5 Fakta anak SMA 3 ikut pecinta alam digebukin sampai tewas
Arfian C Sari diduga disiksa seniornya hingga tewas saat mengikuti ekstrakulikuler outbond.
Senioritas nampaknya masih sangat melekat dalam dunia pendidikan di negeri ini. Bahkan, tak tanggung-tanggung seringkali harus merenggut nyawa para juniornya.
Baru-baru ini, seorang siswa kelas 1 SMA 3 Setiabudi, Jakarta Selatan Arfian C Sari alias Aca (AC), harus meregang nyawa sia-sia.
Siswa berumur 16 tahun itu berniat mengikuti kegiatan outbond Pecinta alam di sekolahnya. Namun justru malah mendapatkan penyiksaan yang diduga dilakukan oleh para seniornya.
Berikut beberapa cerita AC ikut pecinta alam malah meregang nyawa seperti dirangkum merdeka.com, Minggu (22/6):
-
Kenapa ucapan kelulusan sekolah dianggap penting? Ucapan tersebut juga menjadi penyemangat untuk membantu mereka ketika mereka memulai tahap kehidupan selanjutnya.
-
Apa yang paling banyak diantisipasi siswa selama liburan sekolah? Liburan sekolah biasanya merupakan momen yang paling dinantikan para siswa.
-
Apa yang dilarang oleh Ganjar Pranowo di sekolah? Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tegaskan "Iya tinggal beberapa, yang biasanya punya problem (menahan ijazah), suruh kirim ke kami, dan nanti kalau ada kami urus. Apakah itu negeri atau swasta," tegas Ganjar Pranowo saat menghadiri Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Jateng di GOR Tri Sanja, Slawi, Kabupaten Tegal, Rabu (26/7/2023).
-
Apa yang diungkapkan dalam puisi perpisahan sekolah? Puisi perpisahan sekolah ini dapat menjadi salah satu wujud ungkapan sekaligus pemberian terakhir kalian kepada para guru di sekolah.
-
Apa saja yang direnovasi di sekolah? Renovasi sekolah ini meliputi penguatan struktur terkait, yang berperan penting dalam menjamin keamanan dan kenyamanan siswa.
-
Kenapa perpisahan sekolah bisa dianggap 'menyakitkan'? Goodbyes breed a sort of distaste for whomever you say goodbye to; this hurts, you feel, this must not happen again. (Perpisahan menimbulkan semacam ketidaksukaan bagi siapa pun yang Anda ucapkan selamat tinggal; ini menyakitkan, Anda merasa, ini tidak boleh terjadi lagi)
Polisi temukan 37 luka memar
Seorang pelajar laki-laki kelas I SMA 3 Setiabudi Jakarta Selatan berinisial AC (16), meregang nyawa usai mengikuti outbond bersama teman-temannya di kawasan Ciranjang Jawa Barat. Korban tewas pada Jumat (20/6) sekitar pukul 11.00 WIB siang kemarin, setelah dilarikan ke RS MNC Kuningan Setiabudi.
Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan (Jaksel) Kompol Indra Fadhillah Siregar mengatakan, dugaan penganiayaan yang dialami AC berdasarkan laporan dari Endang Mulyani yang tak lain adalah tante korban. Dalam laporannya kepada polisi, Endang menyebut korban meninggal di rumah sakit karena sakit seusai mengikuti outbond sekolahnya di Jawa Barat.
"Jadi, pada hari Kamis (19/6) sekitar pukul 07.30 pagi kemarin, korban bersama teman-temannya berangkat outbond ke Ciranjang Jawa Barat bersama 17 siswa senior sebagai pemimpin," kata Endang kepada wartawan, di Polres Jakarta Selatan, Sabtu (21/6).
Kegiatan outbond itu, diisi dengan rafting turun tebing hingga berenang bersama di kawasan Ciranjang. Menurut pengakuan Endang, korban yang sudah tidak kuat mengikuti outbond pada hari kelima akhirnya dibawa ke rumah sakit oleh teman-temannya.
Tante korban yang mendapat laporan kalau keponakannya dibawa ke rumah sakit langsung bergegas menyusul.
"Jadi korban langsung dibawa ke rumah sakit pakai mobil sama temannya. Setelah sempat mendapatkan perawatan intensif, korban akhirnya meninggal pada Jumat sekitar pukul 11.00 WIB kemarin," kata dia.
Melihat keponakannya meninggal usai mengikuti outbond bersama temannya, Endang yang curiga lalu melapor kejadian itu ke polisi untuk menyelidiki kematian korban.
Rupanya oubond tak cuma diisi dengan kegiatan petualangan. Dari hasil visum, polisi menemukan 37 luka memar dan lecet di wajah, dada dan anggota gerak bawah dan atas.
"Ditemukan memar dan resapan darah yang luas di paru-paru. Disimpulkan bahwa korban dipukul pakai benda tumpul berulang kali," kata Kompol Indra.
Meninggal sehari sebelum operasi
AC meninggal dunia usai mengikuti ekstrakulikuler pecinta alam. Sebelum meninggal, remaja pria ini sempat dirawat di RS MMC.
Namun, kepergian siswa itu masih menyisakan tanda tanya karena keluarga menduga korban mengalami tindak kekerasan saat mengikuti kegiatan tambahan itu.
"Dia (AC) mengikuti ekstrakulikuler pecinta alam selama delapan hari, namun semalam dia diantar panitia kegiatan tersebut ke UGD RS MMC. Ketika diperiksa, badannya penuh luka lebam biru dan muka bonyok. Dokter UGD nanya ke yang antar, 'ada pemukulan atau tidak?' dan dijawab 'tidak ada pemukulan'. Kemudian keluarga ditelepon oleh pihak rumah sakit soal keadaan AC," ujar keluarga AC, Neneng kepada merdeka.com, Jumat (20/6).
Neneng menuturkan, ketika dilakukan pemeriksaan ada indikasi usus korban bocor karena keluar cairan warna hijau dan hidung mengeluarkan darah. Dirinya tak habis pikir dan bertanya-tanya, apa yang dilakukan dalam ekstrakulikuler tersebut hingga AC harus menerima perlakuan seperti itu.
"Saat dilakukan catheter, keluar cairan hijau dan saat hidungnya dimasukkan selang langsung keluar darah. Rencananya, AC akan dioperasi pada pukul 12.00 WIB tadi namun jam 11.00 WIB, AC sudah meninggal," jelas dia.
Terkait kejadian tersebut, lanjut Neneng, keluarga AC tak mau menuduh tetapi hanya ingin menuntut penjelasan dari pihak sekolah soal kejadian tersebut. "Kami tidak menuduh, tapi harus ada penjelasan atas masalah ini. Keluarga cuma pengen tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Apalagi kata dokter, keluarga lebih baik lapor ke polisi sebelum diberikan hasil visumnya," kata dia.
Baru sekali naik gunung
AC tewas setelah diduga dipukuli seniornya saat kegiatan outbond di kawasan Ciranjang, Jawa Barat. Menurut tantenya, Endang Mulyani, kegiatan seperti ini baru pertama kali diikuti oleh AC.
"Dia tidak pernah naik gunung," cerita Endang, saat ditemui di kediaman duka di Jl Kapt Tendean, Jakarta Selatan, Sabtu (21/6).
Sebenarnya, kata Endang, dirinya tak mengizinkan AC ikut kegiatan outdoor. Alasannya, itu bukan hobi AC.
"Sebelumnya memang tidak diizinin. Ngapain sih ikut itu, itu bukan dia banget. Bapaknya boleh tapi tante-tantenya tidak boleh," ceritanya.
Rupanya larangan dari tante-tante AC seperti sebuah firasat. Saat kegiatan berlangsung, AC dipukuli tanpa alasan yang jelas.
"Hasil visum rumah sakit menyebut ada kekerasan di paru-parunya. Dipukul kepala dan punggung belakang. Jadi mengalami multitrauma," beber Endang.
Menurut Endang, semasa hidupnya AC adalah keponakan yang pendiam dan lebih suka menghabiskan waktu di depan komputer.
