Sudirman Said: Jusuf Kalla membantu saya
Semua proses tidak begitu saja dilalui. Sebelum memutuskan, Sudirman memang sudah banyak mendapat wejangan. Mulai dari saran hingga dorongan. Mengambil langkah politik. Tidak hanya sekedar membantu menjadi bagian tim sukses. Melainkan tampil sebagai aktor utama.
Sudirman Said masih mendapat tugas sebagai ketua Tim Sinkronisasi Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Membantu penyelarasan program antara pemerintah DKI Jakarta sebelumnya dengan ide Anies-Sandi. Seiring kinerjanya, nama mantan menteri ESDM itu kembali mencuat.
Arah politik Sudirman Said seolah berubah. Setelah ikut dalam menyukseskan pemerintahan Presiden Joko Widodo, kini dia mendapat dukungan Prabowo Subianto lewat Partai Gerindra. Bahkan diberi kesempatan bertarung dalam Pilgub Jawa Tengah.
Semua proses tidak begitu saja dilalui. Sebelum memutuskan, Sudirman memang sudah banyak mendapat wejangan. Mulai dari saran hingga dorongan. Mengambil langkah politik. Tidak hanya sekedar membantu menjadi bagian tim sukses. Melainkan tampil sebagai aktor utama.
Banyak tokoh sudah Sudirman temui. Termasuk sosok Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hingga ada juga petinggi partai politik bernafsu mengusungnya dalam kontestasi politik. Biasanya dia banyak berdialog. Membahas masalah kebangsaan. Sampai akhirnya muncul penawaran dari Prabowo Subianto. Tentu itu dirasa mengagetkan.
Dari situ Sudirman mulai sering membahas mengenai Jawa Tengah. Melihat permasalahan dan menemui banyak stakeholder. Termasuk menilai gaya kepemimpinan Ganjar Pranowo, gubernur Jawa Tengah sekaligus lawan di Pilgub.
Berikut wawancara kami dengan Sudirman Said saat berkunjung ke markas merdeka.com di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu pekan lalu.
Anda diusung Partai Gerindra, bisa diceritakan bagaimana awal perkenalan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto hingga akhirnya Anda mendapat mandat untuk maju di Pilgub Jawa Tengah?
Ya kalau dibilang cepat ya cepat. Tapi kalau dibilang prosesnya cukup lama ya. Ini kan enggak ujug-ujug jadi. tadi lewat proses sinkronisasi saya bertemu dan berinteraksi dengan Pak Prabowo, diskusi. Tidak langsung ngomong soal Jawa Tengah. Sampai akhirnya kita itu sering berdialog soal-soal kenegaraan, bangsa, soal masyarakat. Dan satu ketika muncul celetukan "Kenapa enggak dicoba di Jawa Tengah?".
Itu setelah mendengar dengan berbagai partai yang lain. Bahkan tokoh seperti Zulkifli Hasan bilang "Kalau Anda serius saya yang umumkan duluan nih,". Jadi dengan Pak Prabowo juga sama, natural saja sampai ada dialog ya saya jadi di Jawa Tengah dan minta izin Pak Kalau diizinkan saya ini pengen serius menjalani ini, dan itu bulan-bulan Juli kalau tidak salah.
Sejak itu kemudian secara berkala sering sekali diskusi tentang Jawa Tengah termasuk dengan partai-partai lain, maka kemudian secara proses Gerindra duluan yang memutuskan memberikan rekomendasi.
Dalam pengusungan adakah mahar politik diminta Prabowo Subianto maupun Partai Gerindra?
Itu bagian dari persepsi publik yang mesti diluruskan bahwa tidak ada, seluruh proses itu berhubungan dengan transaksi. Saya mengalami itu itu sendiri, tidak ada satupun partai yang bicara mahar politik dan sampai hari ini juga tidak ada. Kita diskusi bagaimana memenangkan, biayanya berapa untuk kampanye, untuk publikasi dan lain sebagainya. Tapi tidak ada bahkan beberapa partai memberikan penekanan ini kita bukan soal mahar yah, ini soal biaya operasional. Dan tidak ada satu prosedur yang diberi uang dulu baru rekomendasi itu keluar, tidak ada.
