Bandara Kulon Progo berada di daerah potensi tsunami
Berada tak jauh dari pesisir selatan, pembangunan bandara baru di Kulon Progo, DIY yang dinamai New Yogyakarta International Airport (NYIA) ini ternyata berada di wilayah yang berpotensi terdampak tsunami. Untuk mengantisipasi potensi tsunami tersebut pemerintah pun akan melakukan sejumlah langkah pencegahan.
Berada tak jauh dari pesisir selatan, pembangunan bandara baru di Kulon Progo, DIY yang dinamai New Yogyakarta International Airport (NYIA) ini ternyata berada di wilayah yang berpotensi terdampak tsunami. Untuk mengantisipasi potensi tsunami tersebut pemerintah pun akan melakukan sejumlah langkah pencegahan.
Asisten Deputi Bidang Pelayaran, Perikanan dan Pariwisata Kemenko Maritim Rahman Hidayat membenarkan bahwa lokasi bandara NYIA memang berpotensi tsunami. Bahkan sebelum dilaksanakan ground breaking oleh Presiden Jokowi, pemerintah sebelumnya telah mengetahui potensi tsunami tersebut. Meskipun demikian pemerintah tak begitu saja pasrah dengan keadaan tersebut.
"Kita itu diberi berkah daerah potensi gempa dan tsunami, tapi bukan berarti harus pasrah. Kalau kita dengan Jepang hampir sama lah, jika mereka bisa kenapa kita tidak?" ujar Rahman di University Club UGM, Selasa (29/8).
Rahman menuturkan bahwa Kemenko Maritim dan beberapa instansi terkait telah melakukan diskusi dan kajian tentang potensi bencana tsunami di Bandara NYIA. Dari hasil kajian itu kemudian muncul mitigasi bencana tsunami di NYIA.
"Itu sudah ditugaskan juga oleh pemerintah pusat untuk melakukan kajian itu," bebernya. "Artinya bahwa bandara dibangun (diharapkan) sudah satu paket dengan mitigasinya," papar Rahman.
Terpisah, Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto menyampaikan jika mitigasi tsunami tak melulu dilakukan dengan penerapan teknologi. Eko mencontohkan terjadinya tsunami di Thailand tahun 2004. Saat terjadi tsunami, lanjut Eko, tak ada korban jiwa.
"Ternyata yang melindungi warga Thailand Selatan dari tsunami bukan menerapkan teknologi, melainkan keberadaan mangrove di sepanjang pantai. Sehingga gelombang tsunami tidak sampai memunculkan korban. Pesannya apa? Saya ingin kita tidak mereduksi, upaya yang efektif dan efisien semata-mata dengan (penerapan) teknologi," ulas Eko.
Terkait ancaman tsunami pada Bandara NYIA, Eko menjabarkan bahwa NYIA bukanlah satu-satunya bandara dengan potensi tsunami. Eko menyebut bahwa di Jepang ada Bandara Sendai. Bandara Sendai sempat dihantam tsunami besar tahun 2011.
"Bandara Sendai hanya berjarak 1 kilometer dari pantai. Paling depan ada tembok laut, setelahnya ada hutan pinus yang sangat tebal. Ada infrastruktur sedikit jalan, baru kemudian bandara. Tapi dengan cepat (Bandara Sendai) bisa dikembalikan difungsinya. Intinya sebenarnya apa? Intinya sebenarnya kita harus menghitung resikonya (tsunami NYIA di Kulon Progo) dulu. Apakah sama sekali tidak boleh, boleh dengan syarat, atau boleh. Itu yang harus kita lakukan, agar tidak terjadi debat kusir," kata Eko.
Rahman menambahkan jika hingga saat ini pemerintah telah memiliki berbagai opsi untuk mitigasi bencana tsunami di NYIA. Meskipun demikian belum ada keputusan mitigasi model apa yang akan diterapkan.
"Kalau ditanya detail (mitigasi), ini masih opsi. Belum ada keputusan akan menggunakan model apa," tutup Rahman.