BJ Habibie: Saya lebih suka bikin pesawat daripada jadi presiden
“Saya lebih suka bikin pesawat. Semua rasional dan tidak ada pikiran yang tidak jujur dan tidak transparan."
Bacharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai sosok panutan yang tak memiliki ambisi politik. Dia pernah berkata bahwa kekuasaan itu bukan untuk dimiliki. Hal tersebut berkaitan dengan ketidaktertarikan dia pada dunia politik. Pernah pula suatu kali dia keheranan dengan dunia politik lantas berujar, kok ada kehidupan yang begitu.
Di Jerman BJ Habibie telah sukses melebarkan sayap dan mengembangkan karirnya. Namun dia merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Ketika melihat negaranya sendiri yang tak kunjung maju, BJ Habibie lantas dilanda gelisah. Kemudian dia sedih karena hidup dan pikirannya selama di Jerman, dia curahkan bukan untuk negaranya sendiri.
Hal itulah yang membuat BJ Habibie tergerak untuk kembali ke Indonesia, kala itu usianya masih 38 tahun. Keinginannya sederhana, dia hanya ingin mengabdikan diri. Dia berjanji sepulangnya ke Indonesia, dia akan mendirikan industri pesawat terbang yang kurang lebih akan menghabiskan waktu selama lima tahun. Meskipun pikiran semacam itu bagi masyarakat negerinya sendiri bisa dianggap sebagai lelucon. Sebab kala itu negerinya belum punya industri pesawat terbang, alat transportasi yang lainnya pun masih minim. Namun BJ Habibie memiliki pandangan yang jauh ke depan. Dia telah memetakan harapan beserta tahapan untuk mencapainya.
Sesampainya di Indonesia, dia menemui Presiden Soharto. BJ Habibie menyampaikan keinginannya untuk serius akan membangun industri pesawat terbang. Soeharto menyepakatinya. Memang Soeharto bisa memberikan apapun keinginan BJ Habibie, tapi tidak pada satu hal, yaitu revolusi. Sebab pada masa itu BJ Habibie sangat berapi-api guna mendedikasikan diri dan ingin mengutamakan kepentingan rakyat miskin. Kemudian barulah BJ Habibie benar-benar tinggal kembali di tanah airnya sendiri. Dia diangkat secara tiba-tiba menjadi penasehat teknologi presiden. Selain itu dia juga diberi tanggung jawab memimpin Divisi Advanced Technology dan Aviation Pertamina. Setelahnya dia membangun dan menjadi pimpinan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio. Kemudian dia menjadi pimpinan PT PAL.
Di sisi lain memang banyak jabatan yang dia emban kesemuanya bukan atas permintaannya sendiri. Ketika masuk pada pemerintahan menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi, merupakan permintaan Soeharto juga. Lalu tiba-tiba pula dia diangkat menjadi Koodinator Dewan Pembina Partai Golkar. Padahal sudah jelas-jelas BJ Habibie sangat anti terhadap hal-hal yang berbau permainan kekuasaan dan politik. Setelahnya BJ Habibie dimintai mendampingi Soeharto, dia menjadi wakil presiden Indonesia. Sialnya ketika krisis moneter menimpa Indonesia, dia justru diberi tanggung jawab untuk menjadi Presiden Indonesia.
Hingga akhirnya dia berkewajiban membentuk pemerintahan baru, mencari Presiden Indonesia selanjutnya. Dengan tenang dia berkata:
“Saya lebih suka bikin pesawat. Semua rasional dan tidak ada pikiran yang tidak jujur dan tidak transparan. Karena jikalau ada manipulasi, pesawat terbang akan jatuh,” seperti dikutip dari buku Habibie; Tak Boleh Lelah dan Kalah, Fachmy Casofa.