Pengurangan dan Pengelolaan Sampah Plastik Berbasis Carbon Neutral Jadi Solusi Atasi Pencemaran Lingkungan
Penting untuk melakukan tindakan yang tepat agar permasalahan tumpukan sampah kronis ini tidak berlarut-larut terjadi.
Pengurangan dan Pengelolaan Sampah Plastik Berbasis Carbon Neutral Jadi Solusi Atasi Pencemaran Lingkungan
Banyak provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia yang kini harus berkutat dengan tumpukan sampah berlebih. Selain dampak buruknya yang mampu mencemari lingkungan, permasalahan ini pun tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya karena dinilai sangat tidak higienis. Bukan hanya itu saja, tumpukan sampah ini juga mampu menciptakan ledakan gas metana yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
Inilah mengapa, penting untuk melakukan tindakan yang tepat agar permasalahan tumpukan sampah kronis ini tidak berlarut-larut terjadi. Misalnya saja seperti merancang dan merencanakan proses industrialisasi produk dengan material yang berpotensi menjadi sampah dan mengembangkan pola konsumsi secara menyeluruh, global dan holistik dalam lingkup makro kemudian diturunkan menjadi berbagai kegiatan teknis pada tingkat mikro.
“Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim”,
ucap Dr.Esrom Hamonangan ahli pengelolaan kualitas udara yang juga beraktivitas di KOMNAS HAM.
-
Bagaimana cara mengurangi sampah plastik? Mengetahui cara mengurangi sampah plastik tidak hanya menjadi keharusan moral tapi juga kebutuhan mendesak untuk masa depan yang berkelanjutan.
-
Bagaimana cara mengurangi sampah? Daur ulang sampah membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA. Dengan memanfaatkan kembali botol atau kaleng bekas sebagai wadah atau pot bunga, kita tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menambah estetika lingkungan kita.
-
Mengapa penting untuk mengurangi konsumsi plastik? Meskipun efek buruk dari mikro dan nanoplastik masih dalam penelitian, namun temuan saat ini menunjukkan bahwa mereka dapat menyebabkan stres oksidatif, kelainan reproduksi, disfungsi gastrointestinal, dan peningkatan mortalitas.
-
Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan di Indonesia? Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.
-
Dimana limbah plastik merusak lingkungan? Dampaknya meliputi kerusakan ekosistem dan ancaman bagi kehidupan laut.
Banyak Perusahaan yang Masih Belum Mematuhi Ketentuan
“Sebagian besar perusahaan belum mematuhi ketentuan penyusunan roadmap pengurangan sampah”, kata Ahmad Safrudin, founder Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC).
Perusahaan manufaktur, retail dan HOREKA (Hotel, Restoran dan Katering) sebetulnya dimandatkan menyusun roadmap pengurangan sampah sebagaimana yang diatur PermenLHK No 75/2019. Hal ini pun berlaku pada provinsi dan kabupaten/kota yang belum menyusun rencana aksi penanganan sampah yang selaras dengan aksi pengurangan sampah.
Amalia S Bendang, Ketua Harian NZWMC sebagai salah satu mitra pelaksana Audit Sampah Sungai Ciliwung 2023 menyatakan, "Ciliwung telah menjadi bejana sampah yang unik. Timbulan sampah di badan sungai menjadi cermin cara pengelolaan persampahan kita. Produsen, retail, HOREKA masih belum sungguh-sungguh menjalankan upaya pengurangan sampah sesuai amanat regulasi”.
Diketahui bahwa terdapat 10 jenis sampah yang ditemukan dari total 32.364 sampah yang berhasil dipilah dari 6 titik sampling Sungai Ciliwung. 7 di antara jenis-jenis sampah tersebut adalah material polimer termasuk kain, karet, kayu, kertas, logam, plastik, serta gabus.
Sementara itu, sampah plastik paling banyak ditemukan secara konsisten di berbagai titik dalam bentuk kantong kresek baik secara utuh maupun serpihan dengan total akumulasi mencapai 19.466 buah atau sekitar 67.88% dari keseluruhan sampah yang berhasil dikumpulkan dan dipilah. Posisi ini disusul oleh bentuk sampah bungkus dan sachet plastik yang berhasil dipilah masing-masing sekitar 3.974 dan 3.324 buah atau sekitar 13% dan 11% dari total akumulasi sampah keseluruhan.
Sejumlah Merk Ternama Turut Bertanggung Jawab Terhadap Pencemaran Lingkungan
Dari banyaknya sampah yang mencemari lingkungan lingkungan tersebut, ternyata terdapat sejumlah merk ternama yang ikut bertanggung jawab, khususnya perusahaan di bidang FMCG. Mulai serpihan plastik dengan jumlah 4.491, sampah bungkus plastik sebanyak 3298, dan sampah jenis sachet sejumlah 2.696.
Selain itu, ada pula sampah bernilai ekonomi seperti botol PET dan cup PP yang juga masih mengalir di Sungai Ciliwung. Untuk jenis sampah botol plastik setidaknya terdapat 579 yang berasal dari berbagai merk minuman dalam kemasan. Adapun untuk cup PP berjumlah 583 yang juga berasal dari berbagai merk minuman dalam kemasan.
Pada level reduksi sampah melalui peran industry ini, Ahmad Safrudin menambahkan bahwa otoritas pemerintah pusat punya peran strategis, di mana banyak izin proses produksi industri dengan kemasan yang berpotensi menjadi limbah menjadi kewenangannya. Untuk itu, dia menegaskan perlunya pentaatan hukum secara ketat (strict liability).
Penanganan dan Pengelolaan Sampah Berbasis Carbon Neutral
Prof Minoru Fuji menyampaikan, “Penanganan sampah melalui produksi dan pemanfaatan plastik Netral Karbon atau LCCN (Lifecycle Carbon Neutral) merupakan metode pengolahan sampah dengan emisi polusi udara, GRK dan limbah berbahaya yang rendah”.
Meningkatnya penggunaan teknologi LCCN Ready (waste to steam) di Jepang, Eropa dan Korea telah menghasilkan manfaat lingkungan dan ekonomi yang signifikan. Dengan metode LCCN dimana limbah domestik dan industri dikumpulkan, dan diangkut ke lokasi site LCCN di industri kompleks, sehingga CCU (Carbon Capture and Utilization) akan lebih mudah diterapkan.
Teknologi LCCN ini dapat mengolah semua jenis sampah melalui proses panas, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi uap (steam) atau listrik sebagai pilihan. Sementara untuk residu dan berbagai senyawa kimia yang tersisa seperti CO2, nantinya akan diproses lebih lanjut untuk diinjeksikan kembali ke dalam steam atau proses produksi tenaga listrik dalam rangka meningkatkan efektivitas produksi melalui konservasi energi.
Hal ini berbeda dengan proses produksi RDF dan ITF yang masih menghasilkan residu padat, cair dan gas termasuk CO2 yang akan membebani lingkungan dalam bentuk pencemaran air, sisa limbah dan pencemaran udara serta GRK yang menjadi ancaman bagi krisis iklim. Dan masih membebani TPA dengan residu padat.
Teknologi LCCN Jadi Solusi Andalan untuk Menekan Sampah
Dr Novrizal Tahar, Direktur Penanganan Sampah KLHK menyampaikan, “Pengolahan sampah berbasis LCCN dapat menjadi solusi pada less landfill policy. Less landfill policy sendiri adalah andalan waste management KLHK dalam rangka menekan 40 juta ton sampah pada 2030. Climate crisis, biodiversity depletion dan environmental pollution yang kita hadapi saat ini harus diatasi dengan waste management melalui scenario pengurangan sampah pada tataran pencegahan dan skenario pengolahan sampah pada tataran penanganannya.”
Adapun skenario pengolahan sampah mencakup reuse, recycle, energy recovery, landfill dan unmanaged landfill. Di sisi lain, less landfill policy bisa mencakup waste to energy (electricity, steam, RDF), selain pada sanitary landfill dapat juga menghasilkan energy (gas metan, CH4). Lebih lanjut, dalam diskusi publik ‘Toward Carbon Neutral Plastic Production and Utilization, The Most Efficiency Urban Waste to Energy’ ada pula pembahasan seputar waste to steam, yang mana ini merupakan bentuk nyata pengolahan sampah berbasis LCCN ini.
Adanya rekomendasi di dalam diskusi tersebut diharapkan mampu menjadi terobosan dalam menciptakan carbon netral dan sampah plastik netral pada produksi dan pemanfaatan plastik. Dengan begitu, pencemaran pada lingkungan bisa berkurang dan kehidupan sosial serta ekonomi akan dapat berkembang.
(*)