Pemerintah Akui Sulit Atur Sebaran Kantong Plastik di Pasar Tradisional
Indonesia jadi negara terbesar ke-2 yang sumbang sampah kantong plastik ke laut.
Indonesia jadi negara terbesar ke-2 yang sumbang sampah kantong plastik ke laut.
Pemerintah Akui Sulit Atur Sebaran Kantong Plastik
di Pasar Tradisional
Pemerintah Akui Sulit Atur Sebaran Kantong Plastik di Pasar Tradisional
Pemerintah menargetkan bisa mengurangi sampah plastik yang jatuh ke laut hingga 70 persen pada 2025.
Namun masih ada sejumlah tantangan yang sulit diselesaikan. Salah satunya penyebaran plastik sekali pakai alias kantong keresek di pasar tradisional.
Hal itu diamini Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Maritim dan Investasi, Rofi Alhanif.
Meskipun sejumlah kabupaten/kota telah melarang pemakaian kantong plastik sekali pakai, tapi ia mengakui penggunaannya masih dibutuhkan.
"Memang itu challenge buat kita ya. Di beberapa kabupaten/kota/provinsi sudah ada pembatasan penggunaan plastik sekali pakai, terutama kresek," ujar Rofi di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Senin (16/10).
Rofi mengatakan keberadaan kantong plastik baru bisa dikendalikan di tempat tertentu saja.
"Di ritel yang bagus, supermarket kan sudah berkurang. Tetapi memang di yang (pasar) tradisional ini masih challenge," kata Rofi.
Kondisi ini terjadi karena pemerintah saat ini belum mendapati adanya barang pengganti yang bisa menggantikan peran kantong plastik.
Mengingat pengganti kantong plastik ini tidak boleh memberatkan pedagang maupun konsumen dari sisi biaya.
merdeka.com
"Salah satunya adalah, karena memang kita belum punya pengganti yang paling efisien menggantikan plastik sekali pakai," imbuh dia.
Adapun menurut laporan UN Environment Program, sekitar 400 juta ton sampah plastik terkumpul setiap tahunnya.
Dari jumlah tersebut, yang telah didaur ulang masih kurang dari 10 persen saja.
Sementara sekitar 85 persen dari kantong plastik tersebut salah dikelola atau berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) untuk dibakar.
Penyelesaian sampah plastik ini pun justri malah menimbulkan polusi udara.
Dari 400 juta ton sampah plastik tersebut, sekitar 75-199 juta tonnya bahkan ditemukan di lautan.
Menurut hasil riset grup penelitian Jambeck, Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua dunia di bawah China, sekitar 187,2 juta ton.
"Produksi plastik global menghasilkan sekitar 400 juta ton atau setara dengan berat 100 juta gajah," ucap peneliti Economic Research Institute for ASEAN and East Asia, Reo Kawamura pada kesempatan sama.