Apa beda FDR dan CVR dalam black box pesawat terbang?
Keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan agar seluruh penyebab kecelakaan bisa teranalisa.
Keberhasilan tim SAR mengangkat kotak hitam pesawat, atau black box menuai pujian dari banyak pihak. Terangkatnya benda tersebut menjadi salah satu bagian penting dalam penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata.
Kotak hitam secara umum terbagi dalam dua bagian, yakni flight data recorder (FDR) atau perekaman data penerbangan, dan cockpit voice recorder (CVR), atau perekaman suara kokpit. Secara umum, keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan agar seluruh penyebab kecelakaan bisa teranalisa.
Meski masih merupakan satu bagian dari kotak hitam, sesuai namanya, kedua alat ini memiliki fungsi yang berbeda. FDR sendiri merupakan data-data berupa angka yang merekam seluruh penerbangan pesawat, sedangkan CVR mereka suara-suara yang terjadi di dalam kokpit termasuk pembicaraan pilot dan kopilot, pilot dengan kru pesawat maupun pilot dengan menara ATC.
Menurut pengamat penerbangan Alvin Lie, meski FDR sudah ditemukan, namun masih memerlukan data pembanding, salah satunya CVR. Oleh karena itu, kedua alat tersebut tidak bisa dipisahkan demi mengetahui seluruh kejadian saat berlangsungnya penerbangan.
"Kalau FDR melihat dari aspek mesin, kalau CVR dari aspek manusianya," ungkap Alvin saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (12/1).
Meski begitu, kedua bagian ini masih perlu di cross check dengan data-data pendukung lainnya, seperti catatan perawatan pesawat, rekaman radar hingga data-data lain yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut. Dengan demikian, diharapkan informasi yang diperoleh tim investigasi bisa didapatkan secara akurat.
"Data-data ini penting untuk mencari informasi seakurat mungkin untuk melakukan rekonstruksi pesawat itu sendiri, dibawa kembali teliti apa yang terjadi," papar dia.
Sementara itu, Ketua investigasi kecelakaan AirAsia QZ8501 Mardjono Siswosuwarno mengatakan, jumlah waktu yang terekam sebelum terjadinya kecelakaan terekam selama 45 menit. Alat ini sangat sensitif dalam merekam seluruh bentuk suara yang terjadi di dalam kokpit, bahkan suara hujan ataupun salju bisa terdengar jelas.
"Semua suara dari dalam kokpit, misalnya hujan, atau hujan es bisa kedengaran. Pengumuman pramugari pada penumpang juga terekam di sana, bisa didengar bersama-sama. Bahkan bisa diteliti kalau di sana suaranya terlalu berisik, kita bisa filter. Lalu dilakukan Sound Analyst," terang Mardjono.
Baca juga:
Kabasarnas: Kita kalah cari jenazah, tapi menang cari black box
FDR kotak hitam AirAsia tiba di Jakarta
Apa yang bisa diungkap dari FDR black box AirAsia yang ditemukan
Besok, FDR AirAsia QZ8501 mulai di-download
Balon apung kembali gunakan buat evakuasi CVR black box AirAsia
Ini FDR black box AirAsia yang ditemukan di dasar Laut Jawa
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Kapan pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada 2 Oktober 1987. Awalnya beroperasi dalam maskapai Kanada Wardair dengan registrasi C-FGWD, Wardair lalu diakuisisi oleh Canadian Airlines International pada tahun 1989 dan operasi mereka terkonsolidasi dan terintegrasi di bawah panji Canadian Airlines.