Bripda Nina, si cantik ini anggota Brimob antiteror pertama di Aceh
Dara asli Aceh kelahiran Samahani, 24 Oktober 1993 ini mulai bergabung dengan Polwan di Polda Aceh medio Januari 2014.
Senapan mesin jenis Steyr AUG ditenteng di tangannya. Berseragam serba hitam, helm baja di kepala dan berkacamata terlihat gagah saat memperagakan aksi penyergapan antiteror di lokasi latihan markas Gegana, Polisi Daerah (Polda) Aceh.
Di depan tertulis jelas polisi dan di lengan kanan tertera Gegana Korps Brimob. Dialah Dripda Nina Oktoviana pasukan Wanteror Brimob Aceh perempuan pertama di Aceh.
Bripda Nina juga putri ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ismail dan Mawarni ini berasal dari Kecamatan Samahani, Kabupaten Aceh Besar terlahir bukan dari keluarga besar polisi atau TNI. Tetapi ayahnya hanya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.
Saat ditemui merdeka.com di markas Gegana Brimob Polda Aceh, Senin (2/1), Bripda Nina Oktoviana yang akrab disapa Nina menggunakan seragam hitam tidak terlintas seperti seorang perempuan. Saat memegang senjata dan terselip pistol di pinggangnya, Nina terlihat lincah bergerak saat memperagakan sedang menghadapi teror.
"Saya memang cita-cita ingin menjadi anggota Brimob, karena saya suka tantangan," kata Bripda Nina Oktoviani.
Dara asli Aceh kelahiran Samahani, 24 Oktober 1993 ini mulai bergabung dengan Polisi Wanita (Polwan) di Polda Aceh medio Januari 2014 dan ditempatkan di Polda Aceh. Kemudian pada bulan Juni 2014 juga Nina ditugaskan di Brimob Aceh.
Lantas Nina pun meminta kepada Kepala Detasemen (Kaden) untuk ditempatkan dalam pasukan. Mulanya Nina hendak ditempatkan di staf biasa, namun Nina mengaku ingin ditempatkan dalam pasukan wanteror yang memiliki tantangan.
"Saya minta sendiri masuk dalam pasukan, memang benar ada rencana ditempatkan di staf, tapi saya minta di pasukan," tegasnya.
Menurutnya, ilmu di pasukan Wanteror menarik dan penuh tantangan. Bahkan dia berkeinginan bisa terlibat langsung bila ada terjadi teror. Dia ingin merasakan langsung tantangan tersebut saat operasi sesungguhnya di lapangan.
"Sekarang memang belum pernah terjun langsung, karena saya baru bergabung di sini, tetapi saya ingin sekali terlibat langsung," ulasnya.
Menjadi pasukan Wanteror akan berhadapan dengan aksi-aksi teror yang harus mempertaruhkan nyawa. Baik aksi teror maupun bom harus selalu di hadapi. Namun bagi orang tuanya tidak mempermasalahkan, selalu mendapat dukungan dari keluarga besarnya.
"Ayah sama Ibu tidak mempermasalahkan, selalu mendukung saya," imbuhnya.