Bupati Purwakarta akui sengaja keramatkan kereta kencana
Menurut Dedi, hal itu sudah lumrah dan terjadi juga di daerah lain.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, kembali melontarkan pembelaan, atas tudingan lelaku syirik dari Imam Besar Front Pembela Islam, Habib Riezieq Syihab. Hanya saja dia mengakui sengaja memberi kemenyan buat beberapa kereta kencana, dan mengaraknya setahun sekali supaya tidak menghilangkan nilai sakral.
Dedi menganggap kereta kencana di Pendopo Pemkab Purwakarta adalah pusaka. Bahkan, dia menyatakan masing-masing kereta adalah simbol terhadap karakter manusia.
"Kereta Kencana merupakan simbol empat karakter manusia. Jumlahnya ada empat, ketajaman pendengaran, penglihatan, penciuman, dan pengucapan, yang bermuara pada kebeningan hati, melahirkan sosok waspada permana tingal," kata Dedi di Purwakarta, Jumat (27/11).
Dedi melanjutkan, alasan kereta kencana itu diarak setahun sekali karena jika diperlihatkan setiap hari, maka akan hilang kesakralannya.
"Kenapa diarak setahun sekali bertepatan dengan hari jadi kabupaten, karena berbicara pusaka. Seperti bendera pusaka, maka akan dikibarkan pada upacara 17 Agustus, setahun sekali. Untuk menjaga kesakralannya," lanjut Dedi.Dedi juga punya dalih tersendiri terkait dengan pemberian kemenyan di bawah kereta kencana.
"Kalau kita memiliki mobil, maka sudah seharusnya kita memberi parfum agar memberi rasa nyaman. Kalau mobil kita bau, bagaimana rasanya?" ujar Dedi.
Dedi berpendapat, simbol-simbol atau benda pusaka sudah lumrah disimpan di seluruh daerah di Indonesia. Bahkan menurut dia wajar benda-benda itu dirawat hingga dianggap keramat.
"Setiap daerah di negeri ini memiliki pusaka yang dijadikan simbolisasi. Lihat saja seperti Cirebon, Yogyakarta, dan daerah lain di Indonesia," ucap Dedi.