Jatuhnya Air Asia QZ8501 di Selat Karimata 28 Desember 2014, Berikut Kronologinya
AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut
Jatuhnya Air Asia QZ8501 di Selat Karimata 28 Desember 2014, Berikut Kronologinya
AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014. Penerbangan ini, yang dioperasikan oleh maskapai AirAsia Indonesia, berangkat dari Bandara Juanda di Surabaya, Indonesia, menuju Singapura.
Namun, penerbangan tersebut menghadapi cuaca buruk dan melalui wilayah hujan badai di Selat Karimata.
-
Kapan kecelakaan pesawat terjadi? De Havilland Comet merupakan desain jet komersial awal yang memiliki jendela persegi. Namun, dalam waktu lima tahun setelah diperkenalkan, tiga Komet mengalami serangkaian kecelakaan tragis dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Melansir IFLScience & Daily Mail, Senin (13/5), setelah kecelakaan ketiga di 1954, penyelidikan menemukan bahwa retaknya kusen jendela menjadi penyebabnya.
-
Apa yang terjadi pada pesawat Pelita Air? Pesawat sudah di runway siap take off tetapi nggak jalan-jalan. Menurut info sementara ada penumpang yang berencana masukin bom ke kabin pesawat. Ini masih subject to confirmation,' katanya lewat akun X @GerryS.
-
Kapan pesawat jet itu hilang? Pesawat menghilang tak lama setelah berangkat dari Burlington pada 27 Januari 1971, dalam perjalanan menuju Providence, Rhode Island.
-
Di mana bangkai pesawat ditemukan di Raja Ampat? Pada awal tahun 1990-an, penyelam asal Belanda bernama Max Ammer berkunjung ke Raja Ampat. Ia merupakan pelopor penyelam di Raja Ampat. Berkat kecintaannya pada aktivitas menyelam pula, ia berhasil berhasil menemukan bangkai pesawat tempur P47D merah sepanjang 15 meter di kedalaman sekitar 26-33 meter di dasar berpasir dekat Pulau Wai. Selain itu, Max juga menemukan bangkai pesawat Thunderbolt di perairan Pulau Batanta.
-
Kapan kecelakaan maut tersebut terjadi? Kecelakaan ini terjadi pada (1/9/2023), di mana mobil yang ditumpangi keluarganya mengalami kecelakaan dengan truk bermuatan pasir.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
Sejarah kecelakaan dimulai saat pesawat Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC dan 162 orang penumpang dan awak, termasuk anak-anak, kehilangan kontak dengan pengawas lalu lintas udara pada pukul 06:24 WIB, sekitar 42 menit setelah lepas landas. Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
Berikut kronologi dan penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata yang merdeka.com lansir dari berbagai sumber:
Kronologi Jatunya Pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata
Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 tersebut membawa 155 penumpang dan 7 awak kabin. Namun, pesawat tersebut tiba-tiba hilang dari radar pada pukul 06.24 WIB di kawasan Selat Karimata, wilayah perairan Indonesia.
Setelah pesawat hilang dari radar, otoritas penerbangan Indonesia segera meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan. Tim SAR Indonesia bersama dengan pihak terkait dari beberapa negara berusaha mencari lokasi jatuhnya pesawat tersebut. Puing-puing pesawat dan beberapa jenazah korban ditemukan di beberapa lokasi di Selat Karimata.
Pada 30 Desember 2014, badan penyelidik Indonesia menyatakan bahwa pesawat AirAsia QZ8501 telah dinyatakan jatuh di Selat Karimata dan tidak ada korban yang selamat. Seiring dengan berjalannya waktu, proses pencarian dan penyelamatan terus dilakukan untuk menemukan bagian-bagian pesawat dan korban yang masih belum ditemukan.
Pada akhirnya, proses penyelidikan mengungkapkan bahwa penyebab jatuhnya pesawat tersebut adalah akibat cuaca buruk dan kesalahan manusia dalam merespons situasi darurat yang dihadapi.
Kejadian ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban, dan menjadi pelajaran berharga bagi industri penerbangan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan.
Penyebab AirAsia QZ8501 Jatuh
AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan. Penerbangan ini terbang pada ketinggian yang tidak aman dan terlalu rendah untuk menghindari cuaca buruk. Selain itu, data yang salah dari sistem manajemen penerbangan dan penggunaan autopilot yang tidak tepat juga berkontribusi pada kejadian tragis ini.
Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Terdapat kurangnya koordinasi dan komunikasi yang efektif antara pilot dan kopilot dalam menangani situasi darurat dan penyesuaian terhadap kondisi cuaca ekstrem.
Selain itu, ada juga masalah dalam pemeliharaan pesawat yang menjadi faktor penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501.
Terdapat catatan bahwa pesawat ini telah mengalami kerusakan pada sistem navigasi sebelum kecelakaan terjadi, tetapi kerusakan tersebut tidak ditangani dengan benar. Ini memberikan kontribusi besar terhadap kegagalan keselamatan penerbangan yang tragis.
Kesimpulannya, jatuhnya AirAsia QZ8501 di Selat Karimata adalah hasil dari berbagai faktor, termasuk kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan, dan masalah dalam pemeliharaan pesawat.
Jumlah Korban Jatuhnya AirAsia QZ8501
Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata. Sayangnya, tidak ada yang selamat dari kecelakaan tersebut. Total 162 orang termasuk penumpang dan awak pesawat dinyatakan meninggal dunia.
Penyelidikan pun dilakukan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan, dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Indonesia (Basarnas) menyimpulkan bahwa cuaca buruk, yaitu guntur, petir, dan awan kumulonimbus, berkontribusi pada kejadian tragis tersebut.
Penyelidikan lanjutan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (NTSC) Indonesia menyimpulkan bahwa faktor manusia dan kegagalan sistem avionik juga berperan dalam kecelakaan tersebut.
Insiden ini membawa dampak besar pada industri penerbangan dan menyoroti pentingnya keselamatan penerbangan, termasuk peningkatan pelatihan awak pesawat dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem.