4 Tanda-tanda bumi terancam bahaya
Banyak ilmuwan mulai mengkhawatirkan kondisi Bumi yang rapuh dan tidak mampu lagi mendukung kehidupan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin hari bumi ini semakin tua. Banyak ilmuwan mulai mengkhawatirkan kondisi Bumi yang rapuh dan tidak mampu lagi mendukung kehidupan.
Para ilmuwan menyatakan, bentuk nyata dari kehancuran Bumi sudah dapat dilihat. Berikut tanda-tandanya:
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Mengapa kenaikan suhu global dapat menyebabkan kepunahan massal pada hewan? Perubahan iklim yang cepat dapat melebihi kemampuan adaptasi banyak spesies, menyebabkan kepunahan massal. Kehilangan keanekaragaman hayati ini dapat mengganggu ekosistem dan merugikan manusia yang bergantung pada layanan ekosistem tersebut.
-
Di mana kenaikan suhu global dapat menyebabkan meluasnya gurun pasir? Kenaikan suhu dapat menyebabkan gurun pasir meluas ke area yang sebelumnya subur. Ini mengurangi lahan yang tersedia untuk pertanian dan habitat alami, serta meningkatkan risiko kekeringan dan kelaparan.
-
Bagaimana cara Mentan membantu petani menghadapi perubahan iklim? Nana menyebutkan petani saat ini menghadapi tantangan yang besar, seperti dampak perubahan iklim. “Kami berikan applause pada beliau (Amran.red) ini. Pada tahun 2023 kemarin, kita menghadapi kekeringan yang cukup lama. Sekarang Pak Menteri bergerak cepat meningkatkan indeks pertanaman dengan program brigade alsintan. Ini merupakan salah satu solusi cepat atas permasalahan yang dihadapi petani.”
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Kapan dampak cuaca panas ekstrem mulai terasa bagi lingkungan? Tidak heran, jika kegagalan panen menjadi ancaman serius yang dapat terjadi ketika cuaca panas ekstrem.
CO2 capai tingkat tertinggi
Konsentrasi karbon dioksida atau CO2 di atmosfer telah mencapai tingkat tertinggi dalam setidaknya 800.000 tahun. Hal itu dianggap cukup mengerikan bagi para ilmuwan.
Pada bulan April, konsentrasi CO2 di atmosfer melebihi rata-rata 410 parts per million (ppm) dalam satu bulan, menurut Observatorium Mauna Loa di Hawaii. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah pembacaan observatorium itu bahwa rata-rata bulanan CO2 telah melampaui level tersebut.
Es di kutub utara cair
Kutub utara dianggap sebagai bagian vital salam hal pengaturan suhu di bumi. Kutub utara memiliki fungsi memantulkan panas matahari kembali ke luar angkasa. Dengan berkurangnya permukaan es kutub utara maka jumlah panas yang dipantulkan menjadi lebih sedikit.
Beberapa tahun lalu, wilayah kutub utara kehilangan 155 ribu kilometer persegi wilayah es per tahun. Bumi saat ini terus mengalami kenaikan suhu beberapa tahun terakhir. Perubahan cuaca ekstrem juga sering terjadi di berbagai belahan Bumi.
Lapisan ozon menipis
NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengamati lapisan ozon di Bumi, tepatnya di bagian wilayah Antartika. Di wilayah tersebut lapisan ozon telah menipis.
Bahkan, menurut penelitian terbaru, ukuran lubang ozon ini merupakan yang tertipis sejak 1988.
Berdasarkan keterangan peneliti NASA, menipisnya lapisan ozon ini diklaim tidak mengancam Bumi. Justru, penipisan lapisan ozon terjadi akibat fenomena variabilitas alam.
Kepunahan hewan
Tingginya tingkat kepunahan hewan dan tumbuhan mendorong pertanda bahwa Bumi berada dalam zona bahaya untuk umat manusia. Tingkat kepunahan hewan dan tumbuhan, yang disebabkan karena polusi deforestasi, mencapai 10 sampai 100 kali lebih tinggi dari batas aman.
Laporan ini merupakan penelitian dari sebuah tim internasional yang terdiri atas 18 ahli untuk memperluas penelitian sebelumnya pada 2009 lalu.
(mdk/has)