 caps/27 gol) dipandang belum mampu mengimbangi kehebatan Cristiano Ronaldo (111 caps/49 gol).
Cristiano Ronaldo atau CR7 kini menjadi pemain Portugal dengan gol paling banyak untuk tim nasional. Dua gol di atas Pauleta, delapan gol lebih banyak dari sang legenda Eusebio. Padahal posisi aslinya bukan striker lebih sebagai pemain sayap.
Itulah sebabnya banyak yang menjuluki Portugal sebagai one man team. Portugal dinilai terlalu bergantung kepada CR7. Faktanya Ronaldo menjadi top skor Portugal di kualifikasi dengan delapan gol, tiga di antaranya hat-trick ke gawang Swedia pada playoff yang meloloskan Portugal ke Brasil.
Tetapi benarkah Portugal terlalu bertumpu pada Ronaldo? Merujuk pada performa A Seleccao hingga menembus semifinal Euro 2012 sebenarnya julukan one man team itu tidak sepenuhnya tepat.
Komposisi Portugal dua tahun lalu berupa 4-3-3 terdiri dari Rui Patricio (kiper) Joao Pereira, Bruno Alves, Pepe, Fabio Coentrao (kuartet belakang); Raul Meireles, Miguel Veloso, Joao Moutinho (trio lini tengah); Nani, Hugo Almeida dan Ronaldo (trisula di depan).
Jika hanya bergantung CR7 seorang, tidak mungkin Portugal menyisihkan Denmark dan Belanda di penyisihan grup, memukul Rep Ceko di perempat final sebelum kandas adu penalti dari sang juara Spanyol di semifinal.
Untuk Piala Dunia 2014 ini, Postiga masih dipercaya di depan. Betul secara stamina dia tak sesegar dua tahun lalu. Tetapi perannya masih sangat diharapkan sebagai pembuka jalan bagi Ronaldo, mirip seperti Fred memberi ruang Neymar, atau Higuain menyediakan jalan bagi Messi.
Di sektor sayap kanan, Nani masih jadi ancaman meskipun untuk level klub dia jarang main secara reguler.
Kehebatan Portugal tak bisa dilepaskan dari trio lini tengah Meireles, Moutinho, dan gelandang bertahan William Carvalho yang mengisi posisi Miguel Veloso dua tahun lalu. Kekurangan Portugal mungkin pada tipikal pemain nomor 10 yang dulu mereka punyai pada diri Rui Costa ataupun Deco.
Kehebatan Portugal barangkali pada kuartet lini belakang dan kiper yang belum berubah dari dua tahun lalu. Coentrao di kiri bakal menjadi penopang aktif CR7, sementara Pereira lebih pada tipikal pemain karakter bertahan. Partnership Bruno Alves dan Pepe di jantung pertahanan menunjang Portugal yang hanya kebobolan 11 gol dari 12 laga kualifikasi dan playoff.
Jelang laga lawan Jerman di Salvador, Selasa (16/6) dinihari nanti, Portugal masih sebagai tim master serangan balik dengan formasi 4-3-3. Harapan Portugal hanya satu: CR7 lepas dari problem cedera lutut dan otot paha yang membelit jelang turnamen dimulai.
Dalam kondisi CR7 yang belum mencapai level fitness puncak, wajar jika bursa taruhan lebih mengunggulkan Jerman. Betul, Jerman kehilangan Marco Reus dan hanya bertumpu pada striker gaek Miroslav Klose di lini depan. Tetapi Jerman adalah tim dengan segudang penyerang-penyerang hebat tatkala Klose tidak bisa diharapkan.
Dengan 4-2-3-1 yang terus dipertahankan sejak era Juergen Klinsmann pada 2006, Jerman punya beragam kombinasi di sektor depan. Posisi Klose misalnya, bisa diisi bergantian dengan Mario Goetze atau Thomas Mueller sebagai false number 9. Begitu berkualitasnya hampir semua anggota skuad Jerman membuat Michael Cox dari Zonal Marking menulis, kelemahan utama Jerman belum ada satupun posisi yang pasti diisi oleh siapa.
Kelemahan Jerman itu, justru kelebihan Portugal. Jika CR7 bisa pulih tepat waktu, bukan tidak mungkin Portugal membalikkan ramalan bursa. Atau realistis, laga ini berakhir dengan hasil seri pertama di Brasil.