"Anaknya alus dan kalem. Tidak pernah keluyuran. Paling ke rumah neneknya. Hobi main laptop komputer dan baca komik," katanya.
Banyak teman AC juga dianiaya
Diana (46), ibu kandung AC mengatakan, selain anaknya rupanya masih ada beberapa siswa lainnya yang sempat dirawat di rumah sakit usai mengikuti outbond.
"Tadi, waktu teman-temannya AC melayat ke sini, saya melihat ada beberapa anak yang kakinya sakit. Tapi saya nggak berani nanya hanya saja kalau dilihat dari luka di kakinya, dia pasti juga habis dianiaya seperti anak saya," ungkap dia, Sabtu (21/6).
Tak hanya itu saja, ada pula seorang pelajar SMA 3 Setiabudi bernama Fadel yang datang melayat dengan naik kursi roda. Fadel selama ini dikenal sebagai sahabat korban.
"Saya juga lihat si Fadel datang ke sini pakai kursi roda. Tapi saya tidak melihat dia ada luka-luka apa tidak karena saya kebetulan sedang sibuk," katanya.
Dia juga mengaku mendapatkan kabar dari salah satu orangtua siswa SMA 3 yang sempat mengantarkan anaknya dirawat ke UGD di sebuah rumah sakit di Jakarta. "Kalau AC pulang dari rumah sakit lebih awal dibandingkan teman-temannya yang lain. AC pulangnya sekitar pukul 24.00 WIB malam," ujar dia.
Secara terpisah, Arfin salah seorang teman kelas AC di kelas X IPA A SMA 3 Setiabudi menyebutkan, bahwa AC di kelas termasuk anak yang paling pintar karena selalu masuk rangking 10 besar. Menurut dia, selain pintar almarhum juga dikenal sebagai anak yang ramah dan suka belajar bersama teman-teman lainnya.
"Aku juga kalau belajar suka diajarin dia. Anaknya baik banget pokoknya," katanya.
Saat peristiwa penganiayaan terjadi, dia mengaku ada empat teman kelasnya termasuk AC yang ikut outbond yakni Fadel, Aji dan Pandian. "Dan aku dapat kabar katanya Fadel kemarin ke sini (datang melayat AC) memakai kursi roda karena kukunya pecah-pecah. Pandian juga katanya masih dirawat di ICU," urainya.
Alumni sebut 10 junior dikeroyok 27 senior
Kasus penganiayaan menimpa Arfian C Sari (AC), siswa kelas I SMA 3 Setiabudi Jakarta Selatan, memantik reaksi keras dari para alumni.
Salah satu alumni SMA 3, Ita (40), mengatakan kasus penganiayaan yang terjadi pelajar yang akrab disapa Aca itu merupakan kejadian di luar dugaan. Apalagi, dia mengaku, cukup kaget mendengar ada seorang siswa yang tewas akibat peristiwa tersebut.
"Bayangin saja, 10 anak dikeroyok 27 orang. Ya itu sama saja gila," katanya, Sabtu (21/6).
Ita mengaku prihatin dengan kasus ini. Sebab, sebagai salah satu alumni SMA 3 yang dulu sempat aktif di organisasi pecinta alam SMA 3 bernama Sabhawarna, tidak pernah terjadi aksi kekerasan yang melibatkan senior terhadap juniornya.
"Dulu saat saya aktif di Sabhawarna, kegiatannya hanya panjat dinding di sekolah. Tidak pernah keluar-keluar (outbond) seperti sekarang. Mungkin kalau dulu anak-anaknya enggak punya duit untuk kegiatan di luar jadi beda sama yang sekarang," ujar Ita.
Ita merupakan salah satu alumni SMA 3 Setiabudi yang menyempatkan diri datang melayat ke rumah Aca karena anaknya yakni Niko merupakan teman bermain korban sejak SMP. Saat ini, dia mengaku tak habis pikir dengan peristiwa penganiayaan disertai pengeroyokan yang menimpa Aca. Selain Ita, masih ada sejumlah teman-teman korban yang datang melayat sejak Sabtu siang.