Nah begitu pun dengan Gerindra dan Pak Prabowo. Beliau bertanya, "Puya uang apa enggak?". Saya mengatakan dengan polos saja. "Tentu saja saya tidak punya uang,", dan beliau ketawa. Tetapi saya mengatakan "Kalau saya diberi izin menjajaki kemungkinan itu, berinteraksi dengan seluruh partai dan ternyata sambutan masyarakat cukup baik, rasanya sih teman-teman sahabat-sahabat bisa saweran,".
Termasuk para pengusaha yang Anda kenal?
Ya termasuk merekalah. Tentu saja yang cukup punya uang kan para pengusaha , kalau profesional kan bisa kita ukurlah. Jadi kita diskusi soal kebutuhan biaya kurang lebih sekian-sekian, saksi sekian, itu biasalah. Tapi kalau dipersepsikan seolah-oleh berilah uang dulu kemudian muncul itu, (rekomendasi), itu enggak ada. Dan saya juga sambil jalan terus menghimpun dukungan untuk biaya-biya ke depan.
Mengenai pasangan Anda, adalah Ida Fauziyah. Bagaimana cerita di balik perjodohan itu? Siapa yang mengusulkan nama Ida?
Sejak nama-nama bakal calon wagub itu muncul, baik dari PPP, Golkar, masyarakat, dari tokoh-tokoh, saya mengambil posisi siapapun yang akan dijodohkan buat saya sama baiknya. Kebetulan nama-nama yang muncul itu nama-nama yang baik, dikenal tidak punya persoalan, nama-nama bersih insya Allah. Waktu itu belum muncul nama Bu Ida, tapi saya juga punya pemahaman, kan kita mesti memberikan ruang kepada siapapun yang akan bergabung dengan koalisi, itu hal yang sangat wajar. Jadi saya punya pemahaman bahwa bisa saja muncul nama baru dan ternyata betul, ketika PKB memutuskan bergabung dengan koalisi ini, sebagai partai nomor 2 pemenang di Jawa Tengah, wajar bila kemudian memberi satu syarat mendudukan calon wagub dan itu dibicarakan diantara partai yang sudah berkoalisi.
Nah setelah mengecek track record, saya mendengar kata-kata dari Pak Muhaimin, "Ini wujud dari keseriusan PKB memberikan salah satu kader terbaik,". Dan saya kira itu betul, Ibu Ida Fauziyah itu kader terbaik. Pengalamannya lama di DPR, tokoh masyarakat, pimpinan Fattayat dan keluarganya di Jawa Tengah juga banyak dan mengakar sekali. Jadi orang dalam betul di NU. Nah ketika nama itu muncul, pas interaksi pertama kita merasa ada kecocokan. Dari gesture bahasa tubuh, ya kita kan bisa mengukur karena sering ketemu banyak orang. Alhamdulillah rasanya ini pasangan yang baik dan malah sebagian secara politik menilai ini pasangan yang ideal. Ada yang bilang juga ini pasangan normal karena satunya laki, satunya perempuan.
Bagaimana cara Anda membangun hubungan dengan Ida Fauziyah?
Ya baru kenal juga dan langsung sibuk masing-masing. Ya kita sempatkan berkumpul lewat online ataupun kalau bisa duduk bersama untuk membahas yang fundamental. Sama saya kira juga saling mengecek siapa orang-orang sekelilingnya untuk saling memberi penguatan agar kita bisa bekerja sama, sebagai pasangan normal.
Sudah sosialisasi ke mana saja di Jawa Tengah?
Sosialisasi ini sudah hampir seluruh kota dan kabupaten tapi lumayan juga karena 35 kabupaten kota kan, dan luasnya luar biasa. Jadi ini akan terus kita lakukan dan prinsipnya kita harus menjangkau sebanyak mungkin.
Anies hadir di rumah Prabowo dukung Sudirman Said ©2017 Merdeka.com/Ahda Bayhaqi
Ketika Pilgub DKI Anies mengaku ada dorongan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk maju, sebagai orang yang dikenal punya hubungan dekat dengan Jusuf Kalla, apakah hal serupa juga Anda alami?
Kepada seluruh senior saya berkonsultasi, tentu minta restu dan minta dukungan, dukungannya macam-macam. Tadi saya sudah sebut, saya datang ke Prof Subroto, saya datang ke para kiai dan saya juga datang ke Pak JK untuk meminta pandangan, dan beliau memberikan dorongan, sudah selesailah masalah pribadi. Ada satu hal yang sangat besar, saya kira beliau seorang politisi senior yang punya intuisi baik. Jadi tentu dalam batas-batas wajar sebagai pribadi bukan sebagai wapres, beliau membantu menghubungkan saya dengan partai dan juga dengan berbagai orang-orang yang bisa memberikan support.
Pesaing Anda di Pilgub Jawa Tengah adalah calon incumbent Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah sekaligus politisi PDIP. Bagaimana penilaian bapak melihat sosok tersebut?
Kami dulu sering satu forum di berbagai tempat. Baik di KPK maupun forum-forum pemerintah. Mengenal dengan baik dan kami bertemanlah. Saya menempatkan ini sebagai ini bukan urusan pribadi, nothing personal tidak ada, tidak perlu pakai perasaan sesama politisi. Bahwa Jawa Tengah secara tradisional jadi basisnya partai tertentu, bisa saja. Tapi sebagaimana daerah lain selalu ada peluang adanya perubahan. Jadi momentum itu dilakukan, kan katanya momentum itu tidak bisa juga dipilih. Tugas saya berikhtiar, menawarkan hal-hal baik kepada masyarakat, program yang baik, berinteraksi dengan banyak tokoh yang punya pengaruh dan meyakinkan bahwa kita membawa perubahan. Jadi tidak ada hal yang tidak mungkin saya kira.
Betul bahwa secara polling itu jaraknya masih jauh tapi saya juga punya optimisme bahwa dalam waktu sekian bulan lompatannya cukup besar juga. Apalagi dengan keadaan ini saya punya keyakinan kita bisa memberikan satu kompetisi yang bermutu, artinya cara-caranya bukan cara-cara norak, bukan cara black campaign, lebih santun.
Pak Ganjar tentu pemimpin yang punya pengalaman karena sudah hampir 5 tahun, pasti beliau punya dukungan yang kuat dari partainya sendiri karena dia juga tuan rumah di sana. Dari sisi popularitas sebagai incumbent pasti lebih populer, itu yang saya pahami dan kita merasa sebagai teman. Kita beberapa kali bertemu, kemarin tes kesehatan juga kan sama-sama ya sebagai pribadi kita bertemu hanya sistem bernegara membutuhkan kita untuk berkompetisi, bagaimana memisahkan antara urusan pribadi dengan urusan publik.
Anda bertarung di wilayah kandang banteng. Di dalam survei, elektabilitas dan popularitas Anda masih di bawah Ganjar. Lalu apa yang bakal dilakukan seorang Sudirman untuk meyakinkan masyarakat Jawa Tengah? Lalu, Gaya kampanye bakal dilakukan Pak Sudirman untuk di Jawa Tengah nanti seperti apa?
Jawa Tengah luas sekali dan sulit untuk dikatakan kita bisa menjangkau semuanya. Kita harus bagi peran dan tugas dan wilayah juga. Tapi seluruh kajian mengatakan, makin banak berinteraksi dengan masyarakat itu makin baik secara elektoral, jadi kita kan lakukan itu. Akan turun ke bawah, akan bertemu dengan masyarakat, mendengar mereka.
(mdk/ang)