6 Fakta tentang Sampah, Limbah Manusia yang Berdampak Buruk bagi Lingkungan
Merdeka.com merangkum informasi tentang enam fakta penting tentang sampah plastik yang harus dipahami.
Sampah plastik telah menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar di dunia. Plastik, yang diciptakan untuk mempermudah hidup manusia, kini menimbulkan dampak serius terhadap ekosistem dan kesehatan manusia. Banyak orang yang belum sadar akan bahaya sampah plastik dan membuangnya sembarangan.
Maka dari itu, penting untuk mengetahui seberapa berbahayanya sampah plastik bagi kehidupan. Maka dari itu, berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang enam fakta penting tentang sampah plastik yang harus dipahami untuk mendorong tindakan kolektif dalam mengurangi dampaknya.
-
Mengapa sampah plastik berbahaya? Sifat sampah plastik tidak mudah terurai proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.
-
Mengapa sampah plastik sangat mencemari lingkungan? Selain dampak buruknya yang mampu mencemari lingkungan, permasalahan ini pun tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena dinilai sangat tidak higienis. Bukan hanya itu saja, tumpukan sampah ini juga mampu menciptakan ledakan gas metana yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
-
Bagaimana sampah plastik mengancam kesehatan manusia? Sampah plastik dapat membahayakan satwa laut yang memakan atau terperangkap dalam limbah plastik, serta berdampak buruk bagi kesehatan manusia melalui rantai makanan.
-
Bagaimana sifat sampah plastik? Sifat sampah plastik tidak mudah terurai proses pengolahannya menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik, butuh waktu sampai ratusan tahun bila terurai secara alami.
-
Apa dampak buruk dari membuang sampah sembarangan? Membuang sampah tidak pada tempatnya dapat membuat lingkungan menjadi kotor dan menyebabkan berbagai penyakit.
-
Apa dampak dari banyaknya sampah? Kini, seiring dengan melonjaknya suhu udara di musim panas, ada peringatan baru dari badan-badan bantuan tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh banyaknya sampah.
1. Mayoritas Sampah di Laut adalah Sampah Plastik
Salah satu fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa mayoritas sampah yang mencemari laut kita adalah sampah plastik. Menurut berbagai penelitian, sekitar 80% sampah laut terdiri dari plastik, yang berasal dari daratan.
Limbah plastik ini meliputi kantong plastik, botol, sedotan, dan kemasan makanan yang mengalir dari sungai, pantai, serta aktivitas industri dan perikanan.Plastik di laut menyebabkan kerusakan ekosistem laut.
Penyu sering memakan kantong plastik yang mengapung, mengiranya sebagai ubur-ubur, sementara burung laut dan ikan juga menelan serpihan plastik yang berakhir di perut mereka, yang dapat menyebabkan kematian karena kelaparan.
Selain itu, plastik yang terurai menjadi mikroplastik dapat memasuki rantai makanan, membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsi ikan dan makanan laut yang terkontaminasi.
2. 17 Miliar Sampah Plastik dari Supermarket
Supermarket merupakan salah satu penyumbang terbesar sampah plastik. Setiap tahunnya, sekitar 17 miliar kantong plastik sekali pakai digunakan di supermarket di seluruh dunia.
Selain kantong plastik, berbagai produk di supermarket dikemas dalam plastik, mulai dari buah-buahan, sayuran, hingga daging dan produk susu.
Banyak pembeli yang juga menggunakan kantong plastik untuk membawa barang-barang belanjaan mereka, menambah jumlah limbah plastik yang akhirnya sulit didaur ulang.
Meskipun banyak negara telah memperkenalkan larangan atau pengurangan kantong plastik sekali pakai, jumlah sampah plastik yang dihasilkan oleh supermarket dan toko ritel tetap sangat besar.
Sebagian dari plastik ini berakhir di tempat pembuangan akhir, di lingkungan, atau bahkan di lautan, memberikan kontribusi besar terhadap polusi global.
3. Sampah Plastik Terurai dalam 100-500 Tahun
Salah satu aspek yang paling berbahaya dari plastik adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk terurai secara alami. Sampah plastik bisa memakan waktu antara 100 hingga 500 tahun untuk benar-benar terurai di lingkungan.
Bahkan ketika plastik mulai terurai, ia tidak sepenuhnya hancur, melainkan hanya terpecah menjadi partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik.
Mikroplastik ini menyebar ke seluruh lingkungan, termasuk tanah, air tawar, dan laut. Mereka dapat memasuki tubuh hewan dan manusia melalui rantai makanan, dengan efek yang belum sepenuhnya dipahami oleh para ilmuwan.
Oleh karena itu, sampah plastik yang tidak segera ditangani dapat tetap mencemari lingkungan selama berabad-abad.
4. Indonesia Hasilkan 66 Juta Ton Sampah Plastik
Sebagai negara dengan populasi besar, Indonesia juga merupakan salah satu penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Menurut data, Indonesia menghasilkan sekitar 66 juta ton sampah plastik setiap tahun.
Sayangnya, banyak dari sampah ini tidak dikelola dengan baik dan berakhir mencemari lingkungan, terutama lautan. Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik, namun tantangan tetap besar.
Salah satu inisiatif yang diambil adalah dengan membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik.
Namun, keberhasilan inisiatif ini sangat tergantung pada partisipasi masyarakat dan implementasi yang kuat dari kebijakan pemerintah.
5. Pemilahan Sampah Tidak Berjalan Baik
Salah satu masalah utama dalam pengelolaan sampah plastik adalah kurangnya pemilahan yang baik di tingkat rumah tangga dan industri. Masyarakat di banyak negara, termasuk Indonesia, belum terbiasa memisahkan sampah organik dan anorganik, yang membuat proses daur ulang menjadi lebih sulit.
Plastik yang tercampur dengan sampah lainnya sering kali tidak dapat didaur ulang secara efektif.Selain itu, infrastruktur pengelolaan sampah di banyak daerah belum memadai untuk menangani volume sampah yang terus meningkat.
Tempat pembuangan sampah sering kali menjadi tempat terakhir bagi banyak sampah plastik yang seharusnya bisa didaur ulang. Pemilahan sampah yang lebih baik akan membantu memaksimalkan daur ulang dan mengurangi jumlah sampah plastik yang berakhir di lingkungan.
6. Hanya 10 Persen Sampah Plastik yang Didaur Ulang
Meskipun kampanye daur ulang plastik semakin gencar, kenyataannya hanya sekitar 10% dari total sampah plastik yang benar-benar didaur ulang.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya angka daur ulang adalah kurangnya infrastruktur daur ulang yang memadai, biaya tinggi untuk memproses plastik tertentu, dan kesulitan dalam memisahkan jenis plastik yang dapat didaur ulang dari sampah lainnya.
Sebagian besar plastik yang tidak didaur ulang berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar, yang menciptakan masalah baru, seperti polusi udara dan pencemaran tanah.
Untuk meningkatkan angka daur ulang, diperlukan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi, regulasi yang lebih kuat, serta teknologi yang lebih efisien untuk menangani berbagai jenis plastik.