Adnan Buyung sebut menteri di Indonesia cuma jadi yes man
"Sunyi sepi dari suara-suara pembantu Presiden. Saya pikir kenapa begini suasananya? Feodal sekali," tulis Buyung.
Praktisi hukum Adnan Buyung Nasution meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Semasa hidupnya, pria yang kerap disapa Bang Buyung itu dikenal kritis terhadap penguasa.
Setelah berhenti sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Adnan Buyung Nasution meluncurkan buku 'Nasihat untuk SBY'. Salah satu yang disoroti Buyung adalah soal menteri-menteri SBY yang hanya nurut dan berlaga seperti yes man.
Tak hanya itu, Buyung juga mengaku mendapat kabar di zaman Presiden Soeharto pola rapat pun tak beda. Menurutnya, cara seperti itu justru tidak efektif karena para pembantu presiden tidak berani menyampaikan pendapat.
"Konyol kalian semua. Di dalam sidang kalian semua diam, tidak ada yang ngomong sepatah kata pun. Menjelaskan atau memberikan pendapat kepada presiden tentang sesuatu hal, tidak ada. Masa mau diteruskan cara-cara feodalistik macam begitu?" beber Buyung.
Buyung menggambarkan sidang kabinet yang monoton dan hanya mendengarkan uraian. Menurutnya, tanpa ada satu pun yang berani bersuara, apalagi mengkritik rapat tak banyak memberikan manfaat.
"Sunyi sepi dari suara-suara pembantu Presiden. Saya pikir kenapa begini suasananya? Feodal sekali," tulis Buyung di halaman 82.
Adnan Buyung dikenal kritis. Dia aktif mengkritik Soekarno, lalu tetap idealis zaman Soeharto. Begitu juga saat Presiden SBY. Buyung mengundurkan diri sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden karena menganggap Presiden SBY tak mendengarkan sarannya.
Buyung mendirikan LBH kini YLBHI. Yayasan ini banyak membantu orang-orang kecil mendapat keadilan hukum. Mereka yang selama ini tak mendapat bantuan dari pengacara, merasa sangat terbantu dengan pengacara dari LBH ini.