WhatsApp buktikan kerja keras tak mengkhianati
WA telah membuktikan, komitmen, fokus, konsisten dengan kerja keras sekaligus kerja cerdas tak mengkhianati.
Dunia aplikasi, konten internet, dan telekomunikasi, hari-hari ini dihentakkan dengan pembelian WhatsApp oleh Facebook senilai total USD 19 M. Pembayarannya selain uang cash juga berupa saham Facebook buat manajemen dan karyawan, serta untuk pendiri WA : Jan Koum dan Brian Acton. Siapa yang tidak ngiler dengan duit segitu?
Banyak pertanyaan mengarah ke transaksi ini. Wajarkah? Apa untungnya Facebook membeli WA? Dalam transaksi apapun, selalu ada yang wajar dan tidak wajar. Namun, dalam bisnis perusahaan yang di dalamnya sudah ada permainan saham, semua bisa terjadi, dan sah. Seorang Mark Zuckeberg sebagai founder FB juga Sheryl Sandberg selaku COO FB, tentu punya perhitungan matang yang tidak mudah diketahui oleh orang lain. Sebagai Harvardian — sebutan untuk para alumni Harvard University — mereka pasti sangat teliti, taktis, dan berdampak. Saham FB meroket dan nyaris pecahkan rekor. Transaksi di pasar saham Nasdaq meriah, nilai FB menurut Bloomberg juga naik sekitar 4 kali lipat dari awal.
Analis senior e-Marketer Cathy Bole menilai kesepakatan ini tepat bagi Facebook karena WhatsApp sangat bernilai. Tak hanya karena iklan saja, melainkan juga karena pengguna WhatsApp adalah anak-anak muda yang sedang bertumbuh. "WhatsApp memiliki kemampuan penetrasi yang hebat di banyak pasar internasional dibandingkan Facebook," ujarnya.
Saat ini pengguna WA di seluruh dunia 419 juta orang. Andaikan WA itu negara, maka jadi negara ketiga di dunia, setelah Cina (1,36 miliar jiwa), India (1,24 miliar jiwa), WA 419 juta jiwa, Amerika Serikat 317 juta jiwa, Indonesia 249 juta, FB 145 juta akun.
Tak heran bila FB dan Google pun sempat rebutan WA, sebelum akhirnya FB pemenangnya. Sekali lagi, ini masalah penetrasi pasar. Hal ini juga mengingatkan bagaimana Blackberry harus mengeluarkan eksklusivitasnya BB Messenger yang sebelumnya hanya untuk perangkat BB dan kemudian bisa untuk iOS Apple dan Android yang dikendalikan Google. Sehingga menjadikan BBM tidak hanya tergantung pada BB Device yang sudah mulai ditinggalkan. Artinya BBM tak akan mati kalaupun BB Device sekarat.
Sekarang, perhatian orang tertuju pada Koum & Acton, si pembesut WA. Apakah dia sejak awal sudah memikirkan akan menjadi kaya raya? Apakah sejak awal mereka mikir duit? Tampaknya tidak. Kalaupun iya, cara berpikirnya di luar yang disangka orng. Namun, yang pasti di dalam pikiran Koum dan Acton saat membuat WA, sudah membuat kesepakatan yang menjadi ruh dari WA: No Ads, No Games, No Gimmicks! Artinya dia tidak mengejar duit advertising, tidak dari games, dan tidak meriah kembang-kembang seperti halnya Line, Kakao, atau WeChat.
Dengan tidak berpikir aneh-aneh seperti itu, maka Anda bisa rasakan manfaat WA. Paling tidak kita bisa melihat dengan merasakan, bahwa pengembangnya benar-benar fokus pada performance engine WA sehingga nyaman (convenience) bagi pengguna. Kredo pendiri WA adalah, fokus pada layanan pelanggan: nyaman buat komunikasi atau pengiriman pesan.
Koum adalah imigran asal Ukraina. Ketika masuk AS berusia 16 tahun bahasa Inggrisnya buruk. Dia dan ibunya mengandalkan hidup dari uang jaminan sosial. Tambahan hidup dari tukang sapu dan ibunya jadi baby sitter sementara ayahnya tetap di Kiev, Ukraina. Karena hubungan jauh inilah, dia rindu berkomunikasi dengan ayahnya. Tidak mungkin karena mahal dan dia tak punya duit. Lalu Koum membayangkan bisa melakukan komunikasi dengan pesan singkat yang murah. Itulah satu mimpinya. Sederhana.
Koum kemudian masuk kuliah, mempelajari ilmu komputer dan matematika, tetapi tidak sampai selesai kena DO. Lalu Koum kerja sebagai pembungkus barang belanjaan di supermarket, setelah itu di toko elektronik, ISP, hingga perusahaan audit. Sampai kemudian pada 1997 Koum bertemu dengan Brian Acton dari Yahoo!. Enam bulan setelahnya, Koum mulai bekerja di Yahoo!. Mereka bersahabat. Apalagi setelah Koum ditinggal selamanya oleh ibunya tahun 2000 dan ayahnya 1997. Maka, Acton adalah segalanya.
Sembilan tahun di Yahoo, keduanya merasa bosan karena merasa crowded banyak iklan di mana-mana. Dia pun keluar. Lalu melamar ke Facebook, ternyata ditolak. Apple Store mengilhaminya sebagai tempat untuk menitipkan aplikasi dan bisa update di store itu. Maka dia pun membuat aplikasi WA dengan tetap membawa jargon: tanpa iklan, tanpa mainan, dan tanpa gimmick.
"Selalu ada perdebatan untuk menempatkan lebih banyak lagi iklan dan logo di laman situs. Apa urusan pengguna dengan itu semua? Saya merasa tak nyaman. Iklan bukan satu-satunya solusi monetisasi untuk semua orang. Sebuah layanan harus benar-benar berupa layanan murni, pelanggan adalah pengguna," ujar Koum. Konsistensi Koum dan Acton terbukti sampai kini, Three NOs itu dipegang teguh.
Ada beberapa pandangan bahwa orang membuat perusahaan itu kadang punya latar belakang dan alasan. Terutama di dunia ICT (konten dan aplikasi). Ada yang membuat perusahaan (StartUp) sengaja sebagai komoditas untuk dijual. Ada yang membuat untuk kesenangan, sesuka hati tidak pandang masukan orang dan cuek dengan apapun. Ada yang membuat usaha untuk bisa punya warisan (legacy) ke anak-cucu, dan sebagainya. Meskipun ada ilmunya untuk menghitung berapa harga perusahaan (value appraisal), tapi harga paling mahal adalah seberapa besar Anda mencintai perusahaan tersebut. Seperti halnya anak kandung Anda, seandainya ada orang mau membelinya, miliaran rupiah sekalipun, karena perusahaan (anak) itu adalah bagian dari darah daging dan masa depan Anda, maka tidak akan mudah Anda menjualnya. Semakin bermakna perusahaan itu bagi Anda, maka akan semakin berarti dan mahal.
Dari beberapa literasi yang didapat, barangkali Koum dan Acton memiliki ruh WA. Mereka komitmen, konsisten, dengan tekadnya untuk konsentrasi pada pelanggan atau pengguna sangat besar. Untuk mewujudkan layanan murah meriah (kalau tak bisa disebut gratis), mereka bekerja keras. Bahkan sejak sebelum menghasilkan produk WA.
Di dunia ini, barangkali utamanya dunia industri ICT tampaknya tidak ada yang abadi, dan tidak ada yang tak mungkin. Selalu saja ada raja yang jatuh dan muncul raja baru. Anda ingat Nokia yang tak lagi merajai? Atau Friendster yang mati ketika lahir FB, dan mungkin Yahoo Search yang dilibas Google hingga dikenal dengan kata-kata Gugling.
Kini, WA menjadi penambah cerita bagaimana sukses itu didapat. WA telah membuktikan, bahwa semua bisa terjadi. Komitmen, fokus, konsisten dengan kerja keras sekaligus kerja cerdas ternyata memang tak mengkhianati.
#Terinspirasi dari lirik lagu Sonichi (Hari Pertama) yang dinyanyikan JKT48
*) Penulis adalah Sekjen APJII, penggerak KlikIndonesia, dan COO KapanLagi